Rabu, 27 Januari 2010

Islam Kalbar

SEKILAS PROSES MASUKNYA ISLAM DI KALIMANTAN BARAT
Oleh : M.Natsir

I. Permulaan Islam Masuk di Kalbar
Islam masuk ke Indonesia masih menyisakan perdebatan panjang, ada tiga teori yang dikembangkan para ahli mengenai masuknya Islam di Indonesia Teori Gujarat,Teori Persia dan Teori Arabia.
1. Teori Gujarat banyak dianut oleh ahli dari Belanda. Islam dari anak Benua India, menurut Pijnappel orang Arab bermazhab Syafi’i yang bermingrasi menetap diwilayah India kemudian membawa Islam ke Indonesia ( Azra,1998:24) Teori ini dikembangkan oleh Snouck Hurgonje.Moquette ia berkesimpulan bentuk nisan di Pasai kawasan Sumatera 17 Dzulhijjah 1831 H/27 September 1428, batu nisan mirip di Cambay,Gujarat.W.F. Stuterheim menyatakan masuknya agama Islam ke Nusantara pada abad ke-13 Masehi, yakni Malik Al-Saleh pada tahun 1297. masuknya Islam ke Indonesia adalah Gujarat. Relief batu nisan Sultan Malik Al-Saleh bersifat Hinduistikj mempunyai kesamaan batu nisan di Gujarat.(Suryanegara,1998:76). J.C. Van Leur pada th 674 M pantai barat Sumatera telah terdapat perekampungan Islam, Islam tidak terjadi pada abad ke- 13 akan tetapi abad ke-7

2. Teori Persia pembangun teori ini adalah Hoesin Djajadiningrat, titik berat pada kesamaan kebudayaan masyarakat Indonesia dengan Persia. Kesamaan budaya seperti peringatan 10 muharram atau Asyura sebagai hari peringatan Syi’ah terhadap syahidnya Husain. Kedua adanya ajaran wahdatul Wujud Hamzah Fansuri dan Syekh Siti Jenar dengan ajaran sufi Persia, Al-Hallaj. Teori Persia dibantah K.H. Saifuddin Zuhri , apabila berpedoman Islam masuk abad ke -7 pada masa Bani Umayyah. Kekuasaan politik dipegang oleh bangsa Arab, tidak mungkin Islam berasal dari Persia.

3. Teori ini adalah T.W.Arnold,Crawfurd, Keijzer, Niemann, De Holander, Naquib Al-Attas A. Hasyimi, dan Hamka. Teori Arabiah yang dipertegas Hamka ia menolak keras terhadap teori Gujarat, teori ini dikemukan Seminar Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia di Medan, 17-20 Maret 1963 ia menolak bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 jauh sebelumnya abad ke-7 Masehi.

Adapun keberadaan Islam di Kalimantan Barat tidak diketahui secara pasti, namun dari beberapa literatur dan pendapat yang ada masih merupakan sebuah prediksi yang dikemukakan oleh para peneliti maupun dari bekas-bekas peninggalan yang ada, baik yang terekam di masyarakat melalui ajaran atau kepercayaan, dapat juga dilihat dari situs-situs yang masih ada dan sejarah keberadan keraton yang banyak didominasi oleh kesultanan Islam.
Nisan keramat Tujuh dan Sembilan menunjukan bukti bahwa masyarakat sudah mengenal baca tulis. Pada makam keramat Tujuh dan beberapa makam yang bertarik tahun saka 1363. S atau 1441M, sedangkan pada makam keramat Sembilan terdapat empat makam yang bertarik antara lain Pada makam pertama 1354 S atau 1432 M, kemudian makam yang kedua 1324 S atau 1432 M dan yang ketiga 1348 S atau 1426 M, dan yang ke empat 1340 S dan 1418 M.
Tulisan yang tertera pada makam menunjukan tulisan jawa kuno inkripsi Arab dengan huruf ladaz Arab dengan type Tralaya mirip nisan-nisan kuno di Tralaya Mojokerto Jawa Timur yang diperkirakan pada abad ke 15 Masehi. Makam tua yang nisannya mirip di Ketapang juga terdapat di negara Vietnam Panrang dan Leran (Gersik Jawa Timur) tulisan pada kedua makam tersebut dianggap yang paling tertua di Asia












Makam Keramat 7

Tenggara dengan huruf bergaya kufi yang dibuat di Gujarat India. Masuknya agama Islam di Indonesia diperkirakan pada abad ke 13 Masehi dengan bukti makam sultan Malik al-Saleh yang bertuliskan wafat pada bulan Ramadhan 696 H/1279 M. Kedua makam Fatimah binti Maimun wafat 475 H/1082 M ( dalam Hasan Muarif Ambary 1995)
Kontak dagang yang dilakukan oleh bangsa Arab dengan bangsa Indonesia terjadi sudah sejak lama dengan bukti-bukti yang ditemukan terutama didaerah Ketapang. Kedatangan bangsa Arab tidak hanya berdagang akan tetapi mereka juga menyebarkan agama Islam. Sukadana yang menjadi wilayah kekuasaan Tanjungpura menjadi pusat perhatian para pendatang mereka dengan mudah masuk kedaerah tersebut karena letaknya yang secara geografis sangat strategis. Akan memudahkan bagi pelayaran untuk singgah berlabuh. Islam diperkirakan masuk di daerah Sukadana ±1550 Panembahan di Baroch membentuk Landschap Matan. Giri Kusuma masuk Islam dan beristerikan putri dari Landak
Ulama penyebar Islam yang dikenal Syech Husein yang kawin dengan putri Giri Kusuma dan menurunkan raja-raja Tanjungpura. Di samping itu juga ulama lainnya yang menyebarkan agama Islam di Kalimantan Barat antara lain; Syarif Husein Alqadrie yang menurunkan raja-raja kesultanan Pontianak, Syarif Idrus yang menurunkan raja-raja kesultanan Kubu Kalimantan Barat.
Ketapang nama sebuah wilayah kekuasaan Tanjungpura baru dikenal oleh masyarakat dan sering disebut-sebut setelah penjajah Belanda masuk. Pada mulanya masyarakat lebih mengenal dengan nama Tanjungpura. Nama Tanjungpura jauh sebelumnya sudah sangat popular baik di Asia maupun di negara Eropa dan bahkan sudah disebut sejak zaman kerajaan Majapahit. Tanjungpura yang meliputi Melano, Simpang, Lawai, (Lawai was usually named in conjunction with Tanjungpura, which also vanished from the record at about the same time (dalam Smit 2000) Masyarakat mengenal Kayong, Kendawangan, Benua Lama, Kandang Kerbau (Sukabangun), Tembilok (Sei Awan) Tanjung Kaili, Cilincing. Nama Ketapang diduga berasal dari pohon ketapang yang banyak hidup di daerah tersebut dan juga sebagian masyarakat mempercayai dengan legenda bahwa daerah tersebut pada zaman dahulu banyak yang mempergunakan transportasi air dengan perahu sampan yang selalu diikatkan pada pohon ketapang jika mereka berhenti atau istirahat di dalam perjalanan. Catatan nama Ketapang sejak Hindia Belanda.
Beberapa pendapat yang diungkapkan akan kita selusuri proses tersebut. Berpedoman dari pendapat yang dikemukakan oleh Sendam, 1970:35, “Islam Masuk di Kalimantan Barat yaitu sekitar abad ke 15 M, melalui perdagangan dan tidak melalui organisasi misi, tetapi merupakan kegiatan perorangan”. Ada dua roses berlangsungnya penyebaran Islam. Pertama penduduk pribuni berhubungan dengan agama Islam, kemudian menganutnya. Kedua, orang-orang asing Asia (Arab,India, Cina dan lain-lain) yang telah memeluk agama Islam dan bertempat tinggal secara permanen di suatu wilayah kemudian melakukan perkawinan campuran dan menjadi anggota masyarakat lainnya. Seperti pada kerajaan Tanjungpura, Sambas, Mempawah, Kubu, Pontianak dan lain sebagainya.





Upacara Adat Mempawah

Penyebaran agama Islam di Kalimantan Barat membujur dari Selatan ke Utara, meliputi daerah Ketapang, Sambas, Mempawah, Landak. Menurut Safarudin Usman bahwa Islam mulai menyebar di Kalimantan Barat diperkirakan sekitar abad XVI Miladiah, penyebaran Islam terjadi ketika kerajaan Sukadana atau lebih dikenal dengan kerajaan Tanjungpura dengan penembahan Barukh pada masa itu di Sukadana agama Islam mulai diterima masyarakat (Ikhsan dalam Usman 1996:3), akan tetapi Barukh tidak menganut agama Islam sampai wafat 1590 M. Pada masa Giri Kusuma Islam berkembang dengan pesatnya karena beliau memeluk agama Islam
Pendapat lain juga mengemukakan pada tahun 1470 Miladiah sudah ada kerajaan yang memeluk agama Islam yaitu Landak dengan rajanya Raden Abdul Kahar (Usman,1996:4) Dimasa pemerintahan Raden Abdul Kahar (Iswaramahaya atau Raja Dipati Karang Tanjung Tua) beliau telah memeluk agama Islam sehingga dapat dikatakan berawal dari kerajaan Landak. Di bawah pemerintahannya agama Islam berkembang dengan pesatnya di kerajaan Landak (Pembayun:200:97)
Sahzaman berpendapat bahwa agama Islam masuk di Kalimantan Barat melalui selat Karimata menuju kerajaan Tanjungpura yang memang sudah ada sejak abad ke XIII. Kerajaan Sambas pada masa Raden Sulaimann putra Raja Tengah dari kerajaan Brunai (Ajisman 1998:24)
Dalam buku Sejarah Kodam XIII Tanjungpura Kalimantan Barat yang diterbitkan oleh Sendam Tanjungpura menyebutkan masuknya agama Islam di Kalimantan Barat pada abad ke 16 Ketika kerajaan Hindu Sukadana dipimpin rajanya penembahan Barukh, pada saat yang sama penembahan Barukh membangun kota Baruj yaitu Matan (Ajisman:1998:25)
Berbagai pendapat yang telah dikemukakan di atas bisa diperkirakan, bahwa agama Islam masuk di Kalimantan Barat pada masa pemerintahan Barukh (1538-1550). Dari riwayat kerajaan Landak diperoleh keterangan bahwa agama Islam di bawah pemerintahan Kerajaan Ismahayana, yang bergelar Raja Dipati Tanjung Tua (1472-1542), agama Islam mulai berkembang di kerajaan Landak (Sendam, dalam Ajisman; 1998). Mengingat kerajaan Matan dan Landak yang masuk diperkirakan pada abad ke 15 maka kerajaan Sintang yang berada dipedalaman sekitar akhir abad ke 16. Penyebaran yang pertama-tama kemungkinan dari para pedangang Semenanjung Melayu, terutama pedagang dari Johor. (Dalam Ikhan:2004:95)


II. Perkembangan Islam di Pontianak


Keraton Kadriad Pontianak

Umat Islam menjadi mayoritas ketika berdirinya kerajaan Pontianak pada tahun 1771 Miladiah. Kesultanan Pontianak dengan rajanya Sultan Syarif Abdurahman Al Qadrie adalah putra Syarif Husin AlQadrie yang menjadi salah seorang penyebar agama Islam di Kalimantan Barat, kehadiran kesultanan yang bercorak Islam masih membawa pengaruh adat istiadat bangsa Nusantara yang dinamakan pengaruh Jawa pra Islam. Salah satu pengaruh kuat adalah percampuran budaya Timur Tengah dengan budaya jwa Pra Islam. Sekitar tahun 1733 Syarif Husin bin Ahmad Al Qadrie seorang ulama dari negeri Trim Ar-Ridha Hadralmaut (Timur Tengah) datang ke kerajaan Matan untuk menyebarkan agama Islam, kemudian di angkat sebagai penasehat raja, akan tetapi jabatan tidak begitu lama dikarenakan ada perselisihan paham tentang hukuman terhadap nakhoda tidak disetujui oleh Syarif Husein kemudian pindah ke kerajaan Mempawah. Di kerajaan itu beliau diangkat sebagai patih oleh Opu Daeng Manambon. Syarif Husin menikah dengan Nyai Tua dari perkawinan ini mendapat lima orang anak diantaranya Syarif Abdurahman Al-Qadrie yang lahir tahun 1471. (Usman,2000:3-5)
Kawasan sekitar pusat pemerintahan kesultanan Pontianak yang terletak dipinggiran Sugai Kapuas, Kampung Kapur, Kampung Bansir, kampung Banjar Serasan dan Kampung Saigon sangat kental pengaruh agama Islam. Daerah Kampung Kapur terdapat seorang guru ngaji yang bernama Djafar pada jaman tersebut beliau salah seorang yang termasyhur, sultan Pontianak Syarif Muhammad Al-Qadrie mengundang Djafar khusus menjadi guru ngaji dilingkungan Keraton Kadriyah Pontianak (Usman dkk:1997). Ustazd Djafar yang kelak menurunkan anak yang bernama Kurdi Djafar yang di kenal pendiri cabang Muhammadiyah di Sungai Bakau Kecil di Mempawah dan salah seorang putranya Mawardi Djafar seorang tokoh Muhammadiyah yang ada di Pontianak (dalam Iksan wawancara H.Rahim Jafar)
Agama Islam yang menjadi mayoritas di Kalimantan Barat dan Pontianak pada khususnya. Agama di Pontianak terdiri dari agama Islam, Katholik, Kristen,Hindu,Budha dan Konghucu bagi masyarakat Tionghoa. Toleransi agama sangat dijunjung tinggi di Pontianak, sehingga dapat dikatakan aman dan sejahtera.
Perkembangan yang berikutnya lahirnya berbagai organisasi Islam yang menjalankan pendidikan Islam pada beberapa sekolah maupun yayasan di Pontianak ;

1.Yayasan Pendidikan Bawari
2. Yayasan Pendidikan Bawamai
3.Yayasan Perguruan Islamiyah
4.Yayasan Pendidikan Muhammadiyah
5. Yayasan Pendidikan Al Azhar

Masih banyak pendidikan yang belum dapat di data. Di samping itu perkembangan pengajian ibu-ibu yang berkembang pesat di Kota Pontianak.
Peranan ulama yang begitu besar terhadap perkembangan pendidikan tidak hanya pada pendidikan forman akan tetapi pada pendidikan non formal. Ulama yang berpengaruh membentuk pendidikan di era tahun enam puluhan dan sampai delapan puluhan di Pontianak antara lain;
1. Haji Ismail bin Abdul Karim alias Ismail Mundu (Mufti Kerajaan Kubu)
2. Syech Abdullah Zawawi (Mufti Kerajaan Pontianak)
3. Syech Syarwani
4. Habib Muksin Alhinduan (Tharekat Naksabandiyah)
5. Syech H.Abdurani Mahmud (Ahli Hisab)
6. Habib Saleh Alhaddat
7. Haji Abdus Syukur Badri alias Haji Muklis
8. Haji Ibrahim Basyir alias Wak Guru

Ulama-ulama yang berpengruh tersebut telah memberi warna keislaman melalui ajaran yang disampaikan menjadi pedoman bagi para murid-muridnya yang ada, baik menjadi sebagai ulama maupun pendidik guna mengembangkan syiar Islam di Kalimantan Barat.

III. Penutup
Berbagai pendapat argumentasi yang dikemukakan oleh para ahli, tentang masuknya Islam di Indonesia, menurut hemat penulis bahwa besar kemungkinan pada abad ke-7 Masehi, hal ini beralasan bahwa ajaran yang dianut oleh sebagian besar bangsa Indonesia ialah bermazhab Syafi’I, tradisi lisan yang berkembang ditengah-tengah kehidupan masyarakat masih menjadi kenyakinan yang kuat dengan nama-nama yang mirip dengan suku bangsa Arab, tatacara adat,istiadat, kesenian yang banyak didominasi oleh kesenian Arab.
Untuk wilayah Kalimantan Barat ada yang secara formal maupun tidak, juga yang terkangkap sejarah dengan masuk melalui Kabupaten Sambas, Kabupaten Sintang dan Kabupaten Ketapang yang masuk dari negara Brunai,Semenanjung dan Jawa, sehingga nama-nama raja banyak mengadopsi nama raja Jawa diperkirakan pada abad 15 Masehi. Kenyakinan yang kuat ditengah kehidupan masyarakat adalah nama besar kerajaan Tanjungpura menjadi salah satu ciri kerajaan Islam, jauh sebelumnya sudah pernah ada komunikasi antara masyarakat dikerajaan Tanjungpura dengan para pedagang dari Arab, bentuk-bentuk peningalan yang masih bayak terdapat di daerah Kabupaten Ketapang, baik yang bersifat tangible maupun intangible hal itu masih bisa dijumpai sampai saat ini. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Balar Arkeologi dari Banjarbaru Kalimantan Selatan bahwa peninggalan makam keramat tujuh maupun keramat sembilan diperkirakan pada abad ke-15 akan tetapi jauh sebelumnya sudah ada kehidupan Islam di daerah Benua Lama, karena juga ditemukan nisan di dalam dasar tanah berdiri kokoh dan relief yang bercorak Arab di wilayah Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat.

Tidak ada komentar: