Rabu, 06 April 2011

Upacara Pembuatan Rumah Melayu Ketapang

BAGIAN UPACARA DALAM PEMBUATAN RUMAH
MASYARAKAT KABUPATEN KETAPANG
KALIMANTAN BARAT
Oleh. M.Natsir

Upacara mendirikan rumah bagi masyarakat Melayu ketapang mempunyai arti yang sangat penting, sehingga rumah yang akan ditempati diharuskan membuat upacara dan menurut kepercayaan adat bahwa rumah tersebut akan dapat membawa kebaikan dan keburukan bagi penghuninya. Kepercayaan ini masih berlaku sampai sekarang dizaman modern ini bahkan berbagai upacara dilakukan menurut kenyakinan mereka, seperti syarat mendirikan rumah dan pindah rumah maupun lain sebagainya.
A. Upacara Mendirikan Rumah
I. Syarat Mendirikan Rumah
Mendirikan rumah memerlukan beberapa tahapan yang harus dilaksanakan, yaitu :
1. Memilih hari baik dan bulan baik menurut perhitungan tetua yang ada dilingkungan mereka
2. Memanggor (jika masih semak belukar)
3. Membersikan lahan
4. Membuat petak tanah yang disesuaikan dengan ukuran denah rumah
5. Sholat mangrib yang dilanjutkan dengan membaca surat Yaasin dilokasi rumah secara berjamaah dengan hidangan ketupat colet
6. Penancapan tongkat tiang pertama oleh pemilik rumah. Tahapan-tahapan ini nyaris tak pernah dilewati pada setiap mendirikan rumah oleh orang Melayu Kayung,dimanapun ia berada. Adapun bahan-bahan yang diperlukan untuk dimasukan kedalam satu lubang yang telah digali sebelumnya antara lain:
1. Paku
2. Keminting
3. Sirih Salapan
4. Rokok sebantang
5. Nasi sekepal
6. Pisang 1 buah
7. Uang logam lempengan
8. Bertih beras kuning
9. Tanam pisang
II. Membersihkan tanah dipasang papan mal
• Sholat diatas tanah
• Surah yasin disimpan di atas kayu yang dibuat tongkat
• Tanah lobang yang sudah digali tidak boleh ditinggalkan
• Tanah diterangi
• Tongkat tiang utama diusahakan berbunyi padat dan disholatkan
• Selesai mendirikan rumah membaca doa selamat dengan makanan ketupat lemak
Ketupat lemak yang dikenal oleh masyarakat ada empat jenis
1. Ketupat segi empat
2. Ketupat sorban
3. Ketupat bawang
4. Ketupat tolak bala
Tuan rumah yang akan mendirikan rumah baru berniat minta dikeluarkan rezeki yang ada di dalam tanah. Rezeki jika berada diatas minta diturunkan,yang jauh didekatkan, dekat minta disampaikan
 Membersikan rumah
1. Menggunakan pecahan kaca beling yang sudah lama
2. Kayu yang berduri 3-5-7
3. Serpihan besi
4. Kuyit
5. Beras 7 genggam
6. Garam
7. Sabut kelapa
8. Paku keminting
9. Sabut bakar (penghidupan manusia dan perlengkapannya)
 Pemasangan Kep tiang bangunan rumah baru
• Tiang seri
• Tiang utama pada bahagian atas puncak disimpan Mas atau Intan
• Tiang pintu disimpan pisang
Pemasangan alang diberikan kain berwarna putih yang bertuliskan wafak (tulisan huruh arab yang memohon keselamatan)
Pantang larang bagi rumah baru
• Jika rumah sudah berdiri dilarang anak istri untuk melihatnya
• Tiap penyambungan kayu harus ditutup menghindari gerhana, pada bahagian pintu dilarang ada sambungan dibahagian atas maupun bawahnya. Pada posisi alang maupun kep sambungan gelegar
• Tinggi rumah ditentukan dengan panjang jika tinggi 3,6,9,11 disebut dengan berkabung rejeki masuk akan tetapi selalu keluar yang lainnya
• Tinggi rumah 9 + 1,5 = 10,5 disebut Telajur mas orang akan senang berkunjung kerumah
• Tinggi rumah 3 dibandingkan dengan 1disebut dengan Naga belimbur yang menghadap kerah bintang, selalu ada rezeki yang dengan tidak bayak mengeluarkannya.
• Tinggi rumah lebih dari 5 disebut dengan bantal mayat, sebelum rumah ditinggal sudah ada kematian
Hitungan gelegar rumah
1. Gelegar bertanda baik bagi pemilik rumah
2. Gelegor bertanda kurang baik selalu berselisih paham bertengkar
3. Bantal sipemilik rumah selalu tidur malas kerja
4. Mayat kematian sebelum rumah tersebut ditempati
Hitungan Kasau
1. Kasau bertanda baik bagi pemilik rumah
2. Risau bertanda kurang tenang tidak sabaran
3. Bulan bertanda baik bagi pemilik rumah
4. Bintang bertanda
5. Matahari bertanda
Pindah rumah harus dihitung pada tanggal yang baik, bulan yang baik dan tahun yang baik
B. Upacara Pindah Rumah
Rumah yang telah selesai dikerjakan, maka tuan rumah mencari hari baik bulan baik untuk melaksanakan pindah rumah baru. Apabila sesuatunya telah rampung maka dimulai dengan membawa barang-barang atau peralatan rumah tangga kerumah yang baru dibuat, pada waktu yang ditentukan pemilik rumah pindah dengan memangil sanak keluarga, tetangga lingkungan yang ada disekitarnya. Pada malam hari diadakan sholat mangrib berjamaah dilanjutkan membaca surat yasin bersama-sama disertai doa. Rumah yang baru ditempati biasanya keluarga terdekat yang menemani tinggal sementara, membantu mempersiapkan makanan bagi undangan.
Pindah rumah sudah ditentukan oleh pemiliknya dengan hitungan hari baik bulan baik yang disebut dengan “pelangkahan”, maka tuan rumah dengan anak isterinya jika sudah bekeluarga datang kerumah baru membawa pakaian serta tempat sirih. Mereka masuk kedalam rumah pakaian biasanya dibawa oleh suami sedangkan tempat sirih dibawa oleh isteri. Pada saat sampai dimuka pintu suami memberikan salam kepada penjaga rumah yang sebelumnya sudah bermalam dirumah tersebut, sekaligus ditaburkan beras kuning bagi rombongan yang datang. Pada umumnya rumah yang baru telah hadir beberapa orang yang dituakan, setelah tuan rumah duduk maka dibacakan doa selamat dengan hidangan ketupat colet.

3.3. ORNAMEN
Saat memasuki sebuah bangunan arsitektur tradisional, di dalamnya kita akan mendapatkan adanya perlengkapan interior yang juga khas daerah setempat, termasuk pilarnya, ukiran daun pintu sebuah rumah, ornamen lubang angin di atas pintu kamar dan jendela, kursi dan meja serta detail arsitektur lain. Itulah Seni ragam hias atau ornamen yang merupakan warisan budaya tradisi, saat ini masih biasa di jumpai di seluruh pelosok tanah air, walau tidak terlestari seperti zamannya.Ornamen ragam hias Melayu Ketapang, selain sebagai nilai estetik pada sebuah bangunan arsitektur, juga kita temukan pada seni gambar naga belipur. Dari Khazanah Melayu Sumatera, ada beberapa motif Ragam Hias yang digunakan dalam berbagai kepentingan. Pada sebuah kapal, lancang atau perahu dibuat ornamen khusus. Bahkan beberapa Ragam Hias juga mempunyai yang disejajarkandenganRajahSpiritual.
Buku Bemban merupakan motif Ragam Hias yang dianyam yang beragam. Ada yang sederhana seperti diatas hingga sarat hiasan. Mempunyai filsafat akan kebaikan dan kemakmuran..Motif Melayu ini disebut Sayap Layang-Layang. Dimaknai sebagai Simbol Kegagahan, Mampu Menghadapi Halangan & Rintangan, Penangkal Kejahatan dan Simbol Memperoleh Hasil Usaha yg maksimal. Karenanya Atap rumah (kajang angkap) orang Melayu serta haluan kapal, sering dipasang motif ini.Motif Tapak Sulaiman adalah motif dasar di Melayu, yang bentuknya mengalami berbagai variasi, sebagai simbol kebaikan., Keabadiakemakmuran. Walau di Melayu, ornamen hewan secara utuh sangat jarang bisa kita temukan, namun motif Naga Belipur di atas tampak utuh. Ini merupakan simbol kejantanan, keperkasaan dan percayadiri.Itik Pulang Petang. Simbol kesabaran, kedisiplinan dan taat hukum.Lebah Begantung. Pelambang kesetiaan, punya faedah yang banyak, rajin, tawar penyakit, begagan, beturai, bersyahadat, namun apa bila musuh menjual pantang tak dibeli dan selalu mendatangkan kebaikan.Semut Beriring. Sebagai lambing kerajinan, gotong royong, tetap pendirian dan tahu diri.Badak Balek. Simbol pagar diriSelembayung. Orang Melayu meletakkannya di puncak rumah, sebagai simbol tangkal gaib, kemakmuran dan ketentraman.
Ragam hias pada umumnya yang dipasang di dalam keratin Matan adalah buga sulur yang mengembang dan tidak terputus, hal ini mengambarkan akan menjadi harum mewangi jika kaum kerabat saling menjaga persatuan dan kesatuan, menjaga tali siraturahmi sesama keluarga besar, hidup akan tentram damai dan sejahtera.
Banyak para ahli berpendapat bahwa, perkataan berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasi, dalam Ensiklopedia Indonesia, dijelaskan sebagai setiap hiasan bergaya atau yang lainnya; dibuat pada suatu bentuk dasar dari hasil kerajinan tangan ( perabot , pakaian, dsb) dan arsitektur.Ornamen merupakan komponen produk seni yang ditambahkan atau sengaja di buat untuk tujuan sebagai hiasan. Di samping tugasnya sebagai penghias secara menyangkut segi-segi keindahaan, misalnya untuk menambah keindaahan suatu barang sehingga lebih bagus dan menarik, di samping itu dalam sering ditemukan pula nilai-nilai simbolik atau maksud-maksud tertentu yang ada hubungannya dengan pandangan hidup ( falsafah hidup ) dari manusia atau masyarakat pembuatnya, sehingga benda-bendayangditerapinya memiliki arti dan makna yang mendalam, dengan disertai harapan-harapan yang tertentu pula. Pada perkembangan-perkembangan lebih lanjut, pemanfaatan di samping memiliki maksud-maksud tertentu dan pada waktu yang lebih kekinian ( saat sekarang ) banyak penekannya hanya sekedar sebagai penghias saja, dengan demikian betul merupakan komponen produk seni yang di tambahkan atau sengaja di buat untuk tujuan sebagai hiasan semata. Dengan demikian jelas bahwa tugas dan fungsi ornament adalah sebagai penghias suatu objek, dan apabila tersebut di letakkan atau diterapkan pada benda lain akan memiliki nilai tambah pada benda tersebut. Apakah akan menambah indah, angker, cantik, dan atau predikat yang lain lagi. Tentunya dalam cakupan yang sesuai dengan bagaimana dan di mana suatu harus di gunakan. Ternyata pengertiannya tidak semudah itu,sebabdalam menyangkut masalah-masalah lain yang lebih kompleks dan luas.
Karena dalam hubungannya perlu diuraikan tentang motif, atau tema maupun pola-pola yang di kenakan pada benda-benda seni, bangunan, dan pada permukaan apa saja tanpa memandang kepentingannya bagi struktur dan fungsinya.Selanjutnya apabila diteliti lebih mendalam dari pembahasan di atas, cakupan menjadi sangat luas. Karena sesuatu yang mempunyai tugas menghiasi serta menambah nilai dari benda yang ditempatinya berarti disebut sebagai . Pengertian ini akan lebih menyulitkan dalam memahami apabila ingin mengembangkannya, dan tidaklah sepenuhnya pengertian tidaklah demikian, sebab memiliki , sifat dan karakter yang sangat khusus.
Sehubungan dengan itu, coba kita bandingkan persoalan-persoalan berikut ini dalam sebuah kelompok , sebuah patung yang berdiri sendiri berubah menjadi suatu unit bila di letakkan di taman kotaatauditempatkan pada pintu-pintu masuk gedung/bangunan. Begitu juga seandainya sebuah lukisan yang di pasang pada dinding suatu ruangan/ruang tamu beserta mebel-mebelnya yang begitu serasi, membuat suasana ruangan tersebut menjadi lebih menarik dan indah. Dari uraian di atas jelas fungsi patung, lukisan serta mebel-mebel adalah sebagai hiasan kota, ruang tamu, maupun pintu gerbang, jadi dengan demikian patung, lukisan, patung dan mebel tadi dapat diartikan sebagai dari taman Kota, ruang tamu maupun pintu gerbang tersebut. Namun perlu di ketahui bahwa hal yang demikian itu bukanlah yang di maksud dengan sesungguhnya, sebagai mana yang saya maksudkan. Contoh lain, ada sebuah mebel yang di dalamnya terdapat ukiran-ukiran yang melilit-lilit ke seluruh bagian mebel, atau ukirannya hanya pada beberapa bagian saja. Dalam kasus ini mudah dijelaskan kedudukan ukiran tadi, yaitu sebagai hiasan atau dari mebel tersebut. Sejalan dengan itu, adalah samapersoalannyabila gelang, kalung, liontin di anggap sebagai dari orang yang memakainya, padahal di sisi lain benda-benda perhiasan tersebut juga terdapat yang menghiasinya.Pengertian di atas agak cukup menyulitkan dalam menarik kesimpulan yang memadai, terlebih lagi apabila dikaitkan dengan penertian dekorasi. Sebab arti dari dekorasi juga menghiasi, sekalipun demikian dapat di pahami bahwa pada umumnya pengertian dengan dekorasi dalam banyak hal terdapat kesamaan, namun tetap saja ada perbedaan-perbedaan yang signifikan, karena dekorasi dalam banyak hal lebih menekankan pada penerapan-penerapan yang bersifat khusus, misalnya dekorasi interior, dekorasi panggung. Dalam menanggapi masalah itu, barangkali akan menjadi lebih terbuka pemikiran kita apabila menyadari bahwa dapat menjadi elemen atau dekorasi, tetapi tidak untuk sebaliknya ( dekorasi sebagai ). Oleh sebab itu pengertianornamentakan bergantung dari sudut mana kita melihatnya, dan setiap orang bebas menarik kesimpulan menurut sudut pandangnya.

Ornamen
Ukiran yang tertera pada gambar berbentuk ukiran ular naga disebut juga naga belimpur. Ular naga belimpur ini juga terdapat di klenteng tempat persembahan orang Tionghua. Lambang ular naga belimpur juga terdapat di lisplang. Tempat lainnya adalah sebagai hiasan pada pinggir bawah bidang yang memanjang. Ukiran bunga rampai yang berkaitan juga terpasang pada tempat-tempat tertentu, lisplang,daun cendela dan daun pintu. Pada timbangan anak-anak yang terletak diatas tali dacing. Ular-ularan naga belimpur melambangkan kesuburan dan kemakmuran, ular naga belimpur biasa melambanghkan kecerdikan dan kekuasaan. Oleh karena itu ular naga belimpur dipergunakan oleh raja raja, termasuk diantaranya Sultan Kerajaan Siak dan Sultan Kerajaan Pelalawan yang memakai symbol naga pada mahkotanya.

Selasa, 05 April 2011

KERAJAAN SELIMBAU

KERAJAAN SELIMBAU PUTUSSIBAU
KABUPATEN KAPUAS HULU
KALIMANTAN BARAT
Oleh.M.Natsir

Abstract
Putussibau Territory is the capital of the Kapuas Hulu regency is one of the provinces of West Kalimantan are formed and become an integral part of the territory of the unitary republic of Indonesia since th 1953.Suku dayak dayak Park Kantuk'dan that inhabit this region as well as the many Dayak Kayan converted to Islam, this area is included in Selimbau empire in the 19th century, later founded the kingdom of the Dragon Bunut also included in the kingdom's territory Selimbau. Selimbau kingdom was attacked by royal Sintang occurred on 7 Ramadan 1259 AH On the date, December 15, 1847 royal Selimbau also fought with the royal Sekadau Ketungau river area. Resistance to the Dutch carried out by the society and one of the known named Djeranding Abdurrahman Dayak Iban religion of Islam, through the organization People's Union and the publication of newspapers Lightning Djaranding then discarded by the Dutch government to Bevon Digul West Papua in 1927. National Park and Lake Sentarum Betung Karihun one of the parks that are in the area Putussibau.

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Putussibau
Putussibau pada masa sekarang merupakan Ibukota Kabupaten Kapuas Hulu yang berada di wilayah propinsi Kalimantan Barat. Keberadaan Kota Putussibau tidak terlepas dari adanya pemerintahan tradisional zaman dahulu hingga pemerintah modern sesudah masuknya Bangsa Belanda dalam bentuk pemerintahan Koloni Belanda. Putussibau sendiri merupakan satu nama daerah atau tempat di antara beberapa nama daerah yang ada di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu.Di antara nama daerah di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu, selain Kota Putussibau yang sejak zaman dahulu adalah Embaloh, Kalis, Suhaid, Selimbau, Silat, Bunut dan lain-lain. Nama-nama daerah itu zaman dahulu adalah nama-nama kerajaan yang ada di wilayah Kapuas Hulu. Namun sekarang daerah tersebut telah menyatu mejadi bagian yang integral dari NKRI, khususnya sejak terbentuknya Pemerintahan Administrati pada tahun 1953 berdasarkan UU Darurat No 3 Tahun 1953. Pada perkambangannya daerah-daerah tersebut menjadi wilayah-wilayah kecamatan sebagai bagian dari Kabupaten Kapuas Hulu.
1. Asal Mula Kata Putussibau
Nama Putussibau menurut cerita rakyat yang berkembang di Kota Putussibau berasal dari gabungan kata “putus” (memutus atau memotong) dan ‘Sibau” (nama sungai yang membelah kota Putussibau). Sungai Sibau dinamakan demikia karena daerah di kiri kanan yang dilalui sungai Subau banyak terdapat pohon/kayu Sibau yang buahnya seperti buah rambutan. Selain Sungai Sibau, Kota Putusibau juga dialiri Sungai Kapuas yang merupaan sungai terpanjang di Indonesia.
Wilayah Kabupaten Kapuas Hulu sendiri dinamakan demikian karena di kabupaten inilah yang menjadi hulu Sungai Kapuas. Sungai Kapuas yang melewati Kota Putussibau telah memutus aliran Sungai Sibau yang membelah Kota Putussibau sehingga dikatakan Putussibau.Menurut versi cerita rakyat lainnya, bahwa munculnya nama Putussibau berasal dari kata “Sibau” yang merupakan jenis pohon/kayu Sibau yang buahnya seperti buah rambutan. Daun pohon ini dapat digunakan sebagai bahan pewarna pada tikar. Diceritakan dahulu kala ada pohon Sibau yang tumbuh besar ditepi sungai. Pohon Sibau tersebut tumbang menghalangi aliran sungai, dan dari peristiwa itulah masyarakat menamakan daerah itu dengan nama putussibau.
2. Asal Mula Penduduk Putussibau
Pada mulanya penduduk yang mendiami Kota Putussibau adalah orang Dayak Kantu’ dan Dayak Taman. Daya Kantu’ berasal dari daerah Sanggau yang berimigrasi ke timur. Orang-orang Dayak Kantu’ tinggal di sebelah selatan Kota Putussibau. Sedangkan orang Dayak Taman tinggal di daerah hilir di kampong Teluk Barat. Setelah berimigrasi ke Putussibau, banyak dayak Taman yang memeluk agama Islam. Selain dua suku tersebut, ada pula Suku Kayan yang menetap di daerah Kedamin. Suku Kayan ini juga banyak yang memeluk Islam. Sebelum kedatangan Bangsa Belanda, suu-suku Dayak ini membentuk pemerintahan tradisional sendiri yang mengatur wilayahnya masing-masing. Pada abad ke-19 Masehi mereka termasuk dalam wilayah Kerajaan Selimbau.
B. Masa Penjajahan
1. Kondisi Sosial Politik Zaman Belanda
Belanda datang pertama kali ke wilayah Kapuas Hulu di Kerajaan Selimbau pada tahun 1847, dengan pemerintahan Abbas Surya Negara. Orang Belanda yang dating ke kerajaan Selimbau tersebut adalah Asisten Residen Sintang bernama Cettersia. Dia dating dengan maksud meminta izin kepada Raja Selimbau untuk menebang kayu di daerah Kenerak.Kayu tersebut oleh Belanda untuk mendirikan benteng di daerah Sintang. Permohonan tersebut dikabulkan oleh raja Selimbau dengan perjanjiannya adalah bahwa seandainya jumlah kayu yang dibutuhan banyak maka mereka diperbolehkan bekerja lebih lama di Kenerak.
Setelah perjanjian disetujui oleh kedua belah pihak, Cettersia kemudian menyuruh tukang kayu Cina dan satu orang Melayu Bugis bernama Wak Cindarok. Kayu-kayu hasil tebangan tersebut diangkut melalui sungai Kenera, Kendali, Raya, Kenepai, Gebong, Rigi, Riau, Lemeda, Marsida, Kemelian, Subang, dan Kemayung.Pada tanggal 15 November 1823 (11 Rabiul Awal 1239 H), pada masa pemerintahan Pangeran Soema, pemerintahan koloni Hindia Belanda mengakui kedaulatan Kerajaan Selimbau yang menguasai tanah negeri Silat. Kemudian Kerajaan Selimbau mendirikan negeri baru yang diberi nama Nanga Bunut dan mengangkat Abang Berita sebagai rajanya dengan gelar Raden Suta.
Sejak pangeran Muhammad Abbas Negara berkuasa, terjadi konflik antara Kerajaan Selimbau dengan Kerajaan Sintang. Pada tahun 1838 M, Kerajaan Sintang melakukan penyerangan terhadap Kerajaan Selimbau. Kerajaan Sintang dipimpin oleh Pangeran Adipati Moh Jamaluddin meyerang Kerajaan Selimbau pada tanggal 7 Ramadhan 1259 H. Kerajaan Selimbau meminta bantuan kepada Kerajaan Pontianak yang dipimpin oleh Sultan Syarif Usman bin Sultan Syarif Abdulrahman Al Kadri. Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda juga turut campur dalam peperangan itu karena pihak Belanda mempunyai perjanjian dengan Kerajaan Pontianak dalam masalah keamanan dan peperangan.
Selain berkonflik dengan Kerajaan Sintang, Kerajaan Selimbau juga sempat berperang dengan Kerajaan Sekadau di daerah Sungai Ketungau. Pada tanggal 15 Desember 1847, Pangeran Muh Abbas Surya Negara mendapat pengakuan dari pemerintah kolonia Hindia Belanda untuk memimpin tanah Kapuas Hulu yang wilayahnya sampai ke hulu negeri Silat. Pada pemerintahan Pangeran Abbas inilah Kerajaan Selimbau mengalami zaman keemasan dan mempunyai daerah kekuasaan yang sangat luas sampai ke daerah Batang Aik Serawak Malaysia. Panembahan Haji Muda Muh Saleh Pakunegara mendapat pengakuan kedaulatan oleh pemerintahan colonial Belanda di Batavia sebagai penguasaKerajaan Selimbau. Ia diangkat menjadi raja ke-23 pada tanggal 28 Februari 1882 M. panembahan H. Gusti Muh Usman menjadi raja terakhir Kerajaan Selimbau yang ke 25, beliau dinobatkan oleh pemerintahan Belanda pada tahun 1912 M. Pada masanya ini Kerajaan Selimbau mengalami penderitaan karena harus membayar pajak tinggi. Beliau meninggal tahun 1923 M.
Selama kedudukan Gusti Muhammad Usman, pemerintahan Belanda melakukaan beberapa perjanjian:
1) Tanggal 15 November 1823 M dengan Pangeran Soama. Isi perjanjian adalah pengakuan pemerintahan Belanda atas kedaulatan Kerajaan Selimbau yang menguasai tanah negeri Kapuas Hulu dan negeri Silat.
2) Tanggal 5 Desember 1847 M, dengan Pangeran Muh Abbas Surya Negara. Isi perjanjiannya adalah pengauan pemerintah Belanda atas kedaulatan Kerajaan Selimbau di tanah Kapuas hulu yang kekuasaannya sampai ke Hulu Negeri Silat.
3) Tanggal 27 Maret 1855 M, dengan Pangeran Muh Abbas Surya Negara. Isi perjanjiannya adalah pengauan pemerintahan Belanda atas kedaulatan Kerjaan Selimbau di Tanah Kapuas Hulu. Daerah yang telah ditaklukkan oleh Pangran Muh Abbas meliputi: Dayak Batang Lumpur yang tinggal di Suriyang, Tangit, Sumpak, Semenuk, dan Lanja.
4) Tanggal 28 Februari 1880 M, dengan Pangeran Haji Muda Agung Muh Saleh Pakunegara.
2. Perlawanan Terhadap Bangsa Belanda
Perlawanan yang dilakukan oleh rayat Putussibau terhadap pemerintahan Belanda di antaranya dilaukan oleh Djarading Abdurrahman yang berasal dari
Suku Dayak Iban yang memeluk Islam. Pada masa mudanya Ajarading pernah sekolah sampai kelas V SD. Melalui pendidian tersebut beliau mulai mengerti akan kondisi bangsanya yang sedang di jajah Belanda.
Djarading mulai terjun dalam pergeraan setelah bertemu dengan Gusti Sulung Lelanang, bersamanya Djalading terjun dalam organisasi Serikat Rakyat. Dalam organisasi ini djarading mengadakan propaganda di kalangan Suku Dayak dan membantu menerbitkan Surat Kabar Halilintar di Pontianak pada tahun 1925. Djaranding kemudian dibuang oleh pemerintah Belanda ke Bevon Digul Papua Barat pada tahun 1927 karena ativitasnya dianggap menentang pemerintahan Belanda.
3. Kondisi Sosial Ekonomi Zaman Jepang
Jepang masuk ke Kapuas Hulu pada tahun 1942 dengan membuka pertambangan Batu Bara di bagian hulu Sungai Tebaung dan Sungai Mentebah. Dengan mempeerjakan orang pribumi, dengan jam kerja 8 jam/hari. Pada masa pendudukan Jepang di Kalimantan Barat antara tahun 1942-1945 wilayah Kapuas Hulu dipimpin oleh; Abang Oesman (1942-1943), K. Kastuki (1943-1944), dan Honggo (1944-1945)
4. Perlawanan Terhadap Bangsa Jepang
Pada masa Jepang berkuasa di Kalbar antara tahun 1942-1945, wilayah Kapuas Hulu juga termasuk dikuasainya. Pada awalnya kedatangan Jepang mendatangkan harapan akan membebasan rakyat dari penjajahan Belanda. Namun kenyataannya Jepang malah tidak lebih baik dari Belanda. Banyak sumber daya alam dan manusia dimanfaatkan oleh Jpang untuk kepentingan Jepang sendiri. Rakyat Putussibau benar-benar dieksploitasi guna kepentingan bangsa Jepang dengan tanoa diberi imbalan yang memadai.Melihat ketimpangan ini, maka banyak rakyat yang melakukan perlawanan terhadap Jepang. Demi mempertahankan kedudukannya di Kalbar khususnya Putussibau,
Jepang melakukan penangkapan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap membahayakan kedudukan Jepang.
C. Masa Kemerdekaan
1. Situasi Setelah Kemerdekaan
Pada masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, wilayah Kapuas Hulu dipimpin oleh: Abang A. Gani (1945-1947), A. V. Dahler (1947-1949), Pd Abubakar Ariadiningrat (1949-1949), J.A. Schoohiem (1949-1950), Oesman Yahya (1950-1951), dan A, Salam (1951-1951).Wilayah Kapuas Hulu kemudian bergabung ke dalam Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB) yang dipimpin oleh Sultan Hamid II.
2. Pembentukan Kabupaten Kapuas Hulu
Pada zaman Jepang seluruh daerah Kalimantan berada di bawah kekuasaan Angkatan Laut Jepang Borneo Menseibu Coka yang berpusat di Banjar MAsin. Sedangkan untuk Kalimantan Barat berstatus “Minseibu Syuu”. Berdasaran keputusan gabungan kerajaan-kerajaan Borneo Barat pada tanggal 22 Oktober 1946 Nomor 20L, wilayah Kalimantan Barat terbagi ke dalam 12 Swapraja dan 3 Neo-Swapraja: Swapraja Sambas, Pontianak, Mempawah, Landak, Kubu, Matan, Sukadana, Simpang, Sanggau, Sekadau, Tayan, dan Sintang. Sedangkan Neo Swapraja : Meliau, Nanga Pinoh, dan Kapuas Hulu.
Presiden Kalimantan Barat melalui Surat Keputusan Nomor 161 tanggal 10 Mei 1948 membentuk suatu ikatn federasi dengan nama daerah Kelimantan Barat. Untuk mendukung federasi ini, Belanda mengeluarkan Besluit Luitenant Gouverneur Kenderal Nomor 8 tanggal 2 Maret 1948 yang isinya adalah pengakuan status Kalimantan Barat sebagai daerah Istimewa dengan pemerintahan sendiri beserta sebuah Dewan Kalimantan Barat.
Pada masa republic Indonesia Serikat (RIS), daerah Kalimantan berstatus
sebagai daerah bagian (bukan Negara bagian) yang terdiri dari satuan-satuan
kenegaraan seperti Daya Besar, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Banjar. Dengan adanya tuntutan rakyat, maka DIKB yang dipandang sebagai peninggalan pemerintah Belanda, berdasarkan keputusan Dewan Kalimantan Barat tanggal 7 Mei 1950, dengan masing-masing No 235/R dan 235/R menyatakan bahwa baik baddan pemerintah harian DIKB maupun pejabat kepala pusat PIS yang diwakili oleh seorang pejabat berpangkat presiden.
3. Jumlah Penduduk
Berdasarkan registrasi penduduk Kabupaten Kapuas Hulu diperoleh data jumlah penduduk Kapuas Hulu tahun 2007 mencapai 216.918 jiwa dengan rincian 109.932 jiwa laki-laki dan 106.986 jiwa perempuan yang tersebar di 23 Kecamatan dengan mata pencaharian sebagian besar adalah petani.
D. Potesi Wisata dan Peninggalan Sejarah Di Kota Putussibau
1. Potensi Wisata
Kabupaten Kapuas Hulu merupakan salah satu daerah tujuan wisata di propinsi Kalimantan Barat. Sungai Kapuas yang masih terpelihara alamnya, budaya dan kearifan tradisional masyarakat. Terdapat dua kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan Taman Nasional yaitu Betung Kerihu dan Danau Sentarum. Potensi pariwisata di Kabupaten Kapuas Hulu selain ditunjang oleh bentang alam yang indah juga ditunjang oleh keunikan budaya yang ada. Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu melalui Dinas Pariwisata dan kebudayaan telah mengambil kebijakan dengan membagi empat wilayah yaitu: bagian Timur Kapuas Hulu, Barat , Utara, dan Selatan Kapuas Hulu.
Pembagian wilayah ini dimaksudkan untuk mempermudah pengembangan program pariwisata berkenaan dengan kelompok-elompok atraksi yang ada, sehingga pengembangannya dapat terkonsentrasi berdasarkan kelompok masing-masing wilayah tersebut.
2. Peninggalan Sejarah
Di Kota Putussibau terdapat peninggalan sejarah yaitu berupa Situs Neolitikum di Nanga Balang, Kecamatan Putussibau Selatan dan Rumah Mayat (Kulambu) Semangok II yang terletak di Kecamatan Putussibau Utara. Kedua peninggalan sejarah tersebut telah terdaftar sebagai benda cagar budaya.

PENUTUP
Kota Putussibau adalah salah satu nama daerah dan tempat diantara beberapa nama daerah yang ada diwilayah kabupaten Kapuas hulu.ada pun nama- nama daerah di wilayah kabupaten Kapuas Hulu selain kota Putussibau yang sejak zaman dahulu telah ada Embaloh,Kalis, Suhaid,Selimbau,Silat,Bunut,dan lain-lain.nama –nama tersebut adalah nama kerajaan pada zaman dahulu yang ada di Kapuas Hulu. Nama Putussibau berasal dari gabungan kata “ putus “ dan “ sibau “. Karena kata “ putus “ adalah “ memutus “ atau “memotong”. Sedangkan kata “sibau” adalah kata yang membelah kota Putussibau. Kota Putussibau juga dialiri oleh sungai Kapuas yang merupakan sungai terpanjang di Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA
Juniardi, Karel, S.S,2008. Sejarah Kota Putussibau. Pontianak : Penerbit BPSNT
Royani, 2011.Sejarah Kota Putussibau. STKIP-PGRI Pontianak