Rabu, 27 Januari 2010

Kearifan Lokal Masyarakat Melayu

PENANAMAN NILAI-NILAI BUDAYA
MELAYU KALBAR
Oleh : M.Natsir

A. PENDAHULUAN
Masyarakat Kalbar merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai suku dan agama, namun dalam masyarakatnya tercipta suatu kerukunan yang sudah berlangsung sejak dahulu. Apabila dilihat dari perkembangan sukunya, masyarakat kalbar terdiri dari masyarakat Dayak, namun sesuai dengan perkembangannya masyarakat Kalbar tinggal di pedalaman, tetapi bagi yang tinggal didaerah pesisir mereka menyebutkan dirinya Melayu, Melayu identik dengan Islam. Hal ini menjadi sebuah ketentuan karena budaya Melayu sangat bernafaskan Islam, atau budaya Melayu bersumberkan nilai-nilai ajaran Islam. Berkaitan dengan hal tersebut maka yang dikatakan Melayu adalah : berbahasa Melayu, beradat istiadat Melayu, dan beragama Islam. Selain itu falsafah Melayu bersendikan hukum agama Islam atau sebuah ketentuan dan hukum dan ketentuan itu berdasarkan Al Qur’an. Apabila kita lihat pendapat dari berbagai ahli asing yang mengkaji tentang masyarakat Melayu, maka bisa dikatakan bahwa masyarakat Melayu adalah suku bangsa yang maju, selalu mengikuti perkembangan zaman. Seperti pendapat Vallentijn (1712M) menyebutkan bahwa orang Melayu sangat cerdik, sangat pintar dan manusia yang sangat sopan di seluruh Asia. Juga sangat baik, sopan-santun, lebih pembersih dalam cara hidupnya dan pada umumnya begitu rupawan sehingga tidak ada manusia lain yang bisa dibandingkan dengan mereka, pasa umumnya mereka pengembira.
Orang Melayu itu mempunyai kebiasaan mempelajari bahasa mereka, tetapi berusaha memperluas pengetahuan mereka dan juga mempelajari bahasa Arab. C. Lekkerker (1916) Menyebutkan jati diri Melayu adalah lebih dari segala suku-suku di nusantara, tidak pelak lagi bahwa banyak penyebaran agama Islam di nusantara, melalui bahasa, kapal mereka berdagang mereka, perkawinan mereka dengan wanita asing dan propaganda langsung. Orang Melayu ditandai paling suka mengembara, suatu ras yang paling gelisah di dunia, selalu berpindah kemana-mana, mendirikan koloni (kampung hunian). J.C. Van Eerde (1919) menyebutkan bahwa orang Melayu adalah sangat enerjik dan penuh keinginan kuat untuk maju. Identitas orang Melayu jujur dalam berdagang, berani mengarungi lautan, jarang terlibat dalam soal kriminal, sangat suka kepada tegaknya hukum dan bajat yang melekat pada dirinya adalah bidang kesenian, nelayan dan perairan. Geertz (1963) menyatakan bahwa kebudayaan Melayu dapat digolongkan sebagai kebudayaan pantai yang bercorak perkotaan dan kegiatannya adalah perdagangan dan kelautan.
Adapun ciri-ciri dari bangsa Melayu menurut para penguasa kolonial Belanda, Inggris serta para sarjana asing antara lain sebagai berikut:
1. Seseorang disebut Melayu apabila ia beragama Islam, berbahasa Melayu dalam sehari-harinya , dan beradat istiadat Melayu. Adat Melayu itu bersendikan hukum syarak, syarak bersendikan kitabullah. Jadi orang Melayu itu adalah etnis yang secara kultural (budaya) dan bukan mesti secara genealogis (persamaan keturunan darah).
2. Berpijak kepada yang Esa. Artinya ia tetap menerima takdir, pasrah dan selalu bertawakal kepada Allah.
3. Orang Melayu selalu mementingkan penegakan hukum (law enforcement)
4. Orang Melayu mengutamakan budi dan bahasa, hal ini menunjukan sopan-santun dan tinggi peradabannya.
5. Orang Melayu mengutamakan pendidikan dan Ilmu.
6. Orang Melayu mementingkan budaya Melayu, hal ini terungkap pada bercakap tidak kasar, berbaju menutup aurat,menjauhkan pantang larangan dan dosa dan biar mati daripada menaggung malu dirinya atau keluarganya, karena bisa menjatuhkan marwah keturunannya, sebaliknya tidak dengan kasar mempermalukan orang lain.
7. Orang Melayu mengutamakan musyawarah dan mufakat sebagai sendi kehidupan sosial. Kondisi ini terlihat pada acara perkawinan, kematian, selamatan mendirikan rumah dan lain-lain. Orang Melayu harus bermusyawarah/mufakat dengan kerabat atau handai taulan
8. Orang Melayu ramah dan terbuka kepada tamu, keramahtamahan dan keterbukaan orang Melayu terhadap segala pendatang (tamu) terutama yang beragama Islam,
9. Orang Melayu melawan jika terdesak, hal ini sesuai dengan ungkapan berikut ini:

Kalau sudah dimabuk pinang, daripada ke mulut biar ke hati,
Kalau sudah masuk ke gelanggang, dari pada surut relalah mati.
Esa elang kedua belalang,Takkan kayu berbatang jerami,
Esa hilang dua terbilang, Takkan Melayu hilang di bumi

Jika perlawanan fisik sudah tidak memungkinkan lagi, maka orang Melayu di masa lalu mengungkapkan hal tersebut dengan sikap merajuk, memencilkan diri dan bersikap pasif serta apatis. Pada kurun waktu yang lalu budaya Melayu pernah mencapai kejayaan, tetapi mengapa sampai pada saat ini atau kurun waktu berikutnya mengalami kemunduran. Malahan timbul anekdot yang makin memberi corak bahwa segala yang ketertinggalan dan keterbelakangan dalam masyarakat diberi predikat Melayu. (Dibyo Harsono a.1997:16)
Adaptasi dan konflik Sosial yang terjadi membawa ke arah perubahan masyarakat dari masyarakat tradisional berpindah ke masyarakat modern yang rasional. (Soekanto,1999:67-71) mengatakan interaksi Sosial merupakan hubungan – hubungan Sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antar orang perorang antar kelompok manusia, maupun antar orang perorang dengan kelompok manusia. Interaksi Sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu : (1) Kontak Sosial (Sosial Contact)), (2) Komunikasi. Lebih lanjut Soekanto menjelaskan bahwa kontak Sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu : (a) antar orang perorang yang dicontohkannya dimana anak kecil mempelajari kebiasaan dalam keluarga. Proses demikian disebut dengan sosialisasi yaitu suatu proses dimana anggota masyarakat yang bisa mempelajari norma-norma dan nilai-nilai masyarakat menjadi anggota. (b) antar orang perorang dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya.(c) antar suatu kelompok manusia dengan manusia lainnya. Berdasarkan pernyataan yang telah dikemukakan diatas maka dapatlah dikatakan bahwa pembauran bangsa merupakan suatu rekayasa Sosial yang dilakukan dalam upaya memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa dengan cara memupuk dan menanamkan perasaan solidaritas antar unsur warga negara yang dipupuk atas dasar kesepakatan dan kesadaran untuk mencapai suatu tujuan yang dilandasi perasaan senasib dan sepenanggungan, hal ini disadari karena didalam kelompok sosial masyarakat mempunyai struktur Sosial yang berbeda-beda antar satu dengan yang lainnya.
Berpedoman pada pendapat Soekanto, maka perbedaan kebudayaan antar suku dapat menjadi faktor negatif dalam upaya menjalin hubungan antar kelompok etnis karena setiap kebudayaan yang dimiliki suku bangsa mempunyai nilai-nilai dan sikap sosial masing-masing dengan kata lain sesuatu yang dianggap baik bagi satu kelompok etnis belum tentu baik pula bagi kelompok etnis yang lain. Proses interaksi masyarakat yang majemuk menurut pandangan fungsional dalam sistem sosial Indonesia (Nasikun,1984:29) menganggap bahwa masyarakat pada dasarnya terintegrasi diatas dasar kata sepakat para anggotanya pada nilai-nilai suatu General Aggremen yang memiliki daya mengatasi perbedaan – perbedaan pendapat dan kepentingan diantara anggota masyarakat.
Faktor yang paling penting dalam mengintegrasikan masyarakat adalah kesepakat diantara warga masyarakat mengenai nilai-nilai kemasyaraktan tertentu. Konsesus yang disepakati tidak hanya mengakibatkan perkembangan integrasi sosial, tetapi merupakan usur yang fungsional untuk menstabilkan sistem sosial dengan asumsi bahwa sistem sosial dimaksud cenderung mencapai stabilitas atau keseimbangan diatas konsesus para anggota akan nilai-nilai tertentu, mengakibatkan pendekatan fungsional, menganggap bahwa ketergantungan dan penyimpangan yang menyebabkan terjadinya perubahan masyarakat dan timbulnya perbedaan sosial yang makin kompleks sebagi akibat pengaruh yang datang dari luar.
Dari uraian tersebut diatas, menunjukan bahwa anggota kelompok Etnis Melayu dalam proses interaksi umumnya masih sangat kuat pengaruh dari lingkungan keluarga dan kelompoknya, sehigga menimbulkan pandangan negatif etnis lain terhadap etnis Melayu karena sistem nilai budaya yang dianut oleh mereka berbeda dengan nilai serta norma sosial yang berlaku dalam masyarakat Indonesia, sebagaimana telah dikemukakan pada bagian terdahulu dan mempengaruhi akulturasi (penyesuaian). (Rumundor,1999:92) mengatakan akulturasi merupakan proses penyesuaian diri pendatang (imingran) misalnya lalu mengoper budaya pribumi yang kemudian mengarah kepada asimilasi. Asimilasi sebagai proses sosial yang asosiatif dalam integrasi sosial adalah proses dimana individu-individu atau kelompok yang sebelumnya berbeda-beda perhatian pandangannya menjadi sama.lebih jauh diungkapkan juga faktor-faktor yang mempermuda terjadinya asimilasi adalah : (a) Toleransi, (b) Kesempatan-kesempatan dibidang ekonomi, (c) Sikap menghargai orang asing, (d) Sikap terbuka golongan yang berkuasa terhadap masyarakat, (e) Persamaan unsur-unsur kebudayaan, (f) Perkawinan campuran, (g) Karena adanya musuh bersama. Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa di samping faktor yang telah di kemukakan, faktor pendukung lainnya adalah partisipasi dan peran aktif masyarakat dalam berbagai kegiatan juga sangat menentukan proses pembauran.

B. Masalah
Adanya pergeseran nilai-nilai budaya pada masyarakat Melayu, tidak dapat dipungkiri bahwa nilai-nilai itu termasuk di dalam upacara ataupun ungkapan –ungkapan yang berlaku pada masyarakat yang semakin jarang diungkapkan oleh generasi muda. Ungkapan-ungkapan tradisional yang masih hidup di kalangan masyarakat Melayu Kalbar belum terinventarisasi sehingga dikhawatirkan akan punah yag diakibatkan karena adanya pengaruh kemajuan di berbagai bidang tersebut, terutama kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian hari kian berkembang dengan pesat, sehingga akan dapat menimbulkan dampak yang negatif dalam kehidupan mental bangsa Indonesia. Selain itu pula dengan adanya media-media modern yang memberikan informasi terkadang masuk tanpa sempat dikontrol lagi yang dapat juga menimbulkan kecenderungan masyarakat untuk melupakan nilai-nilai budaya bangsa yang ada dan hidup di Negara kita.

C. Upacara Dan Ungkapan – Ungkapan Tradisional Masyarakat Melayu Kalbar
1. Menetak air takan putus
Ditetak air tidak putus
Dicencang air tidak akan putus
Sekalipun air dicencang, air tersebut tidak akan pernah putus
Ungkapan ini adalah untuk menyatakan bahwa pertalian darah atau hubungan darah tyidak akan putus dengan dalil apapun. Maksudnya tidak ada satu dalilpun yang memutuskan hubungan persaudaraan atau hubungan darah dari orang-orang yang satu keturunan, misalnya hubungan antara kaka dan adik, sekalipun mereka bertengkar atau berkelahi antara satu dengan yang lainnya, tetapi hubungan persaudaraan atau hubungan sedarah di antara mereka tidak akan putus. Keakraban tali persaudaraan itupun tidak akan dipisahkan oleh siapapun.
2. Rupa nan padang tekukur
Seperti padang burung tekukur.
Ungkapan ini menyatakan sesuatu tempat yang sangat sunyi dan sepi. Sebelumnya tempat tersebut ramai dikunjungi oleh orang atau sanak keluarga yang bertemu ke rumah keluarga tersebut, sehingga menimbulkan suasana yang sangat ramai. Ketika mereka telah pulang ke rumahnya masing-masing suasana rumah tersebut menjadio sepi kembali.

3. Bagai kuyit dengan kapor
Seperti kunyit dengan kapur
Ungkapan ini menyatakan sesuatu obat yang sangat mujarab untuk mengobati suatu penyakit. Ungpakan ini mengungkapkan bahwa sesuatu penyakit yang dapat diobati dengan segala jenis obat tertentu dan dalam wakyu yang singkat, Penyakit tersebut segerah sembuh, atau untuk menyataan kemanjuran obat tersebut dalam mengobati sesuatu penyakit. Seperti kuyit yang tadinya berwarna kulit kuning akan nampak menjadi segar kembali.

4. Rupa bawang tunggal
Seperti bawang tunggal
Bawang merah yang terdiri dari satu siung saja, tidak diikuti oleh siung-siung yang lainnya. Ungkapan ini diucapkan untuk menyatakan pujian terhadap seseorang yang mempunyai hidung sangat mancung, dan ungkapan ini berlaku untuk semua umur. Karena kemancungan hidung yang dimulikinya sehingga akan mempercantik wajahnya.

5. Bagai pecah di lidah
Ungkapan ini menyatakan akan keenakan dan kelezatan suatu makanan. Diucapkannya ungkapan ini untuk melukiskan sesuatu makanan yang sangat enak cita rasanya. Selain itu, ungkapan ini dimaksudkan untuk memuji seseorang yang pandi memasak dan masakan yang dimasaknya sangat lezat rasanya, sehingga kalau dimakan seperti pecah dilidah karena kelezatan makanan tersebut.

6. Bagai hari kiamat
Bagaikan hari kiamat.
Ungkapan ini menyatakan keadaan hari kiamat, diucapkan ungkapan ini untuk menyetakan tentang keadaan hari hujan yang sangat lebat dan diikuti dengan suara halilintar yang menggelegar, serta hembusan angina yang kencang, sehingga dapat dikatakan sebagai hari kiamat

7. Tikus membaikan labu
Maksud ungkapan ini untuk menyatakan tentang tugas yang dilakukan oleh seseorang yang sebenarnya bukan merupakan tugas dan tanggungjawabnya, ia melakukan sesuatu pekerjaan melebihi dari tugas dan tanggungjawab yang diberikan padanya. Selain itu untuk mengungkapkan seseorang untuk memperbaiki sesuatu yang rusak tetapi tidak memiliki pengetahuan tentang barang yang diperbaiki tersebut, bukan diperbaiki malah barang tersebut menjadi rusak.
8. Mulutnya celang celup
Ungkapan menyatakan kepada seseorang yang suka mencampuri urusan pembicaraa orang lain, walaupun sebenarnya ia tidak mengetahui atau tidak mengerti sama sekali asal usul pembicaraan tersebut dan duduk permasalah yang dibicarakan. Namun ia selalu berusaha untuk ikut-ikutan berbicara seolah-olah ia mengerti dan merasa berkepentingan terhadap persoalan tersebut. Ungkapan merupakan sindiran terhadap orang-orang yang suku mencampuri omongan atau pembicaraan orang lain.

9.Bagai sapi dijujuk idungnya
Usah membawa ayam laki-laki
Jangan membawa tabiat seperti ayam jago atau ayam jantan. Jangan berlaku atau bersikap seperti ayam jantan. Ungkapan ini merupakan sindiri kepada kelompok orang dewasa dan kelompok anak-anak yang suka bertingkah laku seprti orang yang sok berani atau yang suka bersikap gagahan. Selain itu juga merupakan sindirin terhadap orang yang tidak pandai beradaptasi dengan lingkungannya, ia hanya bertingkah laku menurut kemauannya sendiri tanpa memperhatikan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat tempat tinggalnya. Biasanya orang seperti ini tidak disenangi masyarakat.

10. Bagai suara keriang
Ungkapan ini ditujukan pada orang-orang yang mempunyai suara yang melengking, suaranya tidak terlalu besar, tetapi kalau berbicara suaranya menjadi melengking bagaikan suara keriang


D. Upacara Robo-Robo
Robo-robo adalah nama upacara tahuan (tahun Islam) yang diselenggarakan oleh penduduk daerah Kabupaten Pontianak. Kata robo-robo berasal dari kata robo. Kata ini paling dekat dengan istilah yang dipakai nama hari keempat setiap inggu yaitu hari rabu dari kata robo-robo sangat dekat dengan Rabu-Rabu. Upacara ini deselenggarakan setiap tahun pada hari rabu terakhir bulan syafar tahun Islam. Menurut kepercayaan masyarakat bulan syafar banyak turun balak yang mengabil dari sejarah nabi yang mendapat cobaan dari Tuhan. Secara magis bala itu adalah karea mahluk gaib dapat menolong dari ancaman bala bila diimbali dengan imbalan tertentu.. Bagi masyarakat Kabupaten Pontianak bersifat histories yang berkaitan dengan kehidupan kerajaan Mempawah. Pendaratan pertama Opu Daeng Manambon, putra Bugis pendiri kerajaan Mempawah. Bersifat magis karena memberi persembahan dan permintaan ampun dari manusia kepada leluhur khusus arwah Panembahan Mempawah.
Bersifat sosio cultural, karena mempunyai nilai ekonomis menarik wisatawan ke Mempawah.

a. Waktu Penyelenggaraan Rabu terakhir bulan Syafar ziara kekubur Opu Daeng Manambon
• Selasa ziara pertama kemakam Opu Daeng Manambon kemudian diikuti dengan makam-makam yang lain
• Rabu Setelah sembahnyang subuh diadakan kenduri oleh setiap kelompok masyarakat di kota Mempawah.
b. Tempat Upacara
• Makam Opu Daeng Manambon di Sebukit Rama
• Makam para Panembahan Mempawah di Pulau Pedalaman agak ke hulu sungai dari Kuala Mempawah
• Dipantai tempat pertama pendaratan Opu Daeng Manambon
• Kuala Mempawah jembatan Induk sampai daerah pantai.

c. Perlengkapan Upacara
• Sesajian terdiri dari nasi pulut warna kuning,panggang ayam satu ekor, bertih beras kuning dan setanggi.
• Air tepung tawar, air tolak bala dan ramuan bunga
• Makanan terutama ketupan

• Bagi Masyarakat setempat
• Air tolak bala dan air salamun tujuh
• Nasi lauk pauk secukupnya

• Ketupat dan kue-keu
• Disampaikan lomba bagi yang akan mengikuti lomba sampan

d. Jalannya Upacara dan Tahap-tahap
• Upacara ziarahan di mulai jam 07.00 pagi rombongan keluarga berangkat ke sebukit menuju ke makam Opu Daeng Manambon
• Upacara kenduri. Masask-masak yang dilakukan oleh ibu-ibu digang-gang yang ada disekitar kampong.

e. Pantangan-pantangan yang harus dihindari
• Penduduk tidak boleh menggunakan sampan bercat kuning karena menyaingi ancang kuning
• Hari Selasa dan Rabu penduduk dilarang pergi melaut
• Dilarang berselisih apalagi menumpahkan daa selama tiga hari
• Tidak boleh berkayuh sendiri

f. Lambang-Lambang
• Lambang kuning melambangkan kebesaran, karena kendaraan air merupakan kendaraan raja, yang boleh kerabat istanah dan para pejabat Negara
• Baras kunging melambangkan emas, bertih melambangkan perak. Untuk memanggil para arwah leluhur dalam upacara
• Sajian air lauk paukmelambangkan sesajian kepada mahluk halus.
• Azan di Kuala Mempawah melambangkan panggilan pertama pada pendaratan opu Daeng Manambon
• Air tolak balak tujuh melambangkan, upaya manusia untuk menolak bencana
• Bunga setaman melambangkan sari wangi kesukaan para arwah
• Air tepung tawar melambangkan penawaran terhadap bala bencana
• Ketupat melambangkan kebebasan manusia dari bala bencana yang mengancam kehidupan
• Upacara dipantai melambangkan membunag bvala bencana ke dalam sungai dan pantai agar musnah ditelan ombak.

Dari kegiatan upacara Robo-Robo tersebut berbagai etnis yang ada yang terdiri dari etnis Melayu, Dayak dan Cina mereka membaur berinteraksi satu sama lain dalam menjaga kerukunan bersama. Upaca itu tidak hanya diikuti oleh kaum kerabat raja saja akan tetapi diikuti oleh berbagai etnis yang ada di Kalimantan Barat. Hal ini yang menjadikan motto Kalimantan Barat harmonis dalam etnis. Artinya masyarakat, pemerintah bergotong royong menjaga mengisi pembangunan dan menjaga persatuan bangsa. Upacara ini telah menjadi kalender nasional kunjugan wisata Kalimantan Barat.

Penutup
Ungkapan dan upacara tradisional merupakan salah satu unsur budaya bangsa serta sumber yang dapat memberikan informasi dan pengetahuan dan sebagainya, di mana di dalamnya banyak mengandung nilai-niai yang terdapat di dalam suatu masyarakat, nasehat, pesan, serta petunjuk-petunjuk bagi kita dari jaman dahulu hingga sekarng ini yang dapat berguna bagi kehidupan manusia.
Mengingat begitu pentingnya isi yang terkandung di dalam ungkapan tradisional maupun upacara adapt tersebut maka dilakukanlah upaya untuk melestarikannya dn salah satu jalan yaitu dengan mengadakan pendataan dan pengkajian terhadap ungkapan-ungkapan yang masih hidup di dalam masyarakat Melayu Kalbar tersebut. Dari ungkapan dan upacara tradisional tersebut dapat digali nilai-nilai baik yang berupa nasihat, pujian maupun sindiran yang biasa terjadi dikalangan masyarakat Melayu Kalbar, dan dari ungkapan tersebut dapat dipetik berbagai pelajaran, baik untuk para orang tua, maupun anak-anak, agar tidak bertingkah laku seperti yang terdapat di dalam ungkapan tersebut di atas dan dapat menjadi suri teladan bagi mereka dalam kehidupannya.

Saran-Saran
Suku Melayu yang mediami daerah Kalimantan Barat ini tidak saja hanya suku Melayu Sambas, tetapi ada juga Melayu Pontianak, Mempawah, Sintang melayu Sanggau dan lain sebagaimana yang perlu juga untuk didata dan dikaji ungkapan yang terdapat di dalam masyarakat suku Melayu tersebut agar ungkapan-ungkapan yang pernah hidup di dalam masyarakat itu tidak hilang begitu saja dan dapat diinventarisasi dengan baik, sehingga terhindar dari kepunahannya.


Daftar Pustaka :
1. Harsono Dibyo, 1997. Memudarnya Masyarakat Tradisional Kasus Kampung Melayu. Balai Kajian Jarahnitra Tanjugpinang
2. Asnaini. 1995. Ungkapan-Ungkapan tradisional Masyarakat Melayu Sambas
3. Sosrowardoyo Pandil,dkk. 1985.80. Upacara Tradisional Yang Berkaitan Dengan Peristiwa Alam dan Kepercayaan Daerah Kalimantan Barat .

1 komentar:

Karimunting mengatakan...

Assalam....
Link nya bagus pak..menambah wawasan saya sebagai mahasiswa sejarah