Rabu, 27 Januari 2010

Go To Brunai Darussalam

Perjalanan ke Brunei Darussalam
Menuju Go Internasional

Awal perjalanan menuju ke negara Brunei Darussalam, ketika Prof.Dr.Redatin Parwadi. M.A yang mendapat undangan sebagai pembawa makalah pada Pusat Sejarah Brunei Darussalam. Pada bulan Juli 2007 ketika itu beliau mengajak agar saya ikut serta membawa makalah mendampinginya. Peserta yang akan datang dari Universitas Tanjungpura akan diwakili oleh Prof.Dr.Syarif Ibrahim Alqadrei,M.Sc Ibu Prof.Dr.Redatin Parwadi,MA, Drs.Sartoko,MM Berbagai diskusi kami lakukan karena ibu Redatin membawa makalah tentang orang-orang Brunei di Kabupaten Ketapang.
Pada sore tanggal, 29 Nopember 2007 ibu Redatin menelpon agar bersiap-siap akan berangkat ke Brunei, saya belum menerima undangan, perkiraan tidak jadi dilaksanakan sebab sebelumnya tidak ada informasi yang diterima dari Brunei, makalah sudah saya kirimkan pada awal Oktober 2007 yang berjudul Legenda Putri Junjung Buih Kabupaten Ketapang.
Mencari informasi pada Pusat Sejarah Brunei, jawabanya bahwa makalah sudah terhad artinya sudah terlambat,saya mendaftar sebagai peserta, setelah dua hari kemudian baru ada jawaban bahwa makalah diterima dan dilantik menjadi pengurusi (moderator) setelah undangan diterima yang dikirimkan lewat email baru kemudian mempersiapkan segala keperluan untuk keberangkatan. Tgl, 30 Nopember 2007 dengan mengunakan mobil SJS jurusan Kuching Sarawak, harga tiket Rp. 140.000,- jam 21.00 wib berangkat jam 02.00 subuh istirahat di rumah makan Sosok selama ½ jam, perjalanan dilanjutkan jam 05.00 tiba di perbatasan Entikong Kabupaten Sanggau. Sholat subuh di masjid jam 06.00 menunggu Border pemeriksaan Entikong di buka, di daerah ini agar tetap berhati-hati karena banyak anak-anak muda yang menawarkan penukaran uang secara liar, saya mencoba menukar uang pecahan Rp.50.000,- dengan ringgit Malaysia, ternyata mereka coba berbuat curang, saya bersikeras meminta kembali uang, sehingga mereka mengalah karena sebelumya saya sudah menukar dengan nilai beli 1 ringgit 2500 uang Indonesia,belum lagi yang berkeliaran calo mobil jurusan Miri Malaysia, mencoba memaksa agar menaiki mobilnya dengan cara langsung menulis pada tiket, padahal tidak dipesan, si calo meminta ganti atas pembatalan tiket yang tidak jadi, terjadi adu argumentasi bahwa kita tidak memesan tiket tidak akan saya ganti, jangan sekali-kali kita katakan bahwa akan ke Brunei, bilang saja ke Kuching.
Pemeriksaan dan paspor dicap oleh kantor Imegrasi dengan cara antrian, sekitar 100 meter berjalan kaki dilanjutkan pemeriksaan pada pos Tebedu, di pos Tebedu dilarang memotret mengambil gambar, dengan memakai kartu telpon selular AS simpati saya coba menghubungi keluarga ternyata pada posisi di Tebedu kartu sudah tidak berpungsi,selesai pengecapan paspor semua naik ke mobil sampai di terminal jam 08.00 waktu Sarawak.
Terminal Kuching Sarawak penuh dengan aktivitas masyarakat yang akan berangkat ke Brunei maupun tujuan lainnya. Tempat penjualan tiket di daerah terminal, kami langsung pesan tiket mobil EVA jurusan Miri yang berangkat jam 21.00 waktu Sarawak, dengan harga tiket 70 ringgit Malaysia ( Rp.189.000.-). Jika berangkat jam 11.00 waktu Kuching tiba di Miri jam 23.00 karena penginapan di Miri sangat mahal, lebih baik menunggu waktu di Kuching sampai berangkat jam 21.00 malam, Istirahat diterminal mencari makanan buat sarapan pagi makan dua orang dengan menu daging dan sayur 7 ringgit ( Rp.18.900) minum Tea’o 2 ringgit (Rp.5400). Membeli kartu telpon selular 14 ringgit (Rp.37.800,-).saat itu dilayani oleh 2 orang pelayan yang berbahasa Malaysia, mereka mengatakan bahwa asal dari Indon, saya coba menggunakan bahasa dialek Sambas, ternyata dari Sambas, begitu juga salah satunya, saya gunakan dengan bahasa Madura, taunya Madura Siantan, kita beri pengertian bahwa janganlah kita katakan bahwa orang Indon, pandangan seperti itu melecehkan bagsa Indonesia,akan lebih baik kamu katakan bangsa Indonesia, kamu membela tanah air mu di negeri orang.


Warung Kopi Kuching

Menuju daerah Tutong Tengah dengan Taksi biaya 25 ringgit (Rp.67.500.-) menuju rumah kenalan Pak usu Suli salah seorang imingran asal Sambas Kalimantan Barat yang cukup terpandang di daerah tersebut. Malam jam 21.00 berangkat menuju Miri, yang melewati daerah Serian-Jelutong-Serikei-Sibu-Bintulu-Miri. Istirahat didaerah Sriaman selama ½ jam, dari Sriaman menuju ke Sibu 4 jam, ke Bintulu 6 jam, dan ke Miri 8 jam. Perjalanan dilanjutkan tiba di Bintulu jam 06.00 pagi, istirahat 1 jam di Bintulu jam 07.00 berangkat tiba di Batuniah jam 09.00 istirahat minum Tea’o 2.6 sen (Rp.6900.-) jam 09.30 sampai di terminal Miri. Kota Miri cukup padat kebanyakan penduduknya bersuku Melayu. Melano dan Kubu, daerah penghasil miyak terbesar di Malaysia ini terkenal dengan daerah Texas kriminal dengan sebutan samseng sangat rawan. Setiap hari-hari libur pasar banyak dikunjungi oleh warga dari Brunei Darussalam. Menaiki Taksi menuju perbatasan Brunei (Sungai Tujuh) dengan biaya 70 ringgit (Rp.189.000,-)


Perbatasan Malaysia Sungai Tujuh Serawak

Sampai diperbatasan jam 12.00 siang, pemeriksaan di Sungai Tujuh office, Castom memeriksa bawaan dengan teliti baru dicap masuk. Jika bukan undangan Pusat Sejarah Brunei mereka akan meminta uang jaminan sekitar Rp. 1000.000,- untuk masuk ke Brunei, sampai diwilayah perbatasan panitia penjemputan sudah pergi, sebelumnya dengan perjanjian bahwa mereka menjemput jam 11.00 siang. Mencari Taksi sangat sulit didaerah Sungai Tujuh, bis tujuan Brunei Bandar Seri Begawan baru ada sekitar jam 2.00 siang waktu Brunei, terpaksa menumpang mobil pengantar Koran menuju pusat kota yang jaraknya sekitar 50 km langsung diantar ke Dewan Persidangan Utama Pusat Persidangan Antar bangsa (ICC) Berakas Negara Brunei Darussalam, melaporkan kedatangan dan sekalian mengambil makalah peserta lainnya, baru kemudia panitia mengantar ketempat penginapan hotel Abdul Razak pada jam 17.00 waktu Brunei.


Peserta dari Indonesia

A. Universitas Tanjungpura
1. Prof.Dr.Syarif Ibrahim Alqadrie,M.Sc,
2. Prof.Dr.Hj. Redatin Parwadi,MA
3. Drs.H.Sartoko,MM.
4. M.Natsir,S.Sos.M.Si.
B. Keraton Kalbar
a. Keraton Sambas
1. H.Radin Farid Panji Anom, beserta isteri,
2. Ir. Radin Muhammad Hamzah.
3. Drs.H. Tarmizi Karim.
4. Anang Mauludin,S.Pd.M.Pd
b. Keraton Mempawah
1. Dr.Ir.Pangeran Ratu Mardan Adijaya Kusuma Ibrahim,M.Sc.
2. Ellyas Suryani Soren
c. Keraton Ismahayana Landak
1. Dra.Anita
d. Keraton Sanggau
1. Abang Adi Subrata SE
2. Tiga orang kaum kerabat
e. Keraton Sintang
1. Pangeran Ratu Haji Ikhsan Perdana
2. Drs,Ade Djamadin Achyan
f. Kapuas Hulu
1. Abang Darmansyah SE.
2. Drs.H.Zahary Abdullah Al-Ambawi
peserta dari Kalbar berjumlah 21 orang.
C. Kaltim
1. Prof. Dr.Adri Patton,M.Si
2. Dr. H.Adam Idris
3. Drs.Db Paranoan

D. Pekanbaru
Dr.Haji Ridwan Melay(Dosen FKIP Universitas Riau)
Akbarsyah bin Haji Mohd jamil (Pengamat Asia Tenggara kawasan Borneo)

E.Peserta Luar Negeri
• Malaysia
• Sabah
• Sarawak
• Kuala Lumpur
• Inggris


Pembukaan seminar sejarah Borneo

Seminar diadakan hari senin dari tanggal, 3 -5 Des 2007 pembukaan seminar yang dihadiri oleh para duta besar negara tetangga dan peserta yang datang dari berbagai universitas yang ada di Brunei dihadiri sekitar 700 orang di buka oleh Yang Berhormat Pehin Orang Kaya Seri Dewa Mejar Jeneral (B) Dato Seri Pahlawan Haji Awang Mohammad bin Haji Daud Menteri Kebudayaan,Belia dan Sukan.Pembentang utama adalah Yang berhormat Pehin Jawatan Dalam Seri Maharaja Datto Seri Utama Dr. Haji Awang Mohd Jamil Al-Sufri. Laporan dari panitia 60 kertas kerja yang akan di seminarkan., kemudian dilanjutkan dengan pameran foto-foto bersejarah yang berkaitan dengan kerajaan Brunei Darussalam.


bersama Menteri Kebudayaan Brunei Darussalam

Istirahat saya mendapatkan kesempatan untuk mewakili peserta dari Indonesia untuk makan bersama Menteri Kebudayaan Brunei, dalam ruangan II yang cukup mewah hanya ada tiga meja. Meja utama yang duduk khusus Menteri saya mendapat meja kedua, dan meja ketiga para duta besar dari berbagai negara dengan jumlah 15 orang. Ruangan utama Khusus buat Sultan Brunei Penjagaan sangat ketat dijaga oleh para pengawal yang berpakaian sipil.


Makan Ruangan Khusus Menteri

Salah seorang penjaga mengatakan, bahwa diruangan ini tidak boleh ada yang masuk kecuali Sultan Brunei. Selesai istirahat jam 11.00 dilajutkan dengan seminar sampai jam 12.30, istirahat dilanjutkan kembali pada jam 3:30-4:00 selesai. Tempat diadakan seminar di dalam ruangan khusus bilik J1,J2,dan J3. Di Dalam setiap ruangan penuh dengan peserta yang duduk berpisah antara laki dan perempuan. Pemakalah yang akan membentangkan makalahnya 3 orang 1 moderator dengan system panel, masing-masing mendapatkan waktu 15 menit pemaparan , 15 menit Tanya jawab.

Saat Seminar Membawa Makalah

Pada hari Selasa dimulai jam 9.30-10.15 di bilik J1 saya mendapatkan kesempatan untuk tampil membawakan makalah disamping peserta Malaysia, dan Sabah dengan moderator dari Indonesia, dalam tanggapan yang diberikan peserta dari Brunei, Malaysia mereka sangat sportif agar diadakan penelitian yang koprehensif sehingga ada tindak lanjut dari seminar tersebut. Jam 3:30-4:00 saya menjadi moderator yang memimpin jalanya acara seminar para peserta yang hadir 75 orang memenuhi ruangan bilik J 3, dalam seminar yang tampil peserta dari Sabah,Kaltim, keaktifan para peserta seminar dan panitia seminar cukup kreaktif sehingga sampai acara berakhir peserta tetap berada di tempat. Panitia meyiapkan peralatan OHP, In Focus layar lebar dengan dua orang notulen.

Makan bersama Dr. H.Awang. Mohd.Jamil Al-Sufri

Kemampuan bagi para peserta yang membawakan makalah di masyarakat sejarah, maupun akademisi baik yang datang dari dalam negeri maupun dari luar negeri perlu persiapan matang, penguasaan materi yang sangat baik, menjadi pusat perhatian peserta disitu diuji kemampuan mental untuk beradu argumentasi, apa yang telah kita sampaikan menjadi bahan pertayaan para peserta. Penampilan akan lebih baik memakai stelan jas lengkap secara resmi di forum Internasional, panitia secara aktif memantau setiap kegiatan.Bagi para pemakalah dan panitia diberikan tempat khusus untuk istirahat dengan makanan dan menu yang istimewa. Saat istirahat beberapa peserta dari Brunei terdiri dari para mahasiswa meminta tanda tangan pada sertifikatnya dan foto bersama, di depan ruang seminar diadakan bursa penjualan buku, hasil penelitian Pusat Sejarah Brunei dan buku para pemakalah yang dikemas rapi dijual dengan harga Rp.600.000,-.Panitia memberikan honor bagi pemakalah &300 dolar Brunei (Rp 1.950000), penginapan hotel Abdur Razak selama 3 hari ditanggung panitia, untuk transpors biaya peserta sendiri.


Sekuriti Hotel Abdul Razak

Hari Rabu acara di mulai jam 9.30-10.15 istirahan dilanjutkan kembali pada jam 11.00-12.00. Seminar berakhir, para peserta dibawa mengunjungi tempat wisata yang ada di Brunei. Saya dengan Ibu prof Redatin beserta suami, H.Tarmizi Karim. Hanapi sopir panitia dengan mobil Kijang Inova melewati jalan utama menuju istana yang dihiyasi banyaknya taman-taman dan hutan kota yang bersih dan indah, sepanjang mata memandang mobil-mobil mewah, gedung dengan model bangunan baru minimais yang ada, melihat dikampung Aer seperti rumah kampung Beting kota Pontianak, para pemilik mobil mewah memarkirnya ditaman tugu peringatan 60 tahun sultan Haji Hassanal Bolkiah. Kampung Aer inilah pada tahun 80-an banyak pendatang dari kabupaten Sambas yang menjadi pekerja pembuat kain tenun Sambas, kain songket Sambas menjadi kebangaan, ada prestise tersendiri jika mereka memakainya. Turut menghiasi dinding Dewan Persidangan Antarbangsa (ICC). Ketika saya memakai kain corak insang yang dipadukan dengan telok belanga mereka bertanya, inilah ciri khas Pontianak yang tidak boleh orang lain mematenkannya. Kita kaum intelektual harus membantu pemerintah masing-masing memberikan pencerahan, harus dibedakan mana milik kita dan yang mana milik Indonesia, jika kita turut mengakuinya berarti kita sama seperti pemikiran orang tradisionil, seperti yang dilakukan oleh saudara kita dari Malaysia, di depan para utusan dari berbagai Negara, inilah rasa kepuasan saya berani menyerang mereka di negaranya. Saya adalah utusan dari Indonesia, bekerja pada Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak yang membawahi 4 wilayah Kalimantan, dan sebagai seorang akademik dosen luar biasa pada universitas Tanjungpura Pontianak. Kebenaran adalah yang harus kita junjung, sehingga mereka baru mengetahui sebenarnya bahwa kain songket pucuk rebung, padang terbakar adalah milik masyarakat Sambas Kalimantan Barat.


Depan Istana Nurul Iman

Pertama kami kunjungi istana sultan Haji Hassanal Bolkiah, istana yang mewah, taman-taman yang indah,dijaga oleh tiga lapis pasukan, ke masjid Omar Ali Saifuddien, pusat perbelanjaan souvenir, mesjid emas, muzium tempat peninggalan raja-raja, ke kantor Pusat Sejarah Brunei dan dilanjutkan dengan ramah-tamah dengan Dr.Haji Awang Mohd. Jamil Al-Sufri kembali kehotel Abdul Razak.
Malam acara penutupan di sebuah hotel yang dihadiri oleh para peserta maupun undangan serta panitia. Ruangan yang megah dan makanan sudah tersedia ditempat meja masing-masing. Acara di mulai jam 19.00 diawali dengan hiburan lagu-lagu berirama Melayu Brunei, pembukaan di sampaikan oleh Dr.Awang Haji Muhammad Hadi bin Muhammad Melayong sebagai pengerusi Seminar Sejarah Borneo, pembagian sartifikat pemakala serta cendramata dari Pusat Sejarah Brunei., yang diserahkan oleh isteri menteri kebudayaan Brunei. Acara dilanjutkan dengan pertunjukan upacara perkawinan adat Melayu Brunei, jam 22.30 acara penutupan. Ketika acara saya memakai pakaian baju songket Melayu Sambas berwarna merah, diantara para peserta yang hadir mempertanyakan harga dari sebuah baju yang saya pakai, baju ini diberikan oleh isteri saya, seorang panitia meminta agar baju itu ditinggalkan saja, baju itu saya tinggalkan buat kenangan panitia seminar sejarah Borneo Th 2007.


Menerima Sertifikat, Cendera Mata.

Pengalaman dari proses seminar sejarah Borneo Th 2007
• Panitia mempersiapakan acara secara matang (satu tahun)
• Panitia sangat kompak, saling koordinasi satu dengan lainnya
• Peserta yang hadir dengan percuma, ditanggung makan, mendapatkan sartifikat, tanpa pengantian transpors
• Bagi para peserta yang akan memaparkan makalah judul-judul sudah ditentukan panitia
• Pemakalah dibanyar panitia, penginapan selama seminar
• Memakai pakaian resmi jas lengkap ketika sebagai pembawa makalah
• Memakai pakaian kain setengah tiang resmi Negara Brunei
• Masing-masing pemakalah mendapatkan buku kumpulan kertas kerja, tas, lambang Negara Brunei Darussalam
• Adanya papan pengumuman di depan bilik tentang makalah yang akan ditampilkan
• Koordinasi panitia cukup baik propesional
• Adanya pameran buku-buku yang berkaitan dengan sejarah
• Penjualan buku-buku yang diseminarkan
• Semua pegawai Pusat Sejarah dipekerjakan sebagai panitia
• Akan lebih baik para peserta memahami bahasa Inggeris, sebagai sarana komunikasi yang efektif, baik ditempat seminar, penginapan dan makan dilestoran menggunakan bahasa Inggeris, karena pada umumnya dijaga oleh pelayan dari Negara Filipina.
• Jika para peserta yang datang, sebaiknya saling koordinasi, agar kegiatan yang diikuti dapat membawa harum nama bangsa, wilayah Kalimantan Barat.
• Bagi pendatang yang membawa mobil sendiri, jika akan membeli bensin hanya dibolehkan 10 liter, pada tempat khusus
• Sulitnya membeli kartu baru telpon selular, penjualan resmi hanya ada di kantor yang ditunjuk pemerintah Brunei.
• Kurangnya sarana transportasi, jarang ada Taksi
• Kurangnya rumah makan, yang ada hanya restoran.
• Sebaiknya uang ditukar di Indonesia sebelum datang ke Malaysia, Brunei Darussalam.
• Jangan membawa barang-barang terlarang peraturan sangat ketat.
• Bagi laki-laki jika akan mengikuti acara resmi, membawa pakaian setengah tiang. Perempuan memakai kerudung
• Instansi perlu menganggarkan untuk biaya perjalanan.
• Memberi reward, penghargaan kepada para peserta
• Membawa buah tangan sebagai penyambung tali siraturahmi dengan panitia.
• Perlunya mencari informasi sejarah , budaya di berbagai kota Negara
• Perlunya tindaklanjut seminar se Borneo di adakan di Pontianak
• Membangun link dengan para peserta tukar email
• Meminta nama, alamat, nomor email, nomor telpon selular
• Selalu berkomunikasi dengan para peserta
• Menjaga Kepribadian, menghargai orang lain

Tidak ada komentar: