Minggu, 13 Maret 2011

Kesultanan Sanggau Kalimantan Barat

KESULTANAN SANGGAU
KALIMANTAN BARAT

Oleh.M.Natsir


I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerinatahan di Sanggau dimulai dengan dikirimnya Dayang Mas (anak Dara Nante) yang bersuamikan Nurul Kamal keturunan Kiyai Kerang dari Banten. Pada masa pemerintahan Dayang Mas inila memindahkan pusat pemerintahan ke Mangkiang. Dayang Mas kemudian diganti oleh Dayang Puasa dengan gelar Nyai Sura yang dibantu suaminya, Abang Awal (keturunan Kesultanan Embau). Di zaman inilah Kesultanan Sanggau menjalin persahabatan dengan Kesultanan Sintang (Sultan Zubair).
Sultan selanjutnya adalah Abang Gani yang bergelar Kiyai Dipati Kusuma Bungsu Negara. Pada masa pemerintahan Abang Gani ini, datanglah Sultan Matan (Tanjungpura) bermaksud mengawini Puteri Sanggau yang bernama Dayang Seri Gemala dengan gelar Ratu Ayu. Setelah wafat, Abang Gani digantikan oleh puteranya yang bernama Abang besum yang bergelar Pangeran Mangkubumi. Dalam pemerintahannya beliau dibantu oleh saudara kandungnya yang bernama Abang Abon dan sepupunya Abang Guneng.
Setelah abang Besum wafat, diangkatlah Abang Bungsu (Abang Uju) putera dari isteri yang ketiga dengan gelar Sultan Muhammad Jamaluddin. Menurut kisah beliau pernah berkunjung ke kota Cirebon dengan membawa oleh-oleh 3 (tiga) buah meriam yaitu Bujang Juling, Dara Kuning dan Dara Hijau. Pada masa pemerintahannya inilah pusat kota Kesultanan di Mengkiang dipindahkan ke Kota Sanggau.





B. Kebudayaan dan Adat Istiadat
1. Istana Kuta
Beberapa peninggalan sejarah Kesultanan Kuta di Sanggau
a. Komplek Istana Kuta
Pengertian komplek Istana Kuta yang dimaksud adalah bekas bangunan utama dan pendukung Kesultanan Kuta, baik yang berfungsi sebagai administratif Kesultanan maupun urusan kemasyarakatan.
Adapun bangunan dan fungsi bangunan pada komplek Istana Kuta:
• Istana Kuta adalah bangunan utama sebagai simbol kekuasaan Kesultanan Kuta, dimana digunakan untuk aktifitas Kesultanan ataupun tamu Sultan.
• Rumah laut, merupakan tempat tinggal Sultan atau Pengeran dimana bangunan ini dibangun ketika terjadinya giliran kekuasaan antara pihak keluarga Istana.
• Rumah balai, bangunan yang digunakan untuk mengadakan pertemuan dengan kerabat, masyarakat dan tamu
• Rumah besar, yaitu bangunan khusus bagi keluarga Sultan, selir Sultan atau pangeran.
• Rumah penghulu, penghulu adalah penasehat Sultan yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan, ataupun pemimpin pada ritual keagamaan lainnya.
• Rumah Wredhana. Wredhana adalah pembantu Sultan yang mengatur tentang tata negara dan administrasi Kesultanan.
• Rumah tinggi, disebut demikian karena kolong (ruang antara tanah dan lantai sangat tinggi.
Beberapa peninggalan atau pusaka Kesultanan yang masih terdapat di Istana Kuta (Rumah darat) pada ruang Koleksi, antara lain:
• Meriam
• Baju kebesaran Sultan
• Beberapa buah senjata Berhulu Emas
• Stempel Kesultanan Berbahasa Arab
• Seperangkat alat musik
• Photo-photo tua Sultan dan bangunan Istana atau Masjid
• Karya Kaligrafi
• Payung
b. Masjid Jami’
Posisi awal Masjid Jami’ ini berada antara Rumah Laut dan Rumah besar, hingga pada abad 18 posisi bangunan ini dipindahkan ke pinggir Sunga Kapuas.
2. Istana Beringin
Secara umum bentuk dan kondisi bangunan ini dalam keadaan baik, hal ini dikarenakan usia bangunan yang relatif muda dibandingkan dengan istana Kuta, mengingat terbentuknya Istana akibat dari sistem pemerintahan Belanda (abad 18) pada saat itu yang ingin mendapatkan kekuasaan mutlak melalui pihak istana.
3. Komplek makam Sultan
Lokasi komplek makam Sultan berada disebaran jalan utama Sanggau-Sintang atau berjarak kurang lebih 2 km dari istana Kuta yang berada diatas bukit. Lokasi makam pada saat ini tidak hanya digunakan oleh pihak kerabat, tapi juga digunakan oleh masyarakat dengan pembagian posisi sebagai berikut:
• Pihak kerabat berada diatas bukit yang memiliki dua puncak bukit
• Masyarakat menggunakan kaki bukit bagian sebelah timur. Dimana pemakaman umum ini memiliki akses tersendiri.
Adat istiadat yang masih berlangsung atau diselenggarakan sebagian besar adalah yang berhubungan dengan perayaan:
• Hari-hari besar Islam
• Kegiatan Istana, membersihkan benda pusaka, dan lain-lain
• Pada kondisi tertentu, misalnya pada musim kemarau ketika air sungai surut, maka daratan kering biasa digunakan sebagai tempat bermain.

C. DATA KONDISI ISTANA KAWASAN
1. Kebijakan Pemerintah
a. Tata ruang Kota
• Tata guna lahan pada istana Kuta diarahkan sebagai kawasan wisata dan olahraga, dan pada kawasan istana Beringin sebagai pusat perdaganagn.
• Lokasi kedua Istana berada pada BWK pusat kota yang mempunyai kebijakan pembagian unit lingkungan berdasarkan RUTRK Kota Sanggau adalah sebanyak 3 unit lingkungan perumahan.
b. Pengembangan Kota
• Strategi pengembangan jaringan darat daerah tepian sungai sebagai jalan kolektor sekunder dan arteri skunder, serta peningkatan kualitas jalan (pedestrian dan jalur hijau).
• Pengembangan dermaga pada pusat perdagangan (kawasan Beringin) dan Tanjung Kapuas, serta peningkatan sarana dan prasarana transportasi air.
• Peningkatan fasilitas pelayanan kota yang dapat menunjang kebutuhan penduduk adalah: Kesehatan, Peribadatan, Perdaganga (pusat perbelanjaan), pelayanan umum, Rekreasi dan pendidikan.
D.Lingkungan dan Kondisi Sosial Ekonomi
1. Istana Kuta
Posisi Istana Kuta pada skala kota Sanggau, adalah sebagai berikut:
• Administratif Komplek Istana Kuta berada pada perbatasan antara Kelurahan Ilir Kota dan Kelurahan Tanjung Kapuas.
• Geografis, posisi Istana berada pada pinggiran pertemuan sungai Kapuas dan sungai Sekayam.
2. Istana Beringin
Posisi Istana Beringin secara administratif terletak pada kelurahan Beringin, dimana pada kelurahan tersebut merupakan CBD Kota Sanggau serta tempat penyeberangan tradisional masyarakat Sanggau.

E. DATA FISIK SITUS ISTANA
A. Istana Kuta
1. Komplek Istana Kuta
Berdasarkan hasil pengumpulan dan pengamatan terhadap masyarakat serta pihak kerabat Istana Kuta, kondisi komplek Istana Kuta terdiri dari:
• Bangunan Utama, Istana Kuta, Istana Ilir, Rumah balai, rumah Besar dan Masjid Jami’
• Fasilitas pendukung: Rumah Penghulu, Rumah Tinggi, Rumah Wredhana, Dermaga Utama, Rumah Meriam, Alun-alun.
2. Istana Kuta (Rumah darat)
• Dibangun pada tahun 1600-an oleh Sulatn Muhammad Jamaluddin.
• Secara umum bentuk bangunan masih asli.
• Bentuk denah bangunan memanjang dari depan ke belakang, dengan arah bangunan menghadap sungai Kapuas.
• Bangunan ini terdiri dari 2 lantai
• Tinggi lantai 01 terhadap tanah (kolong) kurang lebih 2m
• Zonning ruang secara umum dibagi dua, yaitu: bagian depan yang berfungsi sebagai ruang publik dan dikelilingi oleh ruang-ruang publik. Serta bagian belakang dengan fungsi sebagai zone semi private dan service.
• Struktur utama bangunan terbuat dari kayu kelas 1 (kayu belian/ besi), pola grid kolom.
• Bahan penutup atap menggunakan atap sirap dari kayu belian, dan bahan penutup badan bangunan menggunakan papan yang dipasang horisontal.
• Pada bagian depan bangunan terdapat tiang bendera 1 buah.
3. Istana Ilir (Rumah Laut)
• Dibangun ketika terjadi giliran pemegang kekuasaan istana Kuta pada tahun 1876, ketika itu pergantian kekuasaan dari panembahan Thahir II ke Ade Sulaiman.
• Fungsi bangunan adalah rumah sementara bagi pengganti Sultan sebelum diangkat menjadi Sultan
• Saat ini bangunan tersebut sudah tidak ada.
• Banguna terdiri dari 1 lantai.
• Pola grid struktur yang digunakan adalah 3x4 m.
4. Rumah Balai (Balirung)
• Usia bangunan ini perkirakan hampir sama dengan usia Istana Kuta
• Bangunan ini terdiri 1 ruang utama untuk tempat berkumpul 12 ruang tidur untuk menginap tamu, ruang perantara.
• Pada tahun 1970-an bangunan ini pernah digunakan sebagai barak militer.
• Pola grid yang digunakan 3x3 m.
5. Rumah Besar
• Bangunan diperkirakan sama usianya dengan istana kuta
• Bentuk denah bujursangkar dan bangunan menghadap ke arah sungai
• Terdiri dari 1 hall sebagai ruang untuk bermain, berkumpul ataupun acara keluarga lainnya. 8 ruang tidur bagi kerabat dan selir-selir yang tidak dapat ditampung di Istana Kuta.
• Tinggi lantai terhadap kaki atap diperkirakan 6m.
• Mempunyai teras pada bagian depan, serta selasar yang mengelilingi bangunan dan berhubungan langsung dengan dapur umum.
• Berdasarkan informasi, bangunan ini rubuh pada hari Kamis tanggal 02 Mei 1965 Jam 14.00 WIB.
6. Rumah Tinggi
• Bangunan ini merupakan ciri khas dari kelompok bangunan Istana Kuta yang berfungsi sebagai pusat militer saat itu untuk memantau kedatangan maupun pergerakan musuh.
• Disebut bangunan tinggi karena jarak antara lantai dan tanah paling tinggi diantara semua bangunan pada komplek Istana Kuta.
• Ruang pada bangunan ini terdiri dari 3 bagian utama ruang besar.
• Posisi bangunan diperkirakan berada didepan Rumah Penghulu, serta berada tepat di persimpangan Sungan Kapuas dan Sungai Sekayam.


7. Rumah Penghulu
• Dibangun guna mendukung pemerintahan Sultan pada bidang yang berhubungan dengan keagamaan, atau sebagai penasehat Sultan khusus bidang agama.
• Fungsi bangunan sebagai rumah tinggal dan tempat kerja.
• Dimana pada bagian depan dan tengah bangunan terdapat ruang besar guna menampung masyarakat.
• Posisi bangunan berada bagian timur rumah besar, serta terletak dibelakang rumah tinggi.
• Struktur utama dan penutup bangunan dari bahan kayu. Dimensi kolom 30x30 cm bujursangkar.
• Tinggi kolong sekitar 2m
8. Rumah Wredhana
• Bangunan ini difungsikan sebagai tempat tinggal penasehat Sultan yang mengurus seluruh administrasi dan tata negara Istana Kuta.
• Didirikan ketika pendudukan Belanda, hampir bersamaan dengan rumah Ilir.
• Ruang-ruang yang dimiliki antara lain: ruang tidur, ruang tamu, ruang keluarga dan dapur.
• Akses yang dimiliki dari depan dan belakang bangunan
9. Masjid Jami’
• Didirikan sekitar tahun 1825-2830 pada masa pemerintahan Sultan Ayub Pakunegara
• Lokasi pertama masjid Jami’ adalah diantara Istana Kuta dengan Rumah Besar.
• Bentuk denah bangunan asli adalah bujursangkar
• Tampilan bangunan masih dipertahankan secara utuh, bangunan ini diperluas dari dua bagian utama.
• Bagian depan bangunan sebagai entrance saat ini digunakan sebagai perpustakaan
• Bagian tengah bangunan terdiri dari dua lantai.
• Struktur utama dan penutup bangunan dari bahan kayu. Dimensi kolom 30x30 cm bujursangkar.
• Tinggi kolong sekitar 1m.
B. Istana Beringin (Rumah Laut)
1. Istana Beringin (Tanah laut)
• Didirikan pada abad ke-18
• Bentuk denah bujursangkar
• Bangunan hanya terdiri dari 2 lantai
• Tidak ada ruang-ruang khusus pada bangunan, kecuali jumlah ruangan yang lebih banyak dari rumah standar pada umumnya.
• Tinggi lantai dari tanah sekitar 2m
2. Rumah Penebahan
• Bangunan ini dibuat bersamaan dengan dibangunnya istana Laut
• Fungsi ruang bagian depan digunakan untuk berkumpul sebagai ruang tamu, dan bagian belakang digunakan untuk ruang keluarga.
• Untuk ruang sirvice berada pada bagian belakang, bersebelahan dengan ruang keluarga.
• Pola ruang adalah grid, dengan pola kolom yang terbentuk 3x3 m dari bahan kayu bujursangkar.
• Struktur bangunan dan penutup keseluruhan dari kayu.
C. Komplek Makam Sultan
1. Istana Kuta
• Secara adminstratif berada pada kelurahan Ilir kota berada diatas dua puncak bukit sebelah utara Istana.
• Akses menuju komplek Makam dari jalan raya utama telah mengalami perkerasan.
• Puncak bukit sebelah barat terdapat makam utama penembahan Haji Gusti Much. Ali Suryanegara yang telah diberi pelindung bangunan pada tahun 1980-an dengan ukuran atap pelindung 10x10 m
• Puncak sebelah timur terdapat selah atau lembah memanjang ke arah sungai
• Pada pinggiran bukit masih terdapat sisa bangunan bekas benteng pertahanan untuk memantau musuh dari puncak bukit.
• Diantara dua bukit terdapat dua celah atau lembah memanjang kea arah sungai.
2. Istana Beringin
• Lokasi makam berada diutara Istana Beringin dengan jarak dari Istana + 400m melalui jalan lingkungan perumahan penduduk.
• Akses alternatif bisa melalui jalan utama sebelah barat Istana, lebar jalan 2m dan telah mengalami perkerasan dari semen.
• Luas site makam + 1000 m2
TINGKAT KERUSAKAN
A. Istana Kuta
1. Lingkungan
Penurunan kualitas lingkungan terjadi pada komplek Istana Kuta, hal ini diakibatkan beberapa hal:
• Penataan lanskap dan perumahan yang tidak teratur
• Fasade bangunan perumahan penduduk bervariatif
• Keengganan penduduk
• Abrasi sungai Sanggau yang berada di komplek Istana Kuta
2. Bangunan
Pada Istana Kuta kerusakan situs yang terjadi secara umum adalah sedang dan berat, antara lain:
• Hilangnya situs bangunan
• Istana Kuta kerusakan berat terdapat pada bagian penutup atap, lantai dan dinding
• Masjid Jami’ terapat pada tiang/kolom bangunan yang telah mengalami kemiringan ke arah sungai.
• Rumah penghulu pada bagian struktur kolom dan pondasi bangunan bagian samping terjadi kerusakan sedang dikarenakan pelapukan.
B. Istana Beringin
1. Lingkungan
Penurunan kualitas lingkungan terjadi pada komplek Istana Kuta, hal ini diakibatkan beberapa hal:
• Lokasi Istana berada di CBD Kota, sehingga fungsi kawasan Istana pada saat ini adalah Mix Used.
• Bentuk aktifitas perdagangan yang bervariatif di sekitar kawasan mengakibatkan fasilitas perdagangan akan tumbuh secara alamiah dan tidak terkendali.
2. Bangunan
• Hilangnya situs bangunan
• Istana Kuta kerusakan berat terdapat pada bagian penutup atap, lantai dan dinding
• Masjid Jami’ terapat pada tiang/kolom bangunan yang telah mengalami kemiringan ke arah sungai.
• Rumah penghulu pada bagian struktur kolom dan pondasi bangunan bagian samping terjadi kerusakan sedang dikarenakan pelapukan.

DAFTAR PUSTAKA

Roffi Faturrahman, Weni, Dewi Utmmai, ST. Nunik Hasriyanti, ST. (1980), Istana Kuta, Beringing-Sanggau. Inventarisasi Istina Kalimantan Barat
Sartika Listina Galatia. 2011. Kebudayaan Kesultanan Sanggau. Pontianak. STKIP-P

Tidak ada komentar: