Rabu, 27 Januari 2010

Perdamaian Sistem Kultur

MENCARI CORAK PERDAMAIAN DENGAN SISTEM MULTUKULTUR
OLEH : M.NATSIR


Kalimantan Barat, sebagai salah sartu bagian dari wilayah Indonesia juga merupakan wilayah yang dihuni oleh masyarakat yang majemuk. Berbagai etnis mulai dari yang mayoritas sampai yang minoritas ada di Kalimantan Barat karena itu pernah beberapa kali mengalami konflik kekerasan antar etnis dari beberapa kali kekerasan ada tiga yang paling besar, yaitu pertama kekerasan antar komunitas etnis Dayak dengan komunitas etnis Tionghoa (Cina) tahun 1967. Kekerasan ini lebih bernuansa politik. Kedua kekerasan komunitas etnis Dayak dengan komunitas etnis Madura yang terjadi tidak kurang dari 12 kali dari tahun 1950 sampai 1999. Tiga kali dari pertikaian tersebut merupakan pertikaian sangat besar dan paling berdarah (very bloody conflicts) (Alqadrie,2002).Ketiga konflik antar komunitas etnis Melayu dengan komunitas etnis Madura, pada tahun 1999 yang terkenal dengan peristiwa Sambas. Dari berbagai kekerasan yang timbul di Kalbar tentunya patut mendapat perhatian dari berbagai pihak, sehingga berbagai alternatif yang dilakukan untuk mencari model yang tepat guna mencari solusi demi pembangunan yang lebih baik di Kalbar, sehingga masyarakat hidup dalam ketentraman menuju masyarakat yang madani
Seringkali factor ekonomi dan kemiskinan yang menjadi pemicu utama dari munculnya rasa egoisme kelompok, sehingga gagasan putra daerah menjadi salah satu alternatif guna mengejar ketertinggalan dari daerah lain. Kalbar yang multietnik mempunyai modal dasar yang begitu bayak jika dikelolah secara propesional, hal ini membuka wacana pemikiran yang disumbangkan oleh salah seorang pemikir dari Kalbar Wan Usman dengan pemikiran Kalimantan Barat memasuki Indonesia baru dengan berbagai ciri antara lain :
a. kepulauan bukanlah sebagai pemisah akan tetapi adalah bagian penghubung yang satu sama lainnya saling menghargai teritoral masing-masing dan saling menghormati suku-suku menghargai territorial individu masing-masing.
b. Keberagaman bukan semata-mata sesuatu yang manusiawi, tetapi juga merupakan karunia Tuhan yang bersifat permanen, dalam dunia modern demokrasilah yang mempersatukan keragaman, sehingga memperkuat ketahanan nasional .jadi demokrasilah menjadi penting di dalam suatu negara yang budayanya seragam. Salah satu subtansi adalah kekebasan untuk memberi dan menerima.
c. Menghormati hak-hak azasi manusia (HAM). Hukum ditegakkan untuk melindungi HAM dan rasa keadilan
d. Perdagangan bebas. Setiap warga negara bebas menentukan pilihannya untuk berusaha tanpa dihalangi oleh monopoli,oligopoly dsb
e. Lingkungan hidup pembangunan harus memperhatikan kelestrian lingkungan (sustainable developmend) yang berarti membangun dengan memperhatikan juga kebutuhan generasi mendatang
f. Membangun masyarakat madani. Sehubungan dengan cirri Indonesia baru yang antara lain seperti yang tersebut diatas, maka akan membawa implikasi pada semua aspek kehidupan kita yakni aspek politik,ekonomi,sosbud, pertahanan keamanan.

Memperhatikan aspek tersebut, tentunya Kalbar menjadi suatu daerah prioritas dengan memberikan ‘special treament (perlakuan khusus) di mana di Kalbar mempunyai keberagaman budaya di mana benang merahnya adalah Dayak,Melayu dan Cina. Di lihat dari sudut social budaya ketiga suku ini telah lama dapat hidup rukun dan berinteraksi dengan baik dengan kaum pendatang.
Kalbar dengan sumber manusia yang begitu banyak, tentunya akan memberikan kontribusi bagi pembangunan daerah, sejak dini pasca konflik tingkat kesadaran berbagai etnis dengan budayanya masing-masing membuat daerah ini menjadi daerah yang patut diperhitungkan. Kesadaran ini harus dibangun dengan memberikan pendidikan yang bersifat multikultur sehingga kesadaran akan budaya semakin menguat dengan model yang telah dikemukakan oleh para pakar pendidikan, dengan model pendidikan menuju masyarakat harmonis dalam etnis. Pendidikan multikultur merupakan proses yang tujuan utamanya adalah mengubah struktur social masyarakat melalui pengubahan kultur sekolah yang diisi oleh beragam etnis maupun kelas soaial (Alkin,1992 dalam Aswandi)

Ada 5 (lima) dimensi pokok dalam pendidikan multikultur, yakni:
a. content intergration,
b. knowledge construction process,
c. prejudece reduction,
d. equity pedagogy, dan
e. empowering school culture (Bank, 1989;1991;1993;1997)

Berkenaan dengan upaya-upaya guru untuk memasukan informasi ke-etnis-an dalam pembelajaran, seperti memberikan contoh, data maupun informasi dari berbagai kebudayaan ras atau etnis sebagai ilustrasi dalam menjelaskan konsep-konsep kunci dari mata pelajaran yang diajarkan.
Berbagai pandangan dan tawaran yang dikemukan oleh para pakar dengan berbagai problem yang ada di dalamnya, hal yang seharusnya dilakukan adalah dengan memberikan prioritas pendidikan dengan terus meningkatkan sumber daya manusia dengan memberikan kesempatan pendidikan gratis (beasiswa) bagi semua etnis yang bisa mewakili generasinya, diharapkan sepuluh tahun kedepan mereka akan menjadi generasi yang handal untuk membangun Kalimantan Barat kedepan hidup dengan kedamaian menjadi masyarakat yang madani.

Tidak ada komentar: