Sabtu, 02 Agustus 2008

SYARIF HASAN BIN SYARIF ZEIN AL-IDRUS

SYARIF HASAN BIN SYARIF ZEIN AL-IDRUS

DALAM LINTAS SEJARAH

KESULTANAN KUBU KALIMANTAN BARAT[1]

Oleh : M.Natsir[2]

Kerajaan Kubu yang terkenal di Kalimantan Barat, adalah sebuah kerajaan yang dibangun oleh dinasti Al-Idrus, penerus dari dinasti tersebut sampai raja ke 7 adalah Syarif Zein Al-Idrus yang dilahirkan pada tahun 1851, dilantik menjadi Tuan Besar di Kesultanan Kubu pada 15 Januari 1912. Menyerahkan wewenang Kesultanan kepada Dewan Kabupaten pada 1919, diturun tahtakan tanpa adanya pilihan penganti pada 11 April 1921, delapan tahun kemudian tidak adanya pewaris tahta baru, selama kurun waktu hanyalah “pelaksana sementara” (temporary ruler). Syarif Shaleh yang dilahirkan pada tahun 1881, menjadi Asisten Bupati pada 16 Juni 1921 dikenal sebagai pelaksana kesultanan pada September 1921 dan dilantik pada 7 Pebruari 1922 ditangkap oleh Jepang pada 23 Nopember 1943 dan ikut menjadi korban pristiwa Mandor pada 28 Juni 1944, beliau menjadi Tuan Besar Kubu ke 8 tahun 1921 – 1943. Dewan kesultanan dan keluarga bangsawan tak semudah menyetujui penganti Syarif Shaleh, hingga akhirnya Jepang menempatkan putra sultan terdahulu yaitu Syarif Hasan bin Zein Al-Idrus, menjadi Ketua bestuur comite oleh Jepang pada tahun 1943.[3]

Setelah Jepang meninggalkan Indonesia akibat kekalahan tentara Jepang melawan Sekutu dalam perang Asia Timur Raya bangsa Indonesia masih harus menghadapi orang-orang Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. Orang Belanda yang tergabung dalam Nederland India Civil Administration (NICA) datang ke Indonesia dengan membonceng pasukan Sekutu yang akan melujuti persenjataan tentara Jepang[4].. Pada tanggal 29 September 1945 tentara Australia sebagai perwakilan pasukan Sekutu mendarat di Pontianak. Residen Asikin Nur menyerahkan kekuasaannya kepada Van Der Zwaal dari NICA[5]..Kalbar dibentuk menurut ordonasi 22 Oktober 1946 mempersatukan diri dengan kedua belas zelfbestuur yang sejak dahulu terdapat dikalbar menjadi satu federasi kekuasaan terpenting yang terletak dalam tangan zelfbestuur diserahkan kepada Dewan Kalimantan. Kedudukan istimewah daerah Kalimantan Barat (DIKB) ditetapkan dalam satu dokumen oleh komisi jenderal yang mewakili pemerintahan Belanda., dokumen tersebut ditandatangani komisi jenderal tersebut dan oleh ketua dan para wakil Dewan Kalimantan Barat. ( Statuut Kalbar tertanggal 12 Mei 1947) Stauut ini dicatat dalam Staat blad 1948 No.58[6].

Dr. Van Mook membentuk banyak negara baru yang bertentangan dengan persetujuan Linggarjati dan Renville. Awal April 1948 Pemerintah Belanda telah mengumumkan susunan dewan-dewan perwakilan negara-negara dan daerah-daerah buatan Van Mook yang telah selesai, sedangkan diwaktu linggarjati yang ada hanya baru NIT[7]. Dewan Kalimantan Barat beranggotakan 40 orang, 22 dipilih (15 bangsa Indonesia dan 7 Cina), 15 ditunjuk oleh Zelfbestuur, 2 orang Belanda serta seorang dari golongan kecil yang diangkat oleh Kepala Daerah

Konsilidasi di Kalbar dilakukan oleh Belanda tgl, 15 Maret 1948 dilakukan pemilihan untuk daerah Kalbar yang harus dipilih 8 suku Dayak, 7 suku Indonesia, 7 Cina. Pada tgl, 12 Mei 1948 dilakukan reorganisasi Dewan Kalbar Dewan Pemerintah terdiri atas [8]:

1. M.W. Nieuwenhuisen

2. J.C. Oevang Oeray

3. Lim Bak Meng

4. A.F. Korak

5. Mohamad Saleh

Zelfbestuurders yang dengan sendirinya menjadi anggota Dewan adalah :

1. R. Abubakar Panji Anom

2. Tengku Mohamad

3. Ade Moh.Johan

4. Gusti Mustaan

5. Gusti Koleh

6. Gusti Ismail

7. Gusti Mohamad Thaufik

8. Gusti Aplah

9. Amran Salim

10. Syarif Hasan

11. Gusti Makhmud

12. Hasan Adenan

13. Abang Bakri.

Anggota lainny adalah :

1. 1 I.A.Kaping

2. F.C. Palaunsuka

3. M.Linggi

4. P.Denggok

5. M.Jaman

6. P.F. Banteng

7. Haji Sudhi

8. Uray Ibrahim

9. N.Winokan

10. Mansyur Rivai

11. Mohamad Bakri

12. M.Taib

13. Mas Syahdan

14. Lim Liat Nyan

15. Bong Chun Fat

16. Sim Tek Hui

17. Cung Ling Sen

18. Tio Kiang Sun

19. Ng.Ciauw Hien

20. F. Brandenburg van der grooden

21. Gulam Abas bin Abdulhusin.

Proses sejarah yang ada bahwa Syarif Hasan Bin Zein Al-Idrus, adalah putra mahkota yang ditempatkan oleh Jepang menjadi Ketua Bestuur Comite pada tahun 1943 dan sebagai pewaris tahta penerus dari Syarif Zein Al-Idrus Raja Ke 7 Kesultanan Kubu dan belum sempat terjadi dikarenakan kekalahan Jepang ketika perang Asia Timur Raya, akan tetapi dengan kedatangan bangsa Belanda yang membonceng NICA maka eksistensi Syarif Hasan Bin Zein Al-Idrus (masuk dalam dua belas zelfbestuur ). Stantsblad 1946 no. 17 daerah yang tidak termasuk zelfbestuur dapat diberi kedudukan yang sama dengan daerah zelfbestuur oleh letnan Gubernur Jenderal dinamakan neo-zelfbestuur.Kalbar dibentuk menurut ordonasi 22 Oktober 1946 mempersatukan diri kedua belas zelbestuur yang sejak dahulu telah terdapat di Kalbar menjadi satu federasi., sehingga wilayah Kerajaan Kubu yang menjadi tanggungjawab Sy Hasan bin Zein Al –Idrus diakui oleh Belanda, ia ikut menandatangi Zelfbestuurders. Pada tanggal 12 Mei 1948 yang dilakukan reorganisasi Dewan Kalimantan Barat.

Syarif Hasan bin Zein Al-Idrus baru menerima pengesahan sebagai pemimpin kesultanan Tuan Besar Kubu dan terpilih sebagai head of the self-governing monarchy (pemimpin kerajaan-kerajaan di Indonesia pada 16 Agustus 1949[9]. Pada tanggal 5 April 1950 Sultan Hamid II masih bersatus sebagai Menteri Negara RIS ditangkap dengan tertangkapnya Sultan Hamid II maka DIKB (Daerah Istimewah Kalimantan Barat) dan kerajaan-kerajaan Swapraja yang ada di Kalimantan Barat dinyatakan bubar. Kalimantan Barat menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.[10]



[1] Upata pelurusan sejarah Syarif Hasan bin Zein Al-Idrus

[2] Pembantu pimpinan pada Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Ponrtianak

[4] Purba Juniar,Dra 1992 Dokter Soedarso

[5] Purba Juniar,Dra 1992 Dokter Soedarso

[6] Nasution. AH DR. 1978 hal 98 Sekitar perang kemerdekaan Indonesia jilid 7 Perione Renville. Disjarah-Ad

[7] Masution.AH DR, 1978 hal 86.

[8] Nasution AH.DR, 1978 hal 269 Sekitar perang kemerdekaan Indonesia jilid 7 Perione Renville. Disjarah-Ad

[9] Kesultanan Kubu-Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.donm load 6/8/2007

[10] Purba Juniar.Dra. 1997 Oevaang Oeray.

KESULTANAN KUBU KALIMANTAN BARAT[1]

Oleh : M.Natsir[2]

Kerajaan Kubu yang terkenal di Kalimantan Barat, adalah sebuah kerajaan yang dibangun oleh dinasti Al-Idrus, penerus dari dinasti tersebut sampai raja ke 7 adalah Syarif Zein Al-Idrus yang dilahirkan pada tahun 1851, dilantik menjadi Tuan Besar di Kesultanan Kubu pada 15 Januari 1912. Menyerahkan wewenang Kesultanan kepada Dewan Kabupaten pada 1919, diturun tahtakan tanpa adanya pilihan penganti pada 11 April 1921, delapan tahun kemudian tidak adanya pewaris tahta baru, selama kurun waktu hanyalah “pelaksana sementara” (temporary ruler). Syarif Shaleh yang dilahirkan pada tahun 1881, menjadi Asisten Bupati pada 16 Juni 1921 dikenal sebagai pelaksana kesultanan pada September 1921 dan dilantik pada 7 Pebruari 1922 ditangkap oleh Jepang pada 23 Nopember 1943 dan ikut menjadi korban pristiwa Mandor pada 28 Juni 1944, beliau menjadi Tuan Besar Kubu ke 8 tahun 1921 – 1943. Dewan kesultanan dan keluarga bangsawan tak semudah menyetujui penganti Syarif Shaleh, hingga akhirnya Jepang menempatkan putra sultan terdahulu yaitu Syarif Hasan bin Zein Al-Idrus, menjadi Ketua bestuur comite oleh Jepang pada tahun 1943.[3]

Setelah Jepang meninggalkan Indonesia akibat kekalahan tentara Jepang melawan Sekutu dalam perang Asia Timur Raya bangsa Indonesia masih harus menghadapi orang-orang Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. Orang Belanda yang tergabung dalam Nederland India Civil Administration (NICA) datang ke Indonesia dengan membonceng pasukan Sekutu yang akan melujuti persenjataan tentara Jepang[4].. Pada tanggal 29 September 1945 tentara Australia sebagai perwakilan pasukan Sekutu mendarat di Pontianak. Residen Asikin Nur menyerahkan kekuasaannya kepada Van Der Zwaal dari NICA[5]..Kalbar dibentuk menurut ordonasi 22 Oktober 1946 mempersatukan diri dengan kedua belas zelfbestuur yang sejak dahulu terdapat dikalbar menjadi satu federasi kekuasaan terpenting yang terletak dalam tangan zelfbestuur diserahkan kepada Dewan Kalimantan. Kedudukan istimewah daerah Kalimantan Barat (DIKB) ditetapkan dalam satu dokumen oleh komisi jenderal yang mewakili pemerintahan Belanda., dokumen tersebut ditandatangani komisi jenderal tersebut dan oleh ketua dan para wakil Dewan Kalimantan Barat. ( Statuut Kalbar tertanggal 12 Mei 1947) Stauut ini dicatat dalam Staat blad 1948 No.58[6].

Dr. Van Mook membentuk banyak negara baru yang bertentangan dengan persetujuan Linggarjati dan Renville. Awal April 1948 Pemerintah Belanda telah mengumumkan susunan dewan-dewan perwakilan negara-negara dan daerah-daerah buatan Van Mook yang telah selesai, sedangkan diwaktu linggarjati yang ada hanya baru NIT[7]. Dewan Kalimantan Barat beranggotakan 40 orang, 22 dipilih (15 bangsa Indonesia dan 7 Cina), 15 ditunjuk oleh Zelfbestuur, 2 orang Belanda serta seorang dari golongan kecil yang diangkat oleh Kepala Daerah

Konsilidasi di Kalbar dilakukan oleh Belanda tgl, 15 Maret 1948 dilakukan pemilihan untuk daerah Kalbar yang harus dipilih 8 suku Dayak, 7 suku Indonesia, 7 Cina. Pada tgl, 12 Mei 1948 dilakukan reorganisasi Dewan Kalbar Dewan Pemerintah terdiri atas [8]:

1. M.W. Nieuwenhuisen

2. J.C. Oevang Oeray

3. Lim Bak Meng

4. A.F. Korak

5. Mohamad Saleh

Zelfbestuurders yang dengan sendirinya menjadi anggota Dewan adalah :

1. R. Abubakar Panji Anom

2. Tengku Mohamad

3. Ade Moh.Johan

4. Gusti Mustaan

5. Gusti Koleh

6. Gusti Ismail

7. Gusti Mohamad Thaufik

8. Gusti Aplah

9. Amran Salim

10. Syarif Hasan

11. Gusti Makhmud

12. Hasan Adenan

13. Abang Bakri.

Anggota lainny adalah :

1. 1 I.A.Kaping

2. F.C. Palaunsuka

3. M.Linggi

4. P.Denggok

5. M.Jaman

6. P.F. Banteng

7. Haji Sudhi

8. Uray Ibrahim

9. N.Winokan

10. Mansyur Rivai

11. Mohamad Bakri

12. M.Taib

13. Mas Syahdan

14. Lim Liat Nyan

15. Bong Chun Fat

16. Sim Tek Hui

17. Cung Ling Sen

18. Tio Kiang Sun

19. Ng.Ciauw Hien

20. F. Brandenburg van der grooden

21. Gulam Abas bin Abdulhusin.

Proses sejarah yang ada bahwa Syarif Hasan Bin Zein Al-Idrus, adalah putra mahkota yang ditempatkan oleh Jepang menjadi Ketua Bestuur Comite pada tahun 1943 dan sebagai pewaris tahta penerus dari Syarif Zein Al-Idrus Raja Ke 7 Kesultanan Kubu dan belum sempat terjadi dikarenakan kekalahan Jepang ketika perang Asia Timur Raya, akan tetapi dengan kedatangan bangsa Belanda yang membonceng NICA maka eksistensi Syarif Hasan Bin Zein Al-Idrus (masuk dalam dua belas zelfbestuur ). Stantsblad 1946 no. 17 daerah yang tidak termasuk zelfbestuur dapat diberi kedudukan yang sama dengan daerah zelfbestuur oleh letnan Gubernur Jenderal dinamakan neo-zelfbestuur.Kalbar dibentuk menurut ordonasi 22 Oktober 1946 mempersatukan diri kedua belas zelbestuur yang sejak dahulu telah terdapat di Kalbar menjadi satu federasi., sehingga wilayah Kerajaan Kubu yang menjadi tanggungjawab Sy Hasan bin Zein Al –Idrus diakui oleh Belanda, ia ikut menandatangi Zelfbestuurders. Pada tanggal 12 Mei 1948 yang dilakukan reorganisasi Dewan Kalimantan Barat.

Syarif Hasan bin Zein Al-Idrus baru menerima pengesahan sebagai pemimpin kesultanan Tuan Besar Kubu dan terpilih sebagai head of the self-governing monarchy (pemimpin kerajaan-kerajaan di Indonesia pada 16 Agustus 1949[9]. Pada tanggal 5 April 1950 Sultan Hamid II masih bersatus sebagai Menteri Negara RIS ditangkap dengan tertangkapnya Sultan Hamid II maka DIKB (Daerah Istimewah Kalimantan Barat) dan kerajaan-kerajaan Swapraja yang ada di Kalimantan Barat dinyatakan bubar. Kalimantan Barat menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.[10]



[1] Upata pelurusan sejarah Syarif Hasan bin Zein Al-Idrus

[2] Pembantu pimpinan pada Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Ponrtianak

[4] Purba Juniar,Dra 1992 Dokter Soedarso

[5] Purba Juniar,Dra 1992 Dokter Soedarso

[6] Nasution. AH DR. 1978 hal 98 Sekitar perang kemerdekaan Indonesia jilid 7 Perione Renville. Disjarah-Ad

[7] Masution.AH DR, 1978 hal 86.

[8] Nasution AH.DR, 1978 hal 269 Sekitar perang kemerdekaan Indonesia jilid 7 Perione Renville. Disjarah-Ad

[9] Kesultanan Kubu-Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.donm load 6/8/2007

[10] Purba Juniar.Dra. 1997 Oevaang Oeray.

Kerajaan Kalbar Sebagai Objek Wisata Sejarah Budaya

Kerajaan Kalbar Sebagai Objek Wisata Sejarah Budaya

Oleh :M.Natsir[1]

Pendahuluan

Pembangunan sektor pariwisata merupakan bagian pembangunan nasional dan terkait dengan pembangunan sektor-sektor lainnya. Oleh karena itu keberhasilan pariwisata turut menentukan keberhasilan pembangunan nasional. Pemerintah telah bertekad untuk meningkatkan pengembangan pariwisata nasional sebagai sektor pembangunan yang dapat diandalkan untuk memperbesar penerimaan devisa memperluas kesempatan kerja dan lapangan usaha, mendorong pembangunan daerah dan meningkatkan kegiatan ekonomi, memperkenalkan alam, budaya dan sejarah memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa. Jika dibandingkan dunia kepariwisataan di Indonesia dengan dunia kepariwisataan di negara-negara Asean yang lain, diakui bahwa Indonesia pada saat ini masih jauh ketingalan dalam menyerap arus wisatawan yang berdatangan ke kawasan Asia Pasifik (James J, Spilance 1987:69)[2]. Dengan demikian Indonesia belum banyak memperoleh pemasukan devisa melalui sektor pariwisata guna menunjang pembangunan nasional.Indonesia sebagai negara yang memiliki ribuan pulau, beraneka ragam keindahan alamnya dan didiami ratusan suku bangsa mempunyai potensi untuk dikembangkan terutama dalam bidang budaya dan sejarah.

Pembangunan dibidang kepariwisataan perlu segera dilaksanakan, kepariwisataan dalam suatu produk perundang-undangan yaitu Undang-Undang Nomor 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan. Sedangkan pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 67 tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan. Implimentasi lebih lanjut diatur dalam Keputusan Presiden maupun Keputusan Menteri[3]. Peraturan dan undang-undang yang telah ada sebaiknya diimplementasikan bagi daerah penyelenggara objek pariwisata. Dalam rangka pengembangan kepariwisataan dapat berhasil dengan baik apabila masyarakat luas ikut mendukungnya dan berperan serta secara aktif sebagai salah satu faktor pendukung untuk memajukan kepariwisataan. Kalimantan Barat dengan luas wilayah mencapai 146.807 km persegi, merupakan 7.53% dari wilayah Indonesia atau 1.13 kali pulau jawa, merupakan propinsi terluas keempat setelah Papua, Kaltim, dan Kalteng, secara geografis berbatasan dengan Serawak-Malaysia Timur.

Kalimantan Barat yang memiliki potensi yang cukup besar dalam pengembangan kebudayaan dan pariwisata akan tetapi mengapa sampai kini potensi yang begitu besar kurang dimanfaatkan, dilihat dari keadaan geografis,topografis,iklim,keadaan sosial budaya ekonomi dan sejarah kesultanan- kesultanan yang ada di Kalimantan Barat, Masyarakat yang multikultur dari berbagai suku yang ada, suku Dayak,Melayu, Thionghoa dan suku yang lainnya merupakan suku yang mempunyai beragam atraksi yang mampu untuk menjadi andalan pariwisata daerah ini maka wilayah Kalimantan Barat memiliki potensi pariwisata bagi wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara.

B. Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Kalbar

1. Kerajaan Tanjungpura

Kerajaan Tanjungpura yang terdapat di Kalimantan Barat, berkaitan dengan kerajaan yang ada di Jawa, disebutkan pula di Jawa terdapat dua agama yaitu hindu dan budha. Selanjutnya disebutkan bahwa Kerajaan Jawa pada saat itu mempunyai daerah bawahan meliputi : Pai Hua Yuan (pacitan), Ma Tung (Medang), Tan Pel (Tumapel), Hi Ning (Dieng), Jung La Yu (ujung galuh), Tung Ki (Papua), Ta Kang (sumba), Huang Ma Chu (papua Barat), Tan Jung Ho (Tanjungpura), Ti Wu (Timor), Ping Yai (Baggai, Sulawesi) dan Wu Nu Ku (Maluku).

Pengaruh Kerajaan Jenggala-Kediri ini kemudian berlangsung terus hingga kemudian pada tahun 1284 M dimana Kerajaan Tanjungpura kemudian ditaklukkan oleh kerajaan Jawa yang lain yaitu Kerajaan Singasari yang juga berpusat di Jawa Timur. Penaklukan Kerajaan Tanjungpura ini lewat ekspedisi Pamalayu yang dimulai dari tahun 1275 M hingga 1290 M. Sejak itu Kerajaan Tanjungpura beralih menjadi dibawah pengaruh dari Kerajaan Singasari. Wilayah taklukkan Kerajaan Singasari di Borneo pada waktu itu membentang dari Kerajaan Tanjungpura hingga Kerajaan Banjarmasin.[4]

Raja di Kerajaan Tanjungpura disebutkan bahwa Prabu Jaya kawin dengan Ratu Junjung Buih menjadi Raja di Tanjungpura yaitu pada tahun 1450 M. Hal ini sesuai dengan tradisi lisan yang berkembang pada masyarakat ketapang yang menyebutkan bahwa seorang anak Raja Majapahit yang bernama Prabu Jaya kawin dengan Ratu Junjung buih. Dari perkawinan itu maka Prabu Jaya kemudian menjadi Raja di Kerajaan Tanjungpura ini.

Dalam perkawinan ini keduanya telah diberkati tiga orang putera

1. Pangeran Perabu yang bergelar Raja Baparung, diangkat sebagai pendiri kota kerajaan di Sukadana

2. Gusti Likar diangkat dan mendirikan kerajaan di Meliau

3. Pangeran Mancar diangkat menjadi kepala daerah di kerajaan Tayan.

Sementara mengenai nama Tanjungpura sendiri ada beberapa versi. Menurut A. Chalik Hasan pemberian nama Tanjungpura karena letak dari ibukota kerajaan itu di Tanjung Tikungan Sungai Pawan. Sedangkan Tanjung itu merupakan pintu gerbang dari kerajaan ini. Pendapat JU.Lontaan menyatakan bahwa setelah meningalnya raja Baparung, naiklah menjadi raja puteranya yang bernama Karang Tanjung. Raja Karang Tanjung mempunyai kesenangan tidur-tiduran di atas daun bunga Tanjung. Menurut cerita rakyat putra mahkota tersebut mempunyai kesaktian, sehingga daun yang kecil-kecil tersebut bisa di tiduri. Maka oleh rakyat dijuluki Karang Tanjung. Rakyat sangat mengagumi raja Karang Tanjung hingga kemudian kerajaan yang diperintahnya menjadi kerajaan Tanjung yang lama-kelamaan menjadi kerajaan Tanjungpura. [5]

· Peninggalan Kerajaan Tanjungpura di Kabupaten Ketapang

Kabupaten Ketapang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di Propinsi Kalimantan Barat. Sungai terpanjang sungai Pawan yang menghubungkan Kota Ketapang

Kabupaten Ketapang merupakan salah satu daerah kerajaan Tanjungpura di Kalimantan Barat. Kejayaan kerajaan Tanjungpura pada abad ke XIV.Nama Tanjungpura menjadi salah satu universitas terbesar di Kalimantan Barat

Dari Pontianak menuju kota Ketapang dapat menggunakan sarana angkutan

Darat : Via Rasau Jaya – Teluk Batang – Ketapang

§ Motor air (Klotok ) ± 12 jam

§ Speed Boat ± 6 jam

§ Ferry ± 13 jam

§ Pesawat jenis F. 27 ± 90 menit

§ Kapal Laut Jakarta – Ketapang ± 2 hari 2 malam

  • Keraton Muliakarta (Gusti Muhammad Saunan)

Negeri Baru kerajaan Tanjungpura berpindah ke Sukadana, kemudian ke Sungai Matan. Masa Raja Muhammad Zainudin sekitar tahun 1637 pindah ke Indra Laya, Sungai Pawan (kec Sandai), pindah ke Karta Pura, Tanah Merah (kec, Naga Tayab), ke desa Tanjungpura (Muliakarta) Keraton ini berfungsi juga sebagai museum sebagai tempat penyimpanan benda-benda bersejarah peninggalan raja-raja Matan

§ Komplek Makam Raja-Raja Matan

Makam penembahan G.H.M. Sabran

Makam Pangeran Laksamana Matan

Makam Pangeran Ratu Mohd.Anom

§ Makam Keramat Tujuh Dan Keramat Sembilan

Pada nisan Keramat Tujuh tertulis tahun 1363 saka atau 1441 Masehi. Nisan terbuat dari batu Andesit bertuliskan huruf Arab, dapat dipastikan makam seorang muslim. Tim Arkeologi Banjarmasin sudah melakukan penelitian di Kaltim, Kalsel,Kalteng maupun Kalbar. Nisan batu andesit di temukan di Jawa dan untuk yang pertama di Kalimantan adalah di Ketapang dari bentuk nisan tersebut diperkirakan pada abad terakhir Majapahit.

· Makam Tanjungpura, 35 km dari Kota Ketapang

Makan para raja-raja Matan dari kerajaan Tanjungpura

2. Kerajaan Sukadana

Ada dua versi cerita rakyat yang masih dinyakini oleh masyarakatnya Pangeran Baparong adalah Brawijaya yang mengawini wanita setempat anak dari raja Tanjungpura, kemudian mereka memisahkan diri dan membangun Kerajaan di Sukadana. Karena Brawijaya sendiri asal usulnya memang masih keturunan raja, maka tidak sulit baginya untuk menjalankan pemerintahannya.Siapapun pangeran Boporong yang disebut-sebut dalam beberapa sumber sejarah sebagai raja di Sukadana yang dapat memajukan dan merintis kerajaan Sukadana menjadi berkembang pesat baik dalam bidang politik maupun ekonomi (perdagangan). Terlepas dari siapa sebenarnya Pangeran Boporang itu ada banyak versi, namun sisi kesemuanya adalah Boporong salah satu raja yang besar yang pernah dimiliki Kerajaan Tanjungpura. Pada masa pemerintahannya, beliau melanjutkan kebijakan-kebijakan pendahulunya, dan semakin memperkuat jalinan persahabatan dengan kerajaan-kerajaan lain seperti Mataram, Kutai dan lain-lain.[6] Begitu juga dalam bidang perdagangan, hubungan dengan negara-negara seperti China, Coton dan Jazirah Arabia terjalin dengan baik.

Selain Raja Boporong, Raja Bandala merupakan salah satu raja yang berhasil dalam masa pemerintahannya. Berbagai sumber data khususnya dari Belanda menulis bahwa Kerajaan Sukadana masa ini telah melebarkan sayap kekuasaannya dan memajukan perdagangan. Pada masa pemerintahan Air Mala, selama 10 tahun beliau aktif pula dalam memajukan dan mengembangkan pemerintahan.[7] Pada itu juga, Kerajaan Sukadana mendapat serangan dari Jawa. Dalam penyerangan itu Air Mala ditangkap dan dibawa ke Jawa. Penyerangan itu dipimpin oleh Patih Kendal. Sebab-sebab penyerangan belum dapat dipastikan, dikatakan penyerangan itu diakibatkan kesalahpahaman dari keluarga Datuk Mangku, suami Air Mala.[8] Namun alasan-alasan ini belum dapat diterima, yang lebih dapat diterima sebab-sebab penyerangan itu adalah dalam buku yang ditulis oleh Soedarto dan kawan-kawan. Dalam buku itu dikatakan bahwa alasan penyerangan itu disebabkan karena Sultan Agung dari Mataram tidak senang hubungan yang terjalin antara Belanda dan Kerajaan Sukadana. Kedatangan Belanda pada tahun 1640 ke Sukadana bertujuan untuk membeli intan dari Landak. Tak lama kemudian datang pula bangsa Inggris dengan tujuan yang sama, malah akirnya mendirikan kantor dagang di Sukadana. Dengan kedatangan bangsa Eropa ini menjadikan arus pedagangan di Sukadana bertambah maju. Hal ini membuat cemas Sultan Agung sehingga menurut pendapat beliau, hubungan Sukadana-Jawa harus diputuskan. Maka dikirimkan seorang Temenggung dari Kendal yang bernama Bahureksa untuk menyerang Kerajaan Sukadana pada tahun 1622, sehingga akhirnya Ratu Sukadana Air Mala dapat ditawan dan di bawa ke Jawa dan tidak pernah kembali.[9]

Setelah Ratu Air Mala meninggal dunia, berdasarkan pesan yang dibuat, jenazah Ratu dikembalikan ke Sukadana dan dimakamkan di desa Tambak rawang. Pertikaian yang tidak dapat dielakan antara kerajaan Sukadana dengan Kerajaan Landak ketika pereburtan intan. Kerajaan Landak meminta bantuan Belanda dan kerajaan Sukadana meminta bantuan fihak Inggeris yang akhirnya kalah dan Sultan Zainudin melarikan diri ke kota Waringin meminta bantuan kepada orang Bugis dan berhasil merebut kembali dari tangan Landak[10] Pertikaian kedua antara Sultan Zainuddin dengan adiknya Pangeran Agung yang melibatkan Opu Daeng Manambon dan saudara-saudaranya yaitu ;

1. Opu Daeng Merewah telah diangkat menjadi Raja Muda bergelar Yam Tuan Muda di Johor

2. Opu Daeng Perani kawin dengan Tengku Tengah saudara Sultan Johor

3. Opu Daeng Celak kawin dengan Tengku Sandak di Riau

4. Opu Daeng Kemasi kawin di Sambas dengan adik Raja Adil bernama Raden Tengah, sewaktu menuju Tanjungpura. Beliau bergelar Pangeran Mangku Bumi.

Perkawinan antara Sultan Zainuddin dengan puteri Raja Sengkauk yang bernama Inderawati, membuat hubungan Sukadana dan Mempawah menjadi semakin erat. Setelah menikah puteri Inderawati diberi gelar Ratu Emas Inderawati. Sultan Zainudin sebelum menikah dengan puteri Inderawati telah mempunyai isteri dari Dusun Air Upas mempunyai puteri 4 orang yaitu :

1. Puteri Kesumbah, bergelar Ratu Agung Sunuhun

2. Pangeran Ratu, bergelar Pangeran Ratu Agung

3. Pangeran Mangkurat

4. Pangeran Agung Kartadipura

Atas jasa Opu Daeng Manambon menyelamatkan orang tuanya maka Ratu Kesumbah menerima lamaran dan menurunkan raja-raja Mempawah. Putera-putera Sultan Zainuddin setelah ayahnya meninggal terjadi perebutan kekuasaan di antara mereka sehingga menyebabkan kerajaan Sukadana pecah menjadi beberapa kerajaan :

1. Pangeran Mangkurat diangkat Sultan mengantikan ayahnya Sultan Zainuddin di Inderalaya (Sukadana)

2. Pangeran Agung Martadipura diangkat Sultan di Kartapura (Tanah Merah)

3. Pangeran Ratu Agung menjadi Panembahan di Simpang bergelar Sultan Kamaluddin tahun 1735.[11]

Setelah Sultan Mohammad Zainuddin wafat pada tahun 1717 dan dimakamkan di Desa Sandai Sukadana (Indralaya) diduduki oleh puteranya Pangeran Mangkurat yang bergelar Sultan Dirilaga. Pada tahun 1786 terjadi perang antara Sukadana dan Pontianak untuk memperebutkan peran perdagangan. Dalam peperangan tersebut Sukadana mengalami kekalahan, peranan Sukadana dilumpuhkan dengan ditutupnya pelabuhan dagang terbesar di Kalimantan Barat. Sultan Akhmad Kamaluddin segerah memindahkan pusat pemerintahannya dari Sukadana ke Matan membangun kerajaan baru yang diberi nama Tanjungpura[12]

· Peninggalan Kerajaan Sukadana di Kabupaten Kayong Utara

Sukadana dengan jarak 82 km, dari Kota Ketapang ditempuh selama 2 jam. Daerah yang sangat terkenal pada jaman dahulu. Menurut catatan situs London.com. Kerajaan Inggris pernah menduduki Sukadana pada tahun 1611. Belanda masuk di Sukadana diduga pada tahun 1617 dijaman Gubernur Jendral VOC Jan Pietersz.Coen.

§ Pelabuhan Sukadana (Pantai Pulau Dato)

Pada abad 17 Sukadana menjadi pelabuhan jalur sutera perdagangan wilayah maritim pertemuan jalur perdagangan dari barat, timur dan utara baik perdagangan dari luar nusantara, Eropa,Cina, Johor dan Brunai. Perdangan dari nusantara, seperti Bugis,Melayu,Jawa,Banjarmasin,Riau dan Palembang. Hasil yang dijual pada saat itu adalah rempah-rempah, intan, kayu gaharu dan kerajinan berbagai bangsa, guci-guci dari Cina dll.

§ Istana Keturunan Tengku Akil

Rumah milik Tengku Ismail keturunan ke 7 dari Tengku Akil. Menyimpan beberapa peninggalan antara lain genta kuningan (lonceng istana), menurut cerita suara dari lonceng tersebut bisa terdengar sampai radius lima kilometer. Pedang berhulu emas dengan perhiasan batu delima merah, jambrut legitimasi pedang ini sebagi tanda mahkota raja.

§ Makam Raja-Raja Sukadana

Komplek makam raja-raja Sukadana di Kampung Dalam terdapat makam Tengku Akil yang wafat pada tahun 1845. Makam dengan ornamen keramik Cina sering dikunjungi masyakat dari luar daerah. Terdapat banyak makam yang tulisan nisannya tidak dapat dibaca, terdiri dari kaum kerabat kerajaan Sukadana

§ Komplek Makam Panembahan Air Mala (Puteri dari Karang Tanjung di Desa Gunung Sembilan (Tambak Rawang)

§ Makam Tuk mangku (Suami Panembahan Air Mala) di Desa Pangkalan Buton

Benteng Belanda

Pemerintah Belanda mendirikan benteng dengan nama Nieuw-Brussel terletak sangat trategis menghadap kelaut pantai Sukadana, sebagai tempat pertahanan bagi tentara Belanda.

§ Kantor Belanda / Tangsi Militer

Bagunan kantor Belanda dengan nama Gezaghebber. Terletak dilokasi Tanah Merah sebagai suatu daerah pengembangan dan pemukiman bangsa Eropa (Inggeris dan Belanda), dihalaman depan ada dua buah meriam. Bangunan yang kokoh dengan kondisi yang masih terawat.Tangsi militer bagunan tempat para prajurit Belanda. Kondisi bangunan sudah tidak memungkinkan untuk ditempati.

3. Kerajaan Matan

Akibat adanya pertikaian antara Kerajaan Landak dengan Kerajaan Sukadana pada masa Sultan Muhammad Zainuddin memindahkan pusat kerajaan dari Indralaya ke Padang (kota Tanjungpura sekarang). Atas bantuan Opu Daeng Manambon , akhirnya Sukadana dapat direbut kembali, tidak beberapa lama kemudian Sultan Zainuddin meninggal dunia, kerajaan diserahkan kepada anaknya yaitu Pangeran Mangkurat. Pangeran Mangkurat yang bergelar Dirilaga, dan memindahkan pusat pemerintahannya ke Padang. Pada masa pemerintahan kamaluddin yang bergelar Sultan Muaziddin, juga dengan sebutan Almarhun Tiang Tiga berusaha mengembalikan kejayaan Tanjungpura seperti masa lalu. Sukadana yang pada masa itu diduduki oleh Belanda dengan nama Niuew Brussels, berusaha direbut kembali oleh Sultan.

Pengembangan agama Islam dan dengan dibantu seorang guru besar yang bernama Syech Maghribi. yang wafat di daerah tersebut dan dimakamkan di Padang desa Tanjungpura.Atas penghargaan masyarakat kepada Sultan Muaziddin maka beliau juga dikenal dengan sebutan Tiang Tiga yang mempunyai arti memiliki tiga jabatan kekuasaan yaitu:

· Sebagai Sultan Tanjungpura yang berpusat di Kota Padang;

· Sebagai Sultan Sukadana bekas jajahan Belanda yang berhasil direbut;

· Benua Lama sebagai tempat asal Kerajaan Tanjungpura didirikan dengan nama Negeri Baru (sekarang menjadi Negeri Baru Kecamatan Matan Hilir Selatan).

Untuk mengembangkan kejayaan kerajaan Tanjungpura banyak hal yang telah dilakukan oleh raja Matan. Namun hal ini tidaklah mudah sebab selalu mendapat halangan dari Belanda. Pernah dalam tahun 1822, rombongan Belanda yang dipimpin C. Muller datang ke Matan untuk menguasai Kerajaan Matan. Dua ultimatum dikeluarkan oleh Belanda yaitu perundingan dengan raja dan yang kedua dengan cara kekerasan. Akhirnya jalan kedua yang dilakukan oleh belanda untuk menguasai Kerajaan Matan. Dengan menyerahnya Sultan kepada Belanda, membuat Pangeran Cakra marah, sehingga beliau meninggalkan Matan menuju Kendawangan sedangkan Pangeran jaya berangkat ke Tanah Pinoh, Nanga Tayap dan sampai ke Sanggau. Pangeran Tumenggung adik Sultan Muaziddin menyingkir ke Nanga Tayap.[13]

Kerajaan Matan diperintah oleh Sultan Zainuddin II yang bergelar Iradilaga. Dalam masa pemerintahannya Sultan Zainuddin II mempunyai peranan penting dalam pengembangan agama Islam sehingga mencapai puncak kehebatannya masa penggantinya. Di dalam Kerajaan Tanjungpura memberlakukan hukum Agama Islam bagi pemerintah dan rakyatnya. Sehingga peranan Ulama Islam sangat dominan di sini, mempunyai pengaruh besar dalam pemerintahan, pendidikan dan pengajaran agama Islam.[14] Hukum Syara benar-benar dilaksanakan di mana yang mencuri akan dipotong tangannya. Seluruh rakyat diundang untuk menyaksikan jalannya hukuman dengan maksud agar rakyat dapat mengambil hikmahnya untuk tidak melakukan perbuatan tersebut.

Sementara intu dalam bidang pertahanan dan keamanan Tanjungpura memiliki armada angkatan laut yang kuat. Hal ini terbukti pada saat terjadi penyerangan ke Sekadau, dipimpim langsung oleh Pangeran Ratu Kesuma Anom yang menguasai ilmu perang. Begitu juga Pangeran Adi memimpim pasukan menyerang Kendawangan dan memperoleh kemenangan dengan cara damai yaitu dengan jalan perkawinan. Masa Sepeninggal Sultan Zainuddin II, Pangeran Sabran dinobatkan menjadi raja Kerajaan Tanjungpura tahun 1845-1924. pusat ibukota dipindahkan lagi oleh Pangeran Sabran ke Muliakerta Kecamatan Matan Hilir Selatan sekarang. Pangeran Sabran bergelar Panembahan Gusti Muhammad Sabran berputrakan Gusti Muhammad Busrah. Sebelum menjadi raja Gusti Muhammad Busrah meninggal dunia. Sehingga digantikan oleh cucunya yang bernama Gusti Muhammad Saunan sebagai raja di Muliakerta

Pada tahun 1922 M Ketika Gusti Muhammad Saunan diangkat menjadi raja dan setelah 19 tahun memerintah pasukan Jepang datang ke Matan. Menjemput Beliau sehingga tidak ada kabar beritanya dan Beliau tidak meninggalkan keturunan untuk mewarisi kerajaan yang dipimpinya.[15] Dari tradisi masyarakat yang berkembang bahwa ketika pada masa pemerintahan Gusti Muhammad Sabran sering kali terjadi bajak laut kemudian panembahan Matan membentuk angkatan laut dengan panglimanya Hamzah bin Daud yang disebutkan masih keturunan Brunai. Panembahan Matan juga meminta bantuan dengan kesultanan Pontianak sehingga dikirimlah panglima bernama Encik Walid dan Encik Kamis yang meninggalkan keturunan di kampung Padang dan Kampung Tuan-tuan di Kota Ketapang.

4. Kerajaan Simpang

kerajaan yang didirikan itu dimulai dari kuala Kandang Kerbau dan berpindah ke Sukadana, dari sukadana kemudian dilanjutkan oleh raja Akil dari Siak Indragiri, Kerajaan Tanjungpura tetap berjalan terus dambil berpindah lokasi. Akibat dari perkembangan keturunan, maka Kerajaan Tanjungpura terjadi perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh kakak beradik putra Sultan Zainuddin, sehingga Kerajaan Tanjungpura dibagi. Putra mahkota yaitu Pangeran Ratu Agung diberikan wilayah utara dan membangun kota kerajaan baru yang bernama Kerajaan Simpang. Sedangkan Kerajaan Tanjungpura sendiri masih tetap berdiri dengan perubahan nama menjadi Kerajaan Matan yang diperintah oleh Panembahan Busrah dan memindahkan ibukota pemerintahan ke Kerta Mulia.

Kerajaan Simpang didirikan pertama kali oleh Panembahan Ratu Agung pada tahun 1735 dan secara otomatis sebagai raja pertama yang memerintah Kerajaan Simpang adalah Panembahan Ratu Agung. Beliau memerintah sampai dengan tahun 1824 dan pada masa pemerintahan Panembahan Ratu Agung, kerajaan selalu dalam keadaan damai dan aman. Dalam pertumbuhannya kerajaan-kerajaan yang didirikan itu juga mengalami pergantian nama menjadi Matan atau Sukadana tergantung kedudukan raja yang sedang berkuasa saat itu. Pada tahun 1828 Raja Matan yang bernama Sultan Muhammad Kamaluddin diusir oleh pemerintah Belanda karena dianggap melindungi para bajak laut. Sebagai gantinya maka pada tahun 1829 Belanda menetapkan Raja Akil dari Siak Indragiri bergelar Sultan Abdul Jalil Syah berkedudukan di Sukadana yang kemudian berubah nama menjadi Niuew Brusel.[16] Pada masa pemerintahan raja Akil wilayah kekuasaannya hanya terbatas di Sukadana sedangkan Matan dikuasai Pangeran Adimangkurat seorang menantu dari Sultan Matan yang lama dengan memakai gelar Panembahan Anom Kesumanegara. Panembahan itu tidak mengakui pemerintahan Raja Akil. Pada tanggal 24 April1837 pemerintah Belanda memutuskan untuk membuat kontark baru dengan Raja Akil. Dalam kontrak itu dinyatakan bahwa Nieuw Brusel terdiri atas Sukadana dan Simpang sedangkan Matan merupakan kerajaan yang berdiri sendiri. Pada tanggal 21 Juni 1843 Raja Akil meningal dunia. Oleh karena itu Panembahan Matan dan Simpang menuntut hak-hak mereka, sehingga pada tanggal 1 September 1845 Nieuw Brusel dibubarkan. Kemudian Kerajaan Matan, Sukadana, Simpang berada di bawah perintah seorang gezaghebber Belanda dan kedudukan ketiga kerajaan itu terpisah dan membuat kontrak sendiri-sendiri dengan Belanda. (Arsip Nasional Republik Indonesia, 1973 : CI-CII)

Kerajaan Simpang setelah Nieuw Brussel dihapus pada tanggal 1 September 1845, maka Simpang berdiri menjadi kerajaan sendiri dan membuat kontrak sendiri dengan pemerintah Belanda. Kontrak itu dibuat pada tanggal 30 September 1845 yang mengakui sebagai Raja Simpang adalah Gusti Asma dan bergelar Panembahan Kesumaningrat. Pada masa kerajaan dibawah Gusti Panji yang bergelar penembahan Gusti Panji. Kerajaan Simpang Tua didirikan di Kampung Mungguk Jering Kecamatan Simang Hilir. Mengenai kapan didirikan tidak ada sumber yang pasti namun dari informasi bahwa kerajaan Simpang Tua adalah penembahan Gusti Panji.

Kemudian penembahan Gusti Panji diturunkan dari jabatannya sebagai Raja Simpang Tua dan digantikan oleh adiknya Gusti Muhammad Rum menjadi raja mengantikan Panembahan Gusti Panji yang memerintah dari tahun 1917 sampai dengan tahun 1942. Pada masa pemerintahan Panembahan Gusti Muhammad Rum inilah pusat pemerintahan Kerajaan Simpang dipindahkan di Desa Teluk Melano Kecamatan Simpang Hilir. Panembahan Gusti Muhammad Rum berakhir setelah dibawa ke Mandor oleh pemerintah Jepang. Sebagai penganti raja maka diangkatlah adik Gusti Muhammad Rum yang bernama Gusti Mesir untuk memangku jabatan sebagai raja di Kerajaan Simpang Hilir dengan gelar Panembahan dengan masa pemerintahan dari tahun 1942 sampai 1943 . tanggal 23 April 1943 semua raja-raja di Kalimantan Barat ditangkap dan ditahan di markas keibitai. Raja-raja yang ditangkap sejak tanggal 23 April 1943 semua telah dibunuh dan dimakamkan di suatu tempat yang tempat itu dirahasiakan sampai sekarang. Termasuk salah satu raja yang ditangkap dan dibunuh oleh Jepang adalah panembahan Gusti Mesir (Rivai, 1991:57).[17]

· Peningalan Kerajaan Simpang

· Wayang Kulit

Wayang kulit menurut menurut salah seorang “dukun” yang bernama Dalang Kunang bahwa wayang kulit pertama kali dikenal masyarakat Simpang sejak berdirinya kerajaan Simpang dan dikatakan bahwa wayang kulit itu berasal dari pulau jawa yang dibawa oleh salah seorang Putera Raja Majapahit yaitu dari perkawinan antara Damarwulan dan Puteri Kencana Ungu yang bernama Brawijaya bersama dengan patihnya Gelagendir (Patih Logender) dan Baggi pada waktu itu merantau ke Kalimantan. Di Kerajaan Simpang biasanya cerita yang dimainkan oleh dalang dalam perkawinan dan keselamatan : Tunggul Ulung, serita dari Kediri seperti Galuh Candra Kirana/Raden Panji. Gandang Purwangi, Buah Teberanang, Kijang Long dan sebagainya (Moelia,1967:11-12). Jenis wayang kulit itu kurang lebih 80 macam kebayakan bentunya masih asli dari tanah jawa.[18]

· Makam-Makam Raja Simpang

Kerajaan Simpang mengalami beberapa kali perpindahan sehinga letak makam para raja ada yang di Kerajaan Simpang Hilir Tua dan Kerajaan di Simpang Hilir berada di Telok Melano

· Makam Panembahan Gusti Panji

Makam di Kampung Munggu Jering Kecamatan Simpang Hilir, jalur yang digunakan menyelusuri Sungai Simpang dengan memakan waktu satu setengah jam, setelah itu berjalan sekitar 50 meter dan sampailah kepemakaman.

· Makam Panembahan Gusti Makhmud

Makam yang terletak tidak jauh dari terminal Telok Melano lebih kurang 50 meter

· Keraton Simpang Hilir

Keraton SimpangHilir didirikan pada tahun 1921 dan berfungsi sebagai tempat tinggal raja beserta keluarga serta tempat berlangsungnya pertemuan antara raja dengan para pembesar kerajaan namun dalam perkembangannya. Keraton Simpang Hilir mengalami perubahan karena tidak lagi sebagai tempat tinggal raja tetapi berubah fungsi menjadi Kantor Pos.[19]

· Meriam Bujang Koreng

Meriam yang merupakan hadiah dari Raja Bathin Satia Pahlawan dari Kerajan Karimata yang diberikan kepada Raja Simpang yaitu Panembahan Gusti Roem sewaktu akan meninggalkan Karimata dan menuju ke kota pusat Kerajaan Simpang.[20]

5. Kerajaan Kubu

Kesultanan Kubu yang dikenal diantara kerajaan yang ada di Kalbar mempunyai nama besar Al-Idrus adalah gelar marga dari Bani Alawi yang bermakna “keturunan Alawi”. Alawi adalah cucu Ahmad bin Isa yang dilahirkan di Hadramaut. Ahmad bin Isa Al-Muhajir, nasab Bani Alawi turunan dari Sayyidul Al-Husain ra, keturunan nabi Muhammad saw, telah meninggalkan Basrah di Iraq bersama keluarga dan pengikut-pengikutnya pada tahun 317H/929M untuk berhijrah di Hadramaut di Yaman Selatan.

Sayyid Idrus bin Sayyid Abdulrrahman Al-Idrus. Lahir malam kamis 17 Ramadhan 1144 H atau sekitar 1732 Masehi di kampung Riyadh Terim (Hadral maut), mulai membuka perkampungan baru tahun 1775 Masehi. Pada tahun 1780 Masehi (1199 H) baru dengan resminya bergelar Tuan Besar raja Kubu.[21]. Catatan sejarah bahwa Beliau pernah singgah di Batavia bersama Al-Habib Husain bin Abubakar Al-Idrus (Makam Keramat Luar Batang, Jakarta Utara). Tuan Besar Kubu (1772-1795). Syarif Idrus Al-Idrus kawin dengan H.H. Pangeran Ratu Kimas Sri Susuhanan Mahmud Badaruddin I Jayawikrama Candiwalang Khalifatul Mukminin Sayyidul Iman, Sultan Of Palembang pada tahun 1747 Wafat pada tahun 1795.[22]( Datangnya bangsa Belanda di Indonesia mempunyai pengaruh yang luar biasa dengan sewenangnya pemerintah Belanda menurunkan Syarif Abbas Al-Idrus (1800 – 1911) dari jabatan Tuan Besar Kesultanan Kubu. Penurunan ini atas dukungan sepupuhnya, Syarif Zainal Al-Idrus ketika terjadi perebutan jabatan Sultan pada tahun 1911 – 1921. Syarif Zainal Al-Idrus yang dilahirkan pada tahun 1851, dilantik menjadi Tuan Besar Kesultanan Kubu pada 15 Januari 1912. Menyerahkan wewenang Kesultanan kepada Dewan Kabupaten pada 1919. Di turun tahtakan tanpa adanya pilihan penganti pada 11 April 1921. Delapan tahun kemudian, tidak adanya pewaris tahta baru, selama kurun waktu hanyalah “Pelaksana sementara” (temporary ruler).

Syarif Shaleh di lahirkan pada tahun 1881. dikenal sebagai pelaksana sementara kesultanan, pada September 1921. Di lantik menjadi Tuan Besar Kubu pada 7 Februari 1922 ditangkap oleh Jepang pada 23 November 1943 dan dibunuh Jepang pada 28 Juni 1944. Beliau menjadi Tuan Besar Kubu tahun 1921 – 1943 mendapat kehormatan dari pemberian wewenang sebagai sultan akan tetapi tertahan saat kedatangan tentara Jepang di Mandor pada tahun 1943. Dewan kesultanan dan keluarga bangsawan tak semudah menyetujui penganti Syarif Shaleh, pemerintah Minsebu (Pemerintah Jepang di Kalimantan Barat di tahun 1945 tidak punya waktu untuk mengisi kekosongan tahta kerajaan Kubu setelah Syarif Shaleh Al-Idrus terbunuh. Jepangpun menyerahkan persoalan pengantian itu kepada Dewan Kerajaan yang anggotanya terdiri dari kaum kerabat raja dan pembesar-pembesar tinggi kerajaan . Atas usul dan pendapat Dewan Kerajaan, Jepang merencanakan menetapkan Syarif Hasan sebagai pemangku jabatan raja; rencana ini tidak terlaksana karena Jepang meninggalkan Indonesia.[23]

Setelah Jepang meninggalkan Indonesia akibat kekalahan tentara Jepang melawan Sekutu dalam perang Asia Timur Raya bangsa Indonesia masih harus menghadapi orang-orang Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. Orang Belanda yang tergabung dalam Nederland India Civil Administration (NICA) datang ke Indonesia dengan membonceng pasukan Sekutu yang akan melujuti persenjataan tentara Jepang[24].Pada tanggal 29 September 1945 tentara Australia sebagai perwakilan pasukan Sekutu mendarat di Pontianak. Residen Asikin Nur menyerahkan kekuasaannya kepada Van Der Zwaal dari NICA..Kalbar dibentuk menurut ordonasi 22 Oktober 1946 mempersatukan diri dengan kedua belas zelfbestuur yang sejak dahulu terdapat dikalbar menjadi satu federasi kekuasaan terpenting yang terletak dalam tangan zelfbestuur diserahkan kepada Dewan Kalimantan. Kedudukan istimewah daerah Kalimantan Barat (DIKB) ditetapkan dalam satu dokumen oleh komisi jenderal yang mewakili pemerintahan Belanda., dokumen tersebut ditandatangani komisi jenderal tersebut dan oleh ketua dan para wakil Dewan Kalimantan Barat. ( Statuut Kalbar tertanggal 12 Mei 1947) Stauut ini dicatat dalam Staat blad 1948 No.58[25].

Dr. Van Mook membentuk banyak negara baru yang bertentangan dengan persetujuan Linggarjati dan Renville. Awal April 1948 Pemerintah Belanda telah mengumumkan susunan dewan-dewan perwakilan negara-negara dan daerah-daerah buatan Van Mook yang telah selesai, sedangkan diwaktu linggarjati yang ada hanya baru NIT[26]. Dewan Kalimantan Barat beranggotakan 40 orang, 22 dipilih (15 bangsa Indonesia dan 7 Cina), 15 ditunjuk oleh Zelfbestuur, 2 orang Belanda serta seorang dari golongan kecil yang diangkat oleh Kepala Daerah

Konsolidasi di Kalbar dilakukan oleh Belanda tgl, 15 Maret 1948 dilakukan pemilihan untuk daerah Kalbar yang harus dipilih 8 suku Dayak, 7 suku Indonesia, 7 Cina. Pada tgl, 12 Mei 1948 dilakukan reorganisasi Dewan Kalbar Dewan Pemerintah terdiri atas [27]:

1. M.W. Nieuwenhuisen, J.C. Oevang Oeray Lim Bak Meng A.F. Korak Mohamad Saleh

Zelfbestuurders yang dengan sendirinya menjadi anggota Dewan adalah :

2. R. Abubakar Panji Anom, Tengku Mohamad, Ade Moh.Johan ,Gusti Mustaan Gusti Koleh, Gusti Ismail, Gusti Mohamad Thaufik, Gusti Aplah, Amran Salim, Syarif Hasan, Gusti Makhmud, Hasan Adenan, Abang Bakri

Anggota lainnya adalah :

3. 1 I.A.Kaping, F.C. Palaunsuka, M.Linggi, P.Denggok, M.Jaman, P.F. Banteng, Haji Sudhi, Uray Ibrahim, N.Winokan, Mansyur Rivai, Mohamad Bakri, M.Taib, Mas Syahdan, Lim Liat Nyan, Bong Chun Fat, Sim Tek Hui, Cung Ling Sen, Tio Kiang Sun, Ng.Ciauw Hien, F. Brandenburg van der grooden, Gulam Abas bin Abdulhusin.

Kedatangan bangsa Belanda yang membonceng NICA maka eksistensi Syarif Hasan Bin Zein Al-Idrus (masuk dalam dua belas zelfbestuur ). Stantsblad 1946 no. 17 daerah yang tidak termasuk zelfbestuur dapat diberi kedudukan yang sama dengan daerah zelfbestuur oleh letnan Gubernur Jenderal dinamakan neo-zelfbestuur.Kalbar dibentuk menurut ordonasi 22 Oktober 1946 mempersatukan diri kedua belas zelbestuur yang sejak dahulu telah terdapat di Kalbar menjadi satu federasi., sehingga wilayah Kerajaan Kubu yang menjadi tanggungjawab Sy Hasan bin Zein Al –Idrus diakui oleh Belanda, ia ikut menandatangi Zelfbestuurders. Pada tanggal 12 Mei 1948 yang dilakukan reorganisasi Dewan Kalimantan Barat.

Syarif Hasan bin Zein Al-Idrus baru menerima pengesahan sebagai pemimpin kesultanan Tuan Besar Kubu dan terpilih sebagai head of the self-governing monarchy (pemimpin kerajaan pada 16 Agustus 1949[28]. Pada tanggal 5 April 1950 Sultan Hamid II masih bersatus sebagai Menteri Negara RIS ditangkap dengan tertangkapnya Sultan Hamid II maka DIKB (Daerah Istimewah Kalimantan Barat) dan kerajaan-kerajaan Swapraja yang ada di Kalimantan Barat dinyatakan bubar. Kalimantan Barat menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.[29]

6. Kerajaan Sambas

Hubungan sejarah tentang asal usul kerajaan Brunei Darussalam.dengan kerajaan Sambas mempunyai latar belakang persaudaraan yang terjalin dengan baik jauh sebelumnya di kenal sampai sekarang.Keturunan yang kesembilan Sultan Abdul Jalil Akbar. Beliau mempunyai anak bernama Sultan Raja Tengah. Raja Tengah yang datang Kekerajaan Tanjungpura. dengan prilaku yang baik beliau sangat dihormati. Raja Tanjungpura mengawinkan anaknya yang bernama Ratu Surya, dari perkawinan ini terlahirlah Raden Sulaiman. Kerajaan Sambas saat itu di pimpin Ratu Sepudak dengan pusat pemerintahannya di Kota Lama kecamatan Teluk Keramat sekitar 36 km dari kota Sambas. Raja Sambas dikaruniai dua orang putri. Yang tertua dikawinkan dengan keponakan Ratu yang bernama Raden Prabu Kencana dan ditetapkan menjadi penggantinya.Kedatangan Raja Tengah beserta rombongannya di Sambas, diterima dengan baik rakyat Sambas dan bersimpatik sehingga banyak pengikutnya dan memeluk agama Islam.

Kerajaan Sambas yang dipimpin Ratu Sepudak wafat. Digantikan oleh menantunya Raden Prabu Kencana dengan gelar Ratu Anom Kesuma Yudha. Puteri kedua ratu Sepudak yang bernama Mas Ayu Bungsu dikawinkan dengan Raden Sulaiman (putra sulung Raja Tengah). Perkawinan ini dikaruniai seorang putra bernama Raden Bima. Raden Sulaiman ditunjuk sebagai wasir yang khusus mengurus dalam dan luar negeri dan dibantu oleh menteri-menteri serta petinggi lainnya. Raden Sulaiman meninggalkan kerajaan menuju daerah baru Kota Bandir dan Ratu Anom Kesuma Yudha berangkat melalui sungai Selakau, kemudian agak kehulu dan mendirikan kota dengan ibukota pemerintahan yang baru bernama Kota Balai Pinang.[30]

Kerajaan Sambas berakhir di Kota Bandir dan mendirikan pemerintahan yang baru di Lubuk Madung, daerah persimpangan anak sungai : sungai Sambas kecil, Sungai Subah dan Sungai Teberau yang disebut “Muara Ulakan”. Kemudian mendirikan kerajaan dan keraton Sambas. Raden Sulaiman dinobatkan menjadi Sultan pertama kerajaan Sambas dengan gelar Sultan Muhammad Syaefuddin I. Beberapa saudaranya, raden Badaruddin bergelar Pangeran Bendahara Sri Maharaja dan Raden Abdul Wahab bergelar Pangeran Temenggung Jaya Kesuma. Raden Bima (anak Raden Sulaiman) pergi ke Sukadana dan kawin dengan puteri Raja Tanjugpura bernama Puteri Indra Kesuma (adik Bungsu Sultan Zainuddin) dan dikaruniai seorang putera diberi nama Raden Meliau, Raden Bima dinobatkan menjadi Sultan dengan gelar Sultan Muhammad Tajuddin dan dilanjutkan Raden Meliau dengan gelar Sultan Umar Aqamaddin I

Putra Sultan Umar Aqamaddin naik tahta dengan gelar sultan Abubakar Kamaluddin kemudian diganti, Raden Jama bergelar Sultan Umar Aqamaddin II kemudian Raden Gayung bergelar Sultan Muda Ahmad, kemudian digantikan, Raden Mantri bergelar Sultan Abubakar Tajuddin I, Raden Sumba bergelar Sultan Usman Kamaluddin, dilanjutkan oleh Sultan Umar Aqamaddin III setelah wafat diangkatlah putra mahkota Raden Ishak dengan gelar Sultan Abu Bakar Tajuddin II.kemudian diangkat menjadi sultan Raden Toko bergelar Sultan Umar Kamaluddin, kemudian Raden Afifuddin bergelar sultan Muhammad Tsyafiuddin II, Raden Muhammad Aryadiningrat bergelar Sultan Muhammad Ali Tsyafiuddin II, Dan seterusnya digantikan dengan Muhammad Mulia Ibrahim bergelar Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Tsyafiuddin, memerintah 2 Mei 1931- 1943 M. sampai berakhir hingga beliau di jemput oleh Jepang pada pristiwa Mandor Kalimantan Barat[31]

Peningalan Kerajaan Sambas

Jarak Kabupaten Sambas dengan Kota Pontianak lebih kurang 220 km. Peninggalan sejarah dan budaya yang masih dapat dilihat sampai saat ini adalah peninggalan keraton Sambas, makam para raja-raja, upacara budaya Melayu dan kesenian masyarakat antara lain ;

· Istana Sambas

Peninggalan Sultan Sambas yang ke 15 yaitu Sultan Muhammad Mulia Ibrahim Tsafiuddin sultan yang terakhir memerintah kerajaan Sambas 1931-1943. Istana dengan gaya Eropa dan Cina mempunyai luas 16.781 m dibangun pada tahun 1933 dan selesai tahun 1935 biaya bangunan istana ini sebesar 65.000,- Gulden, berasal dari bantuan kredit Sultan Kutai Kartanegara terletak tepat dipertemuan tiga Sungai Sambas Kecil, Sungai Subah dan sungai Teberau. Di depan pintu gerbang bagian atas istana terdapat tulisan “Alwatzikhoebillah” Merupakan falsafah kerajaan yang bermakna Berpegang teguh dengan tali Allah diatas tulisan terdapat Simbol Kerajaan yang diberi nama Elang Laut.[32]

· Masjid Jami Sultan Muhammad Tsyafiuddin

Masjid dibangun Sultan Sambas yang ke –13 pada tanggal 1 Oktober 1885 yaitu Sultan Muhammad Tsafiuddin II memerintah kerajaan Sambas (1886-1922) Masjid dibangun oleh baginda sultan bersama-sama ibundanya Ratu Sabar.

· Makam Raja-Raja Sambas

Makam seluas 79X 34,7 M. terdapat makam para raja-raja kerajaan Sambas antara lain :

· Makam Sultan Abubakar Tajuddin, Sultan Muhammad Syaifuddin II

· Kerajinan Songket Sambas yang sangat terkenal dengan kain dengan selendangnya biasanya kain songket ini digunakan untuk menyambut tamu agung dan upacara adat.

· Aneka budaya melayu salah satunya upacara Antar Jung keselamatan bagi para nelayan. Lomba perahu Finisi dan Tanjidor.

7. Kerajaan Landak

Nama kerajaan Landak (yang disebut juga Landa) muncul sejak kerajaan ini disebut-sebut dalam Negara Kertagama dalam tahun 1365 yang ditulis oleh Epu Prapanca di masa pemerintahan raja Hayam Wuruk Rajasanegara yang memerintah di kerajaan Majapahit. Kerajaan-kerajaan di Nusa Tanjungpura yang dituliskan Prapanca sejumlah 21 kerajaan. Dari 21 kerajaan itu, 18 diantaranya terdapat di Kalimantan. Salah satunya adalah kerajaan Landak. Berawal dari salah seorang bangsawan dari Singasari yang menuju ke Pulau Kalimantan yang membuka pusat pemerintahan awal kerajaan Landak dikenal sebagai Nigrat Batur atau Angrat Batur, kemudian turun temurun bangsawan dari Singasari yang kemudian dikenal sebagai Ratu Sang Nata Pali I memerintahkan kerajaan Landak hingga pemerintahan Ratu Sang Nata Pulang Pali VII.

Raden Iswaramahayana, Raden Ismahayana atau yang dikenal dengan nama Abdul Kahar adalah anak dari Ratu Sang Nata Pulang Pali VII dengan Ratu Permaisuri Dara Hitam. Setelah Pulang Pali VII mangkat, maka naik tahtalah Raden Iswaramahayana. Di atas tahta Kerajaan ia kemudian bergelar Raja Adipati Karang Tanjung Tua (1472). Setelah memerintahkan kerajaan Landak yang semula di Angrat Batur atau Ningrat Batur Sekilap Sepatah (1292-1472). Ke lokasi yang baru yaitu di kaki bukit yang berhadapan dengan sungai Menyuke percabangan sungai Tenganap atau sungai Landak. Setelah kemudian berkembang sebagai ibukota Kerajaan Landak, yang juga dikenal dengan Kota Ayu atau Munggu, yang kini lokasi tempat makam Raden Abdul Kahar.

Persaudaraan antara Raden Abdul Kahar dengan keluarga turun temurun dari ibunya Putri Dara Hitam dengan Aria Sinir yang dikenal sebagai orang Darat (Dayak), sedang perjodohan antara Dara Hitam dan Ratu Sang Nata Pulang Pali VII sebagai orang laut (Melayu). Di Bawah pemerintahan Raja Adipati karang Tanjung Tua Raden Iswaramahayana (1472-1542), agama Islam masuk dan berkembang pesatnya di wilayah kerajaan Landak. Raja kerajaan Landak beserta keluarga dan rakyatnya kemudian memeluk agama Islam, dan raja sendiri berganti nama dan lebih dikenal sebagai Raden Abdul Kahar.[33]

Raja-raja dan Penerus Kerajaan landak.

I. Pada pase pertama ibu kota kerajaan Landak di Nigrat Batur atau Angrat Batur Sekilap Sepatah kurun waktu 1292-1472 atau sekitar 180 Tahun

II. Ibukota Kerajaan Landak di Ayu Munggu kurun waktu 1472-1703 sekitar 203 Tahun

III. Ibukota Kerajaan Landak di Bandong kurun waktu 1703-1768 sekitar 65 tahun

IV. Ibukota Kerajaan Landak di Ngabang sejak tahun 1768 dan merupakan ibukota terakhir Kerajaan Landak dalam perjalan sejarah pemerintahannya.

Turunan pertama Kerajaan Landak yang berawal dari Ratu Sang Nata Pulang Pali I sampai ke Pangeran Ratu Drs. Gusti Suryansyah Amiruddin, M.Si pangeran Ratu Keraton Landak, sejak tahun 2000 sudah 39 turunan.

· Peningalan Kerajaan Landak

· Istana Kerajaan Landak/Ngabang

Istana yang terletak di Kota Ngabang Kabupaten Landak, 177 km dari Kota Pontianak, menyimpan berbagai peninggalan kerajaan Landak, disamping istanah terdapat sebuah mesjid kerajaan Landak

· Makam Raja Landak

Makam Raja Abdul Kahar atau Ismahayana atau Iswara Mahayana yang terletak di daerah Munggu lebih kurang 1 jam perjalan menyelusuri anak sungai Landak, Makam yang terletak di atas bukit mempunyai panjang 2 meter. Makam yang sering diziarahi oleh masyarakat terutama jika ada hari-hari besar.

· Makam Juang Mandor

Makam yang terletak di Kecamatan Mandor, 80 km dari Kota Pontianak.Menumen perjuangan di daerah ini dimakamkan sekitar 21.037 penduduk, raja-raja Kalimantan Barat yang dibunuh tentara Jepang pada pristiwa Mandor 1942.

· Intan Landak

sungai Landak dimana banyak penduduk mendulang intan. Intan Landak sangat terkenal dengan sebutan intan Kobi berkualitas lebih baik dari intan Martapura yang berwarna putih,merah,kuning dan hitam.Dari 13 kecamatan yang ada di wilayah Landak yang memiliki potensi pertambangan berupa intan adalah Ngabang,Air Besar, dan Kuala Behe.[34]

· Upacara Ngantar Tumpang Negeri[35]

Upacara Ngantar Tumpang Negeri merupakan upacara adat suku bangsa Melayu di kerajaan Landak sekitarnya daerah Kecamatan Ngabang Kabupaten Landak. Ngantar Tumpang Negeri adalah salah satu upacara sebagai manifestasi dari rasa syukur atas nikmat yang dilimpahkan Allah SWT, dan juga merupakan upaya penghindaran malapetaka/bala, pengusiran penyakit dan ketidak beruntungan, permohonan keselamatan dan pengharapan kehidupan yang lebih baik dan keberuntungan pada tahun yang akan datang.

8. Kerajaan Mempawah

Opu Daeng Menambon beserta saudara-saudaranya berasal dari Kerajaan Luwu di Sulawesi Selatan. Mereka dikenal sebagai pelaut-pelaut ulung dan pemberani. Mereka meninggalkan tanah kelahirannya merantau mengarungi lautan luas menuju Banjarmasin, Betawi, berkeliling sampai Johor, Riau, Semenanjung Malaya akhirnya sampai pula di daerah Kerajaan Tanjungpura (Matan).“Dalam perantauannya, kelima bersaudara tersebut banyak membantu kerajaan-kerajaan kecil yang sedang mengalami kesulitan. Kesulitan seperti terlibat pada suatu peperangan, baik perang saudara ataupun baru diserang kerajaan lain. Karena kebiasaan tersebut dan sifat suka menolong terhadap pihak yang lemah inilah mereka terkenal sampai di mana-mana..

Terbukti apa yang dilakukan kelima bersaudara tersebut ketika datang di Kerajaan Tanjungpura. Pada saat itu Kerajaan Tanjungpura sedang terjadi perang saudara, disebabkan adik kandung Sultan Muhammad Zainuddin yang bernama Pangeran Agung menyerang Sultan Muhammad Zainuddin. Ketika saudara tersebut berhasil membantu memadamkan pemberontakan dan kudeta dari Pangeran Agung. Bahkan Opu Daeng Menambon berhasil mempersunting puteri Sultan yaitu Puteri Kesumba cucu dari Panembahan Senggaok.“Dari perkawinan Opu Daeng Manambon dengan Puteri Kesumba, lahirlah sepuluh orang putera-puteri, tapi yang paling terkenal yaitu Utin Chandramidi dan Gusti Jamiril atau Panembahan Adijaya Kesuma Jaya,” katanya.Lanjutnya lagi ketika Opu Daeng Manambon sampai di Senggaok, diadakan serah terima dari Pangeran Adipati kepada Opu Daeng Menambon, kerana Opu Daeng Menambon adalah cucu menantu Panembahan Senggaok. Sehingga Opu Daeng Menambon memangku jabatan Raja Mempawah yang ketiga dan dia memindahkan pusat Kerajaan Mempawah di Sebukit Rama (kira-kira 10 Km) dari pusat Kota Mempawah. Kesepuluh putra-putri Opu Daeng Manambon hanya putrinya Utin Chandamidi adalah isteri Sultan Abdurrahman Alkadrie raja pertama kerajaan Pontianak.[36]

· Peninggalan Kerajaan Mempawah

· Keraton Mempawah,Mesjid Jami Mempawah,Makam Raja-Raja Mempawah

· Upacara Robo’-Robo’

Hari Rabu bulan Safar terakhir dikenal masyarakat Mempawah sebagai hari. Robo-robo adalah nama upacara tahunan (tahun Islam) yang diselenggarakan oleh penduduk daerah Kabupaten Pontianak khusunya dan pada masyarakat keturunan Bugis yang ada di daerah lainnya.

9. Kesultanan Pontianak

Kerajaan terakhir yang ada di Kalimantan Barat yaitu Kesultanan Pontianak berdiri semasa pemerintahan Van Der Parra (1761-1775), Gubernur Jenderal VOC yang ke-29 Pendirinya adalah Pangeran Syarif Abdurrahman putra Al-Habib Husin Al Kadri penyiar agama Islam dari Arab. Menurut sumber sejarah Kota Pontianak didirikan tanggal, 23 Oktober 1771 (14 Rajab 1185). Kerajaan yang terletak dipersimpangan antara Sungai Kapuas Besar dan Sungai Landak di sebuah kampung yang bernama Kampung Dalam Bugis Sultan-sultan yang pernah memerintah tersebut antara lain :

1. Sultan Syarif Abdurrahman Al Kadri (1771-1808)

2. Sultan Syarif Kasim Al Kadri bin Syarif Abdurrahman Al Kadri (1808-1819)

3. Sultan Syarif Usman Al kadri bin Syarif Abdurrahman Al Kadri (1819-1855)

4. Sultan Syarif Hamid I Al Kadri bin Syarif Usman Al Kadri (1855-1837)

5. Sultan Syarif Yusuf Al Kadri bin Syarif Hamid I Al Kadri (1873-1895)

6. Sultan Syarif Muhammad Al Kadri bin Syarif Yusuf Al Kadri (1895-1944)

7. Sultan Syarif Taha Al Kadri bin Syarif Usman Al Kadri (1944-1945)

8. Sultan Syarif Hamid II Al Kadri bin Syarif Muhammad Al Kadri (1945-1950).[37]

· Peninggalan Kesultanan Pontianak

· Kota Pontianak

Kota Pontianak yang merupakan ibukota Propinsi Kalimantan Barat terdiri dari lima kecamatan.Kota Pontianak sebagai tempat pusat pemerintahan, pusat perdagangan, pusat pasilitas pendidikan, serta daerah transit bagi yang akan menuju Kuching ibu kota negeri Sarawak

· Keraton Kadriyah

Keraton Kadariyah terletak 3 km dari pusat kota. Salah satu peninggalan dari Sultan Syarif Abdurrahman pendiri kota Pontianak. Menurut inskripsi yang ada bahwa istana itu dibangun pada Tahun 1923 Masehi pada masa pemerintahan Sultan Muhammad AlKadrie, Sultan Pontianak yang ke 6 hingga kini masih menyimpan berbagai macam ragam peninggalan Sultan seperti Singgasana Sultan, Kaca Pecah Seribu, dan Alqur’an tulisan tangan Sultan dan lain sebagainya

§ Masjid Jami’ Sultan Abdurrahman AlKadrie

Masjid peninggalan Sultan Syarif Abdurrahman, dibangun kembali oleh Sultan Syarif Usman pada hari Selasa bulan Muharram Tahun 1238 H menjadi 1821 M yang terletak tepat berada di depan Keraton Kadariyah.

§ Makam Raja-Raja Kerajaan Pontianak

Makam raja-raja kesultanan Pontianak terletak di Batulayang wilayah Pontianak Utara, dengan jarak 7 km dari pusat kota Pontianak. Makam yang paling tua adalah makam Sultan Syarif Abdurrahman yang mempunyai angka Tahun 1224 H atau 1808 dan beberapa sultan lainnya.

C. Penutup

Secara singkat hubungan keterkaitan beberapa kerajaan yang pernah berjaya di Kalimantan Barat. Kerajaan yang umumnya didirikan oleh para pendatang terutama dari kalangan bangsa Jawa, Melayu,Bugis dan Arab. Hubungan antara satu dengan lainnya dimulai dari perdagangan, pertahanan keamanan bersama seperti dengan kerajaan luar Kalimantan Barat, Brunai,Johor dan Sarawak. Kerajaan yang berperan sebagai simpul sosiokultural masyarakat, dan pemersatu seluruh elemen masyarakat sebanyak 14 buah kerajaan. 9 dari 14 kerajaan yang dapat diinventarisasi. Pada umumnya kerajaan di Kalimantan Barat saling menghargai satu sama lainnya. Meninggalkan sejarah dan budaya yang masih ada, dapat dilihat di wilayah kerajaan-kerajaan yang ada di Kalimantan Barat.

D. Saran-Saran

Akan lebih baik kerajaan yang ada di Kalimantan Barat, merevitalisasi kembali khasanan budaya dan peninggalan kerajaan tetap dilestarikan sehingga budaya tersebut akan dapat dipelajari oleh generasi masa kini, dan dijadikan sebagai objek wisata sejarah dan budaya dengan mempersiapkan sumber daya manusia serta usaha pemerintah untuk memperkenalkan pariwisata Kalimantan Barat dengan menyediakan informasi sebaik mungkin. Objek wisata di daerah harus diketahui oleh wisatawan tentang jenis, letak, dan alat angkutan yang dipergunakan, selain itu berbagai cara yang dapat dilakukan seperti ;

1. Mengadakan promosi melalui surat kabar, majalah,spanduk,brasur,famplet dan lainnya.Memberikan penerangan kepada masyarakat secara luas. Mengadakan hubungan kerjasama dengan berbagai pihak yang bergerak di bidang kepariwisataan

2. Mengingat pentingnya informasi tentang kerajaan, sebaiknya kerajaan yang belum ditulis dapat dilanjutkan. Kerajaan Meliau.Tayan.Sanggau,Sintang dan Bunut.

Daftar Pustaka

Budi Rahman, 27 Des 2007. Sambas Terkait Erat Dengan Brunai. Sambas: Harian Borneo Tribun.

Gusti Suryansyah, 2006. Upacara Adat Ziarah Akbar dan Ngantar Tumpang Negeri Kabupaten Landak

I Putu Gelgel, 2006.Indrustri Pariwisata Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama.

Johan Wahyudi, 27 Des 2007.. Opu Daeng Manambon Pelaut Ulung dari Sulawesi Selatan. Mempawah: Borneo Tribun.

Nasution. 1978. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid 7 Periode Renville. Disjarah-Ad.Jakarta

Natsir, Muhammad, 2006. Sekilas Upacara Tumpang Negeri Landak. Pontianak : Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional

Nurcahyani,Lisyawati, 1995. Pendataan Peninggalan Sejarah Keraton Kadriah Pontianak. Bag Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Kalimantan Barat.

Pangeran Ratu H. Winata Kesuma., 2005. Istana Alwatzikhoebillah Tempo Dulu Dan Sekarang. Sambas: Majelis Adat Istiadat Istana Alwatzikhoebillah

Purba Juniar,. 1992. Dokter Soedarso. Pontianak.: Balai Pelestrian Sejarah Dan Nilai Tradisional

---------------------- 2000. Pendataan Sejarah Kerajaan Tanjungpura-Matan Di Kabupaten Ketapang, Pontianak.: Laporan Penelitian Balai Kajian Jarahnitra

---------------------. 1997. Oevang Oeray. Pontianak : Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional

Radin Muhammad Hamzah, Ir.,2007. Rekonstruksi Berdiri dan Berkembangnya Kerajaan Tanjungpura-Sukadana-Matan. Brunai.

Sulistyorini Pembayun, 2003. Sejarah Berdirinya Kerajaan Simpang,Dalam Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Kalimantan. Pontianak: Balai Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional.

Syafruddin Usman MHD,. 2002 Susur Galur Kerajaan Landak, Pontianak: Romeo Grafika

Yosep Setiawan . 1995 Sejarah Kerajaan Kubu. Kecamatan Kubu

Yufiza , 2004. Potensi dan Pengembangan Wisata di Kota Pontianak., Pontianak : Balai Pelestarian Sejarah Dan Nilai Tradisional

Ibrahim Bajuri, Selasa 6 Maret 1990. Akcaya. Pontianak

Soedarto. 2008 Wawancara . Pontianak

Kesultanan Kubu Wikipedia Indonesia. Donw load 6/8/2007

Daftar Riwayat Hidup

M.Natsir,lahir 28 Pebruari 1964 di Pontianak,Sei Jawi Dalam Kalimantan Barat. Beragama Islam.Riwayat pendidikan dari sekolah agama Madrasah dan SD Bawari 1977, Sekolah Tehnik Negeri Transisi1980, STM Negeri 2 1984. Melanjutkan Universitas Tanjungpura Pontianak Jurusan Ilmu Administrasi Negara 2002. Tahun 2004 mengikuti Program Magister (S2) pada universitas yang sama pada program Studi Sosiologi selesai tahun 2006

Riwayat pekerjaan diawali sebagai loper koran di Pontianak pada harian Koran Berita Yudha Jakarta 1980, tamat sekolah masuk Perusahaan Negara PTP VII Gn.Meliau Kalbar 1984-1986, PT. Duta Pertiwi Nusantara Kalbar 1986-1994. Tahun 1992 di terima sebagai Pegawai Negeri Sipil Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak.Menjadi dosen tidak tetap pada Jurusan Pariwisata Isipol UNTAN tahun 2002 sampai sekarang, penulis Budaya. Koran APPost., harian Berkat., Borneo Tribun,Jurnal Sejarah Jakarta

Seminar – Simposium.Work Shop Antar Kepala Balai Kajian Sejarah SeIndonesia Malaysia 1996.Seminar Pengembangan SDM Rektorat UNTAN 2004.Antar Universitas Borneo 2 Malaysia-Indonesia 2005.Raker Balitbangda TK.I Kalbar.Work Shop Kepercayaan SeIndonesia Bogor /Jkt 2005/2006, Budaya Melayu STAIN 2005 Pendidikan IKIP Ptk 2006. Kearifan Budaya Lokal Bogor 2006. Nilai-Nilai Budaya Diklat Ptk 2007.Arung Sejarah 2 Ketapang Kalbar 2007. Sejarah Borneo Brunai Negara Brunai 2007. Sejarah Islam UITM Samarahan Sarawak Malaysia 2008

Karya – Karya.Penelitian Naskah Translitersi Arab Melayu Kitab Kesehatan. Naskah Translitersi Arab Melayu Silsilah Bugis.Barzanji Pontianak.Hadrah Pontianak. Tokoh Sejarah Kaltim.Tokoh Sejarah Ketapang. Suku Dayak Manjau Ketapang. Suku Bakumpai Kalteng – Kalsel. Penelitian Sosial Budaya Melayu Pontianak. Aktualisasi Budaya Batang Lupar Putusibau.Tesis Identitas Melayu Pontianak. Adat Istiadat Melayu Kayung Ketapang.Upacara Tradisi Melayu Kab.Pontianak.Menstro Budaya Kalbar. Tumpang Negeri Landak Kalbar 2006.Kearifan Lokal Masyarakat Pontianak 2006.Upacara Tradisi Kab Pontianak 2006. Pristiwa Mandor Kalbar 2007. Prospek Ikan Salai Putusibau Kalbat 2008.Multikultural Kementerian Kebudayaan Pariwisata Jakarta 2008. Inventarisasi Budaya Sejarah Kalbar 2008.



[1] M.Natsir,S.Sos.,M.Si Pembantu Pimpinan pada Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak.Staf Edukasi pada Isipol D3 Pariwisata Untan Telp. (0561) 778385. Hp. 085252070084

Email. natsir_ace @ yahoo.com.dan ace-informasibudaya.blogspot.com

[2] Yufiza Dra,Potensi dan Pengembangan Wisata di Kota Pontianak., Balai Pelestarian Sejarah Dan Nilai Tradisional, 2004, hlm.1

[3] I Putu Gelgel, SH.,M.Hum,Indrustri Pariwisata Indonesia. Bandung, PT Refika Aditama,2006,hlm.53

[4] Radin Muhammad Hamzah, Ir.,Rekonstruksi Berdiri dan Berkembangnya Kerajaan Tanjungpura-Sukadana-Matan. Brunai, 2007, hlm 71.

[5] Nurcahyani,Lisyawati,Dra.Pendataan Sejarah Kerajaan Tanjungpura-Matan Di Kabupaten Ketapang, Laporan Penelitian Balai Kajian Jarahnitra Pontianak. Jakarta.2000. hal, 124.

[6] Nurcahyani,Lisyawati,Dra,op.cit., hlm, 129

[7] Ibid.

[8] Ibrahim Bajuri, Akcaya, Selasa 6 Maret 1990.

[9] Nurcahyani,Lisyawati,Dra,op.cit., hlm, 130.

[10] Ibid

[11] Ibid.,hal 131

[12] Ibid.,hal 132

[13] Ibid.,hal, 136

[14] Ibid.

[15] Ibid.,hal 137

[16] Sulistyorini Pembayun, Sejarah Berdirinya Kerajaan Simpang,Dalam Jurnal Sejarah dan Kebudayaan Kalimantan.Balai Kajian Sejarah Dan Nilai Tradisional Pontianak. Hal,133

[17] Ibid, hal 145

[18] Ibid, hal 149

[19] Ibid, hal 151-154

[20] Ibid, hal 151-154

[21] Yosep Setiawan . Makalah Sejarah Kerajaan Kubu 1995

[22] Wikipedia Indonesia Kesultanan Kubu, Down load, hal 1. 6/8/07

[23] Wawancara Soedarto 2008

[23] Purba Juniar,Dra. Dokter Soedarso, Balai Pelestrian Sejarah Dan Nilai Tradisional Pontianak, 1992

[24] Ibid

[25] Nasution. AH DR. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia Jilid 7 Periode Renville. Disjarah-Ad.,1978 hal 98

[26] Ibid, hal 86.

[27] Ibid, hal 269

[28] Kesultanan Kubu Wikipedia Indonesia hal 2. Donw load 6/8/2007

[29] Purba Juniar.Dra. Oevang Oeray.Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak, 1997

[30] Budi Rahman,Borneo Tribun Sambas, 27 Des 2007

[31] Pangeran Ratu H. Winata Kesuma., Istana Alwatzikhoebillah Tempo Dulu Dan Sekarang. Majelis Adat Istiadat Istana Alwatzikhoebillah Sambas. 2005, hal 7

[32] Ibid, hal 9

[33] Syafruddin Usman MHD,SPd. 2002 Susur Galur Kerajaan Landak, Romeo Grafika Pontianak 2002, hal 6

[34] Wahyudi Johan, Opu Daeng Manambon Pelaut Ulung dari Sulawesi Selatan. Borneo Tribun 27 Des 2007

[35] Gusti Suryansyah, Upacara Adat Ziarah Akbar dan Ngantar Tumpang Negeri Kabupaten Landak 2006

[36] Wahyudi Johan Borneo Tribun,Op,cit. 27 Des 2007

[37] Nurcahyani,Lisyawati,Dra,Pendataan Peninggalan Sejarah Keraton Kadriah Pontianak. Bag Proyek Pengkajian dan Pembinaan Nilai-Nilai Budaya Kalimantan Barat, 1995. hal 6-7