Rabu, 27 Januari 2010

Arsitektur Rumah Melayu Kayong

ARSITEKTUR RUMAH MELAYU KAYONG
KABUPATEN KETAPANG
Oleh : M.Natsir

I. Pendahuluan
Rumah-rumah suku Melayu yang ada di sepanjang sungai Pawan menunjukan ciri khas keIslaman yang sangat kuat tradisi arsitektur bergaya tradisional Melayu mewarnai aksesoris yang melekat di dalamnya seperti Rumah tradisional Melayu Kayong. Sebuah bangunan yang mencirikan reprentasi dari gaya , berkolaborasi ciri Melayu mengambarkan multicultural masyarakat sebagai sebuah simbol peradaban suatu bangsa yang memiliki identitas.
Tradisi arsitektur Melayu yang masih tertinggal kini sudah banyak yang tergerusi oleh perubahan jaman dan sebagian ada yang sudah dirubah bentuk dari aslinya, sehingga eksestensi nilai yang melekat otomatis berubah, simbol yang melekat tidak lagi mengambarkan keunikan yang dipesankan oleh leluhur terdahulu, bahwa walaupun berbeda akan tetapi tetap bersatu saling menghargai satu sama lainnya, membentuk kompigurasi aneka warna yang penuh keindahan. Keseimbangan diantara satu sama lainnya yang akan melahirkan kebersamaan dalam menata kehidupan menjadi pesanan yang tidak boleh dilupakan oleh kita pada jaman modern ini.
Rumah mengambarkan sebuah simbol keberadaban dan menjadi kebanggaan bagi pemiliknya, prestise yang melekat menentukan stratifikasi kedudukan penghuninya, kepercayaan diri semakin tinggi manakalah rumah tersebut dibuat dari hasil proses yang benar, seperti yang dilakukan oleh sebagian masyarakat dengan ritual rumah baru dengan jiwa baru dan semangat baru untuk membangun jati diri identitas suatu suku yang diwakilinya. Rumah yang bergaya tradisional pada umumnya merupakan warisan budaya dan sejarah masa lalu yang di miliki oleh sebagian orang Melayu di sepanjang sungai Pawan dan pemilik umumnya mempunyai kedudukan dan pengaruh yang kuat ditengah-tengah kehidupan masyarakat yang ada, sehingga ia menjadi masyarakat yang dibanggakan oleh warganya dan juga bisa menjadi tempat musyawarah menyelesaikan pelbagai permasalah atau problem masyarakat pada umumnya.
Arus globalisasi yang masuk di dalam setiap sendi kehidupan masyarakat, secara tidak sadar melahirkan pemikiran modern terpengaruh oleh perubahan jaman, secara prontal merombak tatanan, tata ruang di dalam arsitektur itu sendiri dan terkesan tanpa meninggalkan pesan moral di dalamnya, jika tidak secepatnya diantisipasi maka secara perlahan-lahan ia akan terkikis oleh perubahan waktu, tanpa meningalkan pesan bagi generasi yang akan datang. Arsitektur Melayu yang masih ada jika di renovasi akan menjadi nilai jual yang bernilai tinggi karena ia tidak jauh dari tempat-tempat yang bersejarah dan bisa menjadi sebuah perkampungan budaya yang membangun kehidupan ekonomi kreatif masyarakat di sekitarnya, sehingga dengan budaya mereka bisa merubah kehidupan yang lebih baik lagi.
Upaya yang harus di lakukan adalah dengan merevitalisasi yang masih ada, hal ini sangat perlu untuk tetap dilestarikan mengingat peninggalan ini adalah bagian warisan budaya yang menjadi tanggung jawab kita bersama. Perlunya diadakan penelitian mengingat hanya tinggal beberapa buah yang bisa ditempati oleh pemiliknya hal ini dapat dijumpai di daerah kampung Kauman Kecamatan Benua Kayong Kabupaten Ketapang dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.
Tujuan dari inventarisasi aspek tradisi pada arsitektur tradisional rumah Melayu adalah untuk penyediaan data tentang arsitektur tradisional dan meningkatkan pengetahuan masyarakat yang berkaitan dengan tradisi arsitektur rumah Melayu yang masih ada. Ruang lingkung materi yang akan dibahas meliputi jenis bangunan rumah tinggal, dan karakteristik rumah Melayu
Penelitian ini mengambil tempat di Kecamatan Benua Kayong Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Lokasi yang dipilih karena rumah yang berbentuk tradisional Melayu masih dapat dijumpai dan ditempati oleh masyarakat Melayu di daerah tersebut dan sebahagian lagi sudah rusak tidak bisa ditempati. Pengumpulan data dilakukan dengan berbagai metode, seperti:pengamatan, wawancara terhadap informan dan studi kepustakaan.


II. Gambaran Daerah Pengumpulan Data
Kabupaten Ketapang merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Kalimantan Barat yang terletak di sebelah selatan. Secara geografis Kabupaten Ketapang terletak di 0o19'00 - 3o05' Lintang Selatan dan 108o42'00 Bujur Timur sampai. 111o16'00 Bujur Timur.Secara administratif, batas-batas wilayah Kabupaten Ketapang adalah sebagai berikut:
• Sebelah Utara : Kabupaten Pontianak dan Kabupaten Sanggau
• Sebelah Selatan: Laut Jawa
• Sebelah Barat : Selat Karimata
• Sebelah Timur : Kalimantan Tengah dan Kabupaten Sintang
Sebagian besar wilayah Kabupaten Ketapang adalah daratan berdaratan rendah dengan luas sekitar 35.809 km² (± 3.580.900 Ha) yang terdiri dari 33.209 Km². Dari total luas wilayah Kabupaten Ketapang tersebut 33.209 km² (92,74 persen) terdiri dari wilayah daratan dan 2.600 km² (7,26 persen) berupa perairan.
Secara geografis Benua Kayong terletak di dalam wilayah ibukota Kabupaten Ketapang. Berbatasan sebelah Utara Kecamatan Delta Pawan, sebelah Selatan Kecamatan Matan Hilir Selatan, sebelah Timur Kecamatan Sungai Melayu Rayak, dan sebelah Barat Kecamatan Selat Karimata dengan luas wilayah 349.00 km dan jumlah penduduk 30,963 jiwa yang mendiami 9 kelurahan yang ada.
Sebagian besar dari Pertokohan di wilayah itu adalah berbentuk ruko yang dibangun secara kokoh dari jenis-jenis kayu setempat yang keras dan bercor semen padat, model bangunan tersebut tidak jauh berbeda dengan model di daerah lainnya di wilayah Kalimantan Barat, sedangkan rumah- rumah berbentuk model rumah Melayu tradisional berbentuk limas.

III. Jenis Bangunan
Jenis bangunan tradisional yang masih dapat dijumpai di Kecamatan Benua Kayong, adalah tempat tinggal, dan dengan type rumah yang tradisional berbentuk limas, model gudang dan model rumah panggung. Rumah tradisional Melayu pada umumnya terdiri atas tiga jenis yaitu Rumah Tiang Enam, Rumah tiang Enam Berserambi dan Rumah Tiang Dua Belas atau Rumah Serambi. Rumah Tiang Dua Belas atau Rumah Serambi merupakan rumah besar dengan tiang induk sebanyak dua belas buah (Mahyudin,2003). Tipologi rumah tradisional Melayu adalah rumah panggung atau berkolong dan memiliki tiang-tiang tinggi. Hal ini disesuaikan dengan keadaan iklim dengan kebiasaan turun menurun. Tinggi tiang penyangga rumah setinggi kl 70 cm dari permukan tanah. Ruangan yang terbuka membuat sirkulasi udara cepat berganti dan angin dengan mudah masuk melalui ventilasi yang cukup banyak.
Adapun fungsi pada setisap ruangan di rumah Melayu memiliki nama dan fungsinya masing-masing, yaitu:

1. Selang Depan
Ruang ini merupakan tempat untuk meletakan barang yang tidak perlu dibawa kedalam ruang rumah dan merupakan bagian depan yang terendah. Di samping anak tangga yang berjumlah tiga buah untuk naik ke selang depan biasanya ditempatkan sebuah tempayan kecil berisi air untuk mencuci kaki.

2. Serambi Depan
Letaknya lebih tinggi satu kaki dari selang depan. Untuk sampai ke ruang ini, orang harus menaiki bebrapa anak tangga yang berjumlah ganjil. Pada serambi depan biasanya tidak dijumpai kursi ataupun meja, hanya tikar atau permadani yang terbentang. Ruang ini memiliki banyak jendela setinggi bahu orang duduk dan dari jendela ini orang yang sedang duduk di lantai ruangan dapat melihat ke halaman.

3. Ruang Induk
Merupakan ruang di belakang serambi depan dengan tinggi lantainya 30 cm lebih tinggi dari srambi depan. Pada zaman dahulu antara serambi depan dengan rumah induk tidak dibatasi dinding pemisah antara serambi depan dengan ruang induk. Pada ruang induk ini terdapat tangga yang menuju ke loteng atau tempat tidur anak gadis. Jendela-jendela diruang ini serupa dengan serambi depan dan letak daunnya setinggi bahu orang yang duduk di lantai dengan hiasan terawang ukiran Melayu.


4. Serambi Belakang
Pada sisi kanan rumah terdapat selang samping yang mirip bentuknya dengan selang depan, juga terdapat guci yang berisi air berfungsi sebagai pencuci kaki terletak dekan tangga naik. Tangga ini berjumlah ganjil. Dari selang samping ini dengan melalui beberapa anak tangga yang berjumlah ganjil orang akan sampai ke serambi belakang. Letaknya dibekang rumah induk dengan tinggi hampir sama dengan serambi depan. Ruangan ini sama dengan serambi depan.




Gambar 1 Gambar 2


IV. Karakteristik
Ditinjau dari tipologi dan fungsi ruang, rumah tradisional Melayu pada umumnya terdiri atas tiga jenis, yaitu Rumah Tiang Enam, Rumah Tiang Enam Berserambi, dan Rumah Tiang Dua Belas, atau Rumah Serambi. Rumah Tiang Dua Belas atau Rumah Serambi merupakan rumah besar dengan tiang induk sebanyak dua belas buah.
Tipologi rumah tradisional Melayu adalah rumah panggung atau berkolong, dan memiliki tiang-tiangtinggi.
Setiap ruangan pada rumah Melayu memiliki nama dan fungsi tertentu. Selang depan berfungsi sebagai tempat meletakkan barang-barang tamu, yang tidak dibawa ke dalam ruangan. Ruang serambi depan berfungsi sebagai tempat menerima tamu pria, tetangga dekat, orang-orang terhormat, dan yang dituakan. Ruangan serambi tengah atau ruang induk berfungsi sebagai tempat menerima tamu agung, dan yang sangat dihormati.
Ruang selang samping berfungsi sebagai tempat meletakkan barang yang tidak dibawa ke dalam ruang serambi belakang. Tempat ini merupakan jalan masuk bagi tamu perempuan. Ruang dapur dipergunakan untuk memasak dan menyimpan barang-barang keperluan dapur. Karena susunan papan lantainya jarang, maka sampah dapat langsung dibuang ke tanah. Ruangan kolong rumah biasanya digunakan sebagai tempat bekerja sehari-hari dan menyimpan alat-alat rumah.
Antara jenisnya, rumah kediaman lazim disebut rumah tempat tinggal atau rumah tempat diam, yaitu rumah yang khusus untuk tempat kediaman keluarga. Di dalam kehidupan sehari-hari, rumah kediaman wajib dijaga dan dipelihara dengan sebaik-baiknya agar lebih memberi kenyamanan dan kebahagiaan bagi penghuninya. Berdasarkan bentuk atapnya, rumah kediaman dinamakan Rumah Bubung Melayu.
Nama Rumah Bubung Melayu diberikan oleh para pendatang bangsa asing, terutama Cina dan Belanda, karena berbeda dengan bentuk rumah mereka, yaitu seperti kelenteng maupun rumah limas yang mereka sebut sebagai rumah Eropa. Sedangkan nama Rumah Belah Rabung diberikan oleh orang Melayu. Karena bentuk atapnya terbelah oleh bubungannya. Orang tua-tua menyebut dengan nama Belah Krol yaitu rambut yang disisir terbelah dua. Nama Rumah Rabung berasal dari kata Rabung, singkatan dari Perabung. Penyebutan ini untuk membedakan dengan bentuk atap yang tidak memakai perabung seperti bangunan pondok ladang atau gubuk yang disebut Pondok Pisang Sesikat.
Sebutan lain yang diberikan untuk rumah adalah berdasarkan pada bentuk kecuraman dan variasi atap. Rumah dengan atap curam disebut rumah Lipat Pandan. Jika atapnya agak mendatar disebut rumah Lipat Kajang, dan bila atapnya diberi tambahan di bagian bawah (kaki atap) dengan atap lain maka disebut rumah Atap Layar. Rumah yang dibuat dengan perabung atap sejajar dengan jalan raya di mana rumah itu terletak, disebut Rumah Perabung. Sedangkan bila perabung rumah tegak lurus terhadap jalan raya di mana umah itu menghadap, disebut Rumah Perabung Melintang.
Rumah didirikan di atas tiang yang tingginya antara 1,50—2,40 Meter. Ukuran rumah tidak ditentukan. Besar kecilnya bangunan bergantung kepada kemampuan pemiliknya. Pada rumah yang didirikan di daerah tepi sungai, tiang dibuat tinggi supaya rumah tidak terendam air pasang. Kolong rumah sering digunakan untuk tempat bertukang membuat perahu atau pekerjaan lain. Di samping sebagai tempat menyimpan sebagian alat pertanian dan alat nelayan.(*)



Gambar 3 Gambar 4


Bentuk Bagian-Bagian Rumah Melayu
1. Atap dan Bumbungan
Rumah Melayu asli memiliki bubungan panjang sederhana dan tinggi. Ada kalanya terdapat bubungan panjang kembar. Pada pertemuan atap dibuat talang yang berguna untuk menampung air hujan. Pada kedua ujung perabung rumah induk dibuat agak terjungkit ke atas. Dan pada bagian bawah bubungan atapnya melengkung, menambah seni kecantikan arsitektur rumah Melayu. Pada bagian belakang dapur bubungan atap dibuat lebih tinggi, berjungkit. Selanjutnya pada bagian bawah, papan penutup rabung ini dibuat semacam lisplang berukir, Dalam bahasa Melayu papan lisplang berukir ini disebut Pamelas. Dengan demikian bentuk pamelas ini melengkung mengikuti bentuk rangka atapnya. Ukiran pada papan pamelas ini ada yang selapis dan ada pula yang dua lapis.



2. Perabungan
Perabung memiliki bentuk lurus. Sebagai lambang lurusnya hati orang Melayu. Sifat lurus itu haruslah dijunjung tinggi di atas kepala dan menjadi pakaian hidup. Hiasan yang terdapat pada perabung rumah adalah hiasan yang terletak di sepanjang perabung, disebut Kuda Berlari. Hiasan ini amat jarang dipergunakan. Lazimnya hanya dipergunakan pada perabung istana, Balai Kerajaan dan balai penguasa tertinggi wilayah tertentu.
Adapun Teban Layar biasa pula disebut Singap, Ebek atau Bidai. Bagian ini biasanya dibuat bertingkat dan diberi hiasan yang sekaligus berfungsi sebagai ventilasi. Pada bagian yang menjorok keluar diberi lantai yang disebut Teban Layar atau Lantai Alang Buang atau disebut juga Undan-undan. Bidai lazimnya dibuat dalam tiga bentuk, yakni bidai satu (bidai rata), bidai dua (bidai dua tingkat) dan bidai tiga (bidai tiga tingkat).

3.Tiang
Bangunan tradisional Melayu adalah bangunan bertiang. Tiang dapat berbentuk empat sama sisir (bujur sangkar) atau bersegi. Tiang yang bersegi diketam dengan ketam khusus yang disebut Kumai. Sanding Tiang adalah sudut segi-segi tiang. Di antara tiang-tiang itu terdapat tiang utama, yang disebut Seri. Tiang Seri adalah tiang-tiang yang terdapat pada keempat sudut rumah induk, merupakan tiang pokok rumah tersebut.
Tiang ini tidak boleh bersambung, harus utuh dari tanah sampai ke tutup tiang. Sedangkan tiang yang terletak di antara tiang seri pada bagian depan rumah, disebut Tiang Penghulu.
Masing-masing baris 4 buah tiang, termasuk tiang seri.
Jika keadaan tanah tempat rumah itu didirikan lembek atau rumah itu terletak di pinggir, maka tiang-tiang itu ditambah dengan tiang yang berukuran lebih kecil. Tiang tambahan itu disebut Tiang Tongkat. Tiang Tongkat biasanya hanya sampai ke rasuk atau gelegar. Untuk menjaga supaya rumah tidak miring, dipasang tiang pembantu sebagai penopang. Bahan untuk Tiang Seri haruslah kayu pilihan. Biasanya teras kayu Belian (Besi) dan Tembesu, dan juga digunakan pada Tiang Tongkat. Tiang-tiang lainnya mempergunakan kayu keras dan tahan lama.. Ukuran ini bergantung kepada besar atau kecilnya rumah. Semakin besar rumahnya, besar pula tiang-tiangnya. Tiang yang kelihatan di bagian dalam rumah selalu diberi hiasan berupa ukiran.
Bagi pemilik rumah yang mampu, seluruh tiangnya dibuat persegi. Tetapi bagi yang kurang mampu, tidak seluruh tiang persegi, melainkan hanya tiang seri atau beberapa tiang lainnya, atau bahkan semuanya bulat.Bentuk tiang secara tradisional, mengandung lambang yang dikaitkan dengan agama dan kepercayaan yang dianut masyarakat. Termasuk kaitannya dengan alam lingkungan dan arah mata angin.

4.Pintu
Pintu yang sering disebut dengan Lawang. Pada bagian pintu masuk di bagian muka rumah disebut muka pintu. Pintu di bagian belakang disebut pintu dapur atau pintu belakang. Pintu yang ada di ruangan tengah pada rumah yang berbilik, pintu yang menghubungkan kamar dengan kamar. Khusus untuk keluarga perempuan terdekat atau untuk anak gadis, dan dibuat terutama untuk menjaga supaya jika penghuni rumah memiliki keperluan dari satu bilik ke bilik lainnya tidak melewati ruangan tengah. Kegunaan untuk terlindung dari tamu yang ada pada ruang tengah dan menjadi adat, bahwa ruangan tengah dipergunakan untuk menerima tamu yang terdiri dari orang tua-tua, atau kerabat terdekat yang dihormati. Sangat dilarang bagi anak-anak melewati tamu dan berjalan dihadapannya. Di samping itu ada pula pintu yang dibuat khusus disebut Pintu Bulak, yaitu pintu yang tidak memiliki tangga keluar. Pada prinsipnya pintu ini sama seperti jendela, hanya ukurannya yang berbeda. Biasanya bagian bawah pintu ini diberi pagar pengaman berupa kisi-kisi bubut atau papan tebuk. Di situ diletakkan kursi malas, yakni kursi goyang, tempat orang tua duduk berangin-angin. Dari tempat orang tua-tua itu memperhatikan anak-anak bermain di halaman.
Ukuran pintu umumnya lebar antara 60 sampai 100 Cm, tinggi 1,50 sampai 2 Meter. Pada mulanya pintu tidak memakai engsel. Untuk membuka dan menutup pintu dipergunakan semacam Putting yang ditanamkan ke bendul atau balok sebelah bawah dan balok sebelah atas pintu. Kunci dibuat dari kayu yang disebut Pengkelang.
Pintu dapat terdiri atas satu atau dua daun pintu. Pintu dikunci memakai belah pintu atau Pengkelang (palang pintu dari sebelah dalam).. Di atas pintu kebanyakan dibuat dengan ukiran yang indah hal ini menunjukan martabat pemilik rumah.
5.Jendela
Jendela lazim disebut Tingkap. Bentuknya sama seperti bentuk pintu. Tetapi ukurannya lebih kecil dan lebih rendah. Daun jendela dapat terdiri atas dua atau satu lembar daun jendela. Hiasan pada jendela dan pagar selasar disebut juga Kisi-kisi atau Jerajak. Kalau bentuknya bulat disebut Pinang-pinang atau Larik. Bila pipih disebut Papan Tebuk. Hiasan ini melambangkan bahwa pemilik bangunan adalah orang yang mengerti dengandiri sendiri. Ketinggian letak jendela di dalam sebuah rumah tidak selalu sama. Perbedaan ketinggian ini adakalanya disebabkan oleh perbedaan ketinggian lantai. Ada pula yang berkaitan dengan adat istiadat. Umumnya jendela tengah di rumah induk lebih tinggi dari jendela lainnya. Tingkap pada singap disebut tingkap bertongkat. Tingkap ini merupakan jendela anak dara yang lazimnya berada di ruangan atas (para).
Tingkap yang terletak pada bubungan dapur disebut Angkap.
Jendela dibuka keluar, ada yang berdaun satu dan kebanyakan berdaun dua. Jendela dibuat dari papan dan digantung dengan engsel pada kosen. Pada kosen ini dipasang kisi-kisi atau Telai yang tingginya 80—9- Cm, dan biasanya diberi ukiran.
mempergunakan Putting. Kuncinya juga dibuat dari kayu yang disebut Pengkelang. Sebagai pengaman, di jendela dipasang jerajak panjang yang disebut Kisi-kisi atau Jerajak yang terbuat dari kayu segi empat atau Bubutan (Larik). Kalau jendela itu tidak memakai jerajak, biasa pula diberi panel di sebelah bawahnya, yang tingginya antara 30 sampai40Cm.

6.Dinding
Model tradisional rumah Melayu pada umumnya papan dinding dipasang vertical. Kalau pun ada yang dipasang miring atau bersilangan, pemasangan tersebut hanya untuk variasi. Cara memasang dinding umumnya dirapatkan dengan Lidah Pian. Atau dengan susunan bertindih yang disebut Tindih Kasih. Cara lain adalah dengan pasangan horizontal dan saling menindih yang disebut Susun Sirih. Pada umumnya dinding terbuat dari kayu meranti, punak, medang atau belian.



V. Penutup
Arsitektur tradisional Melayu Kayong terkandung nilai kearifan lokal. Model dan bentuk dari rumah tersebut mempunyai ciri khas dari masyarakatnya yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan di dalam kehidupan di lingkungannya. Model Rumah Limas dan potongan gudang mengambarkan pemiliki rumah mempunyai kedudukan secara social terbuka kepada siapa saja yang akan bertamu dan ikhlas menerima tamu, tamu yang datang sebagai suatu kehormatan yang harus dihargai. Perabungan tinggi menjulang kesadaran pemilik rumah bahwa di dalam kehidupan menjunjung tinggi secara lurus dan mempunyai rasa toleransi yang tinggi terhadap lingkungansekitarnya
Pada ruang utama tamu yang datang diberikan kehormatan, pada umumnya duduk ditikar memungkinkan tamu yang lebih banyak dan mendapatkan tempat yang layak. Kamar khusus juga disediakan bagi tamu yang datang dari jauh, agar beristirahan dengan tenang. Kamar anak-anak dipisahkan dari kamar orang tua, kamar anak terletak dibelakang kamar orang tua, agar orang tua dapat setiap saat mengontrol anak-anaknya dan menjaga dari kemungkinan yang tidak diinginkan.
Dari segi keindahan, terlihat adanya ragam hias yang bermacam-macam bentuk dan coraknya, sehingga menunjukkan tingginya kebudayaan ukiran tradisional Melayu. Demikian pula dengan susunan ruangan. Terlihat adanya tingkatan penghormatan terhadap para tamu yang datang. Rumah tradisional Melayu yang berbentuk rumah panggung selain untuk menjaga keselamatan penghuni dari ancaman binatang buas, juga dimaksudkan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan pemilik rumah. Banyaknya jendela dan lubang angin menjamin kesegaran dan kenyamanan orang yang menempati rumah. Rumah serta letak jendela dan pintu yang tinggi membuat kedatangan tamu ataupun ancaman telah tampak dari jauh. Pada saat ini perhitungan waktu, arah, serta lokasi rumah, upacara-upacara tidak lagi dilaksanakan. Musyawarah juga tidak lagi menjadi syarat, terutama bagi orang-orang Melayu yang tinggal di perkotaan.
Bentuk dan fungsi rumah tipologi rumah bumbung Melayu yang disebutkqan bangsa asing terutama dari suku tionghua dan Belanda menyebut rumah tradisional tersebut dengan sebutan rumah Melayu. Atap dan dinding dan lesplang berukir menjulang keatas, tiang penyanggah persegi lebih diutamakan tiang seri sebagai sebuah simbol keberadaan rumah yang bisa mendatangkan rezeki bagi pemiliknya, pintu yang lazim disebut dengan sebutan lawang yang terdapat pada bagian depan,tengah dan belakang, jendela disebut dengan tingkap dengan kisi-kisi daun yang disusun sirih dan dinding yang disusun secara vertical dari kayu belian dengan dirapatkan diantara papan satu dengan lainnya.
Rumah pada saat ini dapat saja berfungsi sekaligus sebagai rumah rumah tinggal dan berfungsi juga sebagai tempat ibadah dengan kegiatan social lain seperti pengajian, tempat pertemuan anggota masyarakat . Rumah juga difunsikan sebagai tempat musyawarah bagi keluarga besar dan persoalan masyarakat pada umumnya.



Daftar Pustaka

Hasrianti Nunik, 2008. Revitalisasi Arsitektur Islam Pada Rumah Melayu di Tepian Sungai Kapuas. Kalimantan Barat
Natsir M, 2008. Arsitektur Islam Rumah Melayu diTepian Sungai Kapuas
Makalah Informasi Budaya Blogspost.
------------, 2009. Kehidupan Sosial Ekonomi Pengrajin Amplang Kabupaten Ketapang. Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Pontianak
Ramsyah Irwin,ST. 2009.Bentuk, Susunan, dan Pola Ruang Arsitektur Melayu Kalimantan Barat. Arsitektur Kalimantan Barat
Wulandari Widi Juliarti Benedikta, 2008. Aspek-Aspek Tradisi Pada Arsitektur Tradisional Suku Dayak Meratus di Kalimantan Selatan
Tim Koordinasi Siaran Direktorat Jenderal Kebudayaan, 1992/93. Aneka Ragam Khasanah Budaya Nusantara IV. Jakarta

Tidak ada komentar: