Minggu, 13 Maret 2011

ANGLUNG

ALAT ANGLUNG
M.Natsir

A. Latar Belakang
Alat musik angklung adalah alat musik multitional atau bernada ganda yang secara tradisional berkembang dalam masyrakat berbahasa sunda di pulau Jawa bagian barat. Alat musik angklung terbuat dari bambu yang dimainkan dengan cara digoyangkan, sehinga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2,3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran baik besar maupun kecil. Dalam laras atu nada alat musik angklung dalam tradisi Sunda ada dua yaitu salendro dan pelog. Selain itu juga alat musik angklung terdaftar sebagai karya agung warisan budaya lisan dan nonbendwi manusia di UNESCO sejak november 2010. dalam makalah ini juga akan mempelajari jenis atau macam-macam bambu untuk bahan pembuatan alat musik angklung, serta macam-macam nama angklung dan daerahnya, serta asal usul alat musik angklung tersebut. Dan fungsi atau kegunaan angklung di daerahnya masing-masing.Supaya para generasi penerus bangsa mengetahui dan mempelajari apa yang disebut angklung dan bagaimana bentuknya angklung tersebut. Serta mengajak para generasi penerus bangsa atau kaum muda untuk melestarikan alat-alat musik tradisional khususnya angklung.

B. Asal Usul Musik Angklung
Musik angklung pertama kali dimainkan anak-kana di Jawa Barat, yaitu diawal abad ke 20, diduga bentuk primitifnya telah digunkan dalam kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal pengenalan moderen. Sehinga angklung merupakan bagian dri relik prahinduisme dalam kebudayaan Nusantara.Cattan mengenai angklung pun muncul merunjak pada masa Kerajaan Sunda yaitu pada abad ke 12 sampai abad ke 16. Asal usul terciptanya musik bamboo, seperti angklung berdasarkan pandangan hidup masyrakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi sebagai makan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos kepercayaan masyrakat Sunda terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang dewi padi pemberi kehidupan. Masyrakat Badui yang diangap sebagai sisa-sisa masyrakat sunda asli ini menerapkan angklung sebagai bagian dari ritual mengawali penanaman padi. Permainan angklung gubrag di Jasinga Bogor adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun yang lampau. Kemunculannya ini berawal dari ritus padi. Kepercayaan masyrakat tersebut angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur, sera menghasilkan buah yang melimpah.
Jenis-jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat pembuatan musik angklung adalah: bambu hitam atu dalam bahasa Sundanya adalah awi wulung, dan bambu putih atau dalam bahasa Sundanya adalah awi temen. Pada dasarnya tiap nada atau laras, dapat dihasilkan dari bunyi tabung bambu yang berbentuk bilah atau wilahan, setiap ruas bambu di buat ukuran dari kecil hingga besar.
Pada masa kerajaan Sunda, angklung juga dikenal masyrakatnya sebagai penggugah semangat juang masyrakat Sunda dalam pertempuran melawan penjajahan Hindia Belanda. Selain itu fungsi angklung sebagai alat musik juga sebagai pemompa semangat untuk melawan penjajahan. Dalam perkembanganya pada saat itu, alat musik angklung berkembang dan menyebar ke Seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatra. Pada tahun 1908, tercatat sebuah misi kebudayaan dari Indonesia ke Thailand ditandai penyerahan angklung. Lalu permainan alat musik bambu ini pun sempat menyebar di sana.
Pada tahun 1966 seorang tokoh angklung yang bernama Udjo Ngalagena, mengembangkan teknik permainan angklung berdasarkn laras-laras taau nada-nada antara lain pelog, selendro, dan madena. Beliau mulai mengajarkan bagaimana bermain angklung kepada banyak orang dari berbagai kounitas.

C. Macam-Macam Angklung dan Nama Daerahnya
1. Angklung Kanekes
Angklung ini terdapat didaerah Kanekes a sering atau kita sering sebut mereka orang Baduy. Digunakan masyrakat Baduy, terutama karena hubungannya dengan ritus padi dan bukan semata-mata untuk hiburan orang-orang saja. Angklung ini digunakan atau dibunyikan ketika mereka menanam padi di huma atau lading. Menabuh angklung ketika menanam padi ada yang hanya dibunyikan bebas atau dikurulungkeun, terutama di Kajeroan, dan ada yang dengan ritmis tertentu yaitu kaluaran. Meski pun demikian angklung bisa juga dimainkan di luar ritus padi; tetapi tetap mempunyai atruan misalnya hanya boleh ditabuh hinga masa ngubaran pare tau mengobati padi. Selama enam bulan berikutnya semua kesenian tidak boleh dimainkan, dan boleh dimainkan lagi pada musim menanam padi pada tahun berikutnya. Menutup angklung Kanekes dilaksanakan dengan cara yang disebut musungkeun angklung yaitu nitipkeun atau menitipkan dan menyimpan angklung setelah dipakai.
Dalam sajian hiburan, angklung biasanya diadakan saat terang bulan dan tidak hujan.Mereka memainkan angklung di halaman luas di pedesaan. Sambil menyanyikan bermacam-macam lagu antara lain:Lutung kesarung, Yandu Bibi, Yandu Sala, Cuek Arileu, dn lain sebagainya. Para penabuh angklung sebanyak delapan orang dan tiga penabuh bedug ukuran kecil membuat posisi berdiri sambil berjalan dalam formasi lingkaran. Sementara itu ada yang menari dengan gerakan tertentu yang telah baku tetapi sederhana. Semuanya dilakukan oleh orang laki-laki.
Namn-nama angklung di Kanekes dari yang terbesar adalah: indung, ringkung, dongdong, gunjing, engklok, indung leutik, torolok, dan roel. Di Kanekes orang-orang yang berhak dalam membuat angklung adalah: orang kajeroan terdiri dari tiga kampung yaitu Cibeo,Cikratawana dan Cikeusik. Di ketiga kampung ini tidak semua orang yang bisa membuatnya. Hanya yang punya keturun dan berhak saja mengerjakan yang penting ada syarat-syarat ritualnya.
Pembuat angklung di Cikeusik adalah pak Amir dan, di Cikratawana adalah pak Tarnah.
2. Angklung Dogdog Lojor
Kesenian angklung dogdog lojor terdapat di masyrakat Kasepuhan Pancer Pangawinan atau kesatuan adat Banten Kidul yang tersebar di sekitar gunung Halimun yang berbatasan dengan Jakarta, Bogor, dan Lebak. Kesenian angklung ini dinamakan dodog lojor yaitu nama salah satu instrumennya. Tetapi di sana angklung juga digunakan untuk acara masyrakat ini untuk acara ritual padi. Acaranya di selengarakan setahun sekali, setelah panen. Seluruh masyrakat akan mengadakan acara serah taun atau seren taun di pusat kampong adapt. Tradisi penghormatan padi pada msyrakat ini masik dilaksanakan dan diiringi dengan alat musik kesenian yaitu angklung dogdog lojor. Karena mereka termaksud masyrakat yang memegang teguh adat lama mereka. Masyrakat Kasepuhan ini telah menganut agama islam dan agak terbuka akan pengaruh moderenisasi, serta hal-hal hiburan kesenangan duniawi.
Hal ini berpengaruh pula dalam hal fungsi kesenian masyrakat tersebut yaitu angklung dodog lojor. Yang sekitr tahun 1970-an yang telah mengalami perkembangan yaitu digunakan untuk memeriahkan khitanan anak, perkawinan, dan acara kemeriahan lainnya. Instrumen yang digunakan dalam kesenian dogdog lojor adalah dua buah dogdog lojor dan empat buah angklung besar. Kempat buah angklung ini mempunyai nama yaitu: angklung yang terbesar dinamakan gongggong, kemudian panembal, kingking, dan inclok. Tiap instrument dimainkan oleh seseorang sehingga semuanya berjumlah enam orang. Lagu-lagu dogdog lojor diantaranya adalah bale agung, samping hideung, oleng-oleng dan lain sebagainya.
4. Angklung Gubrag
Angklung gurbag terdapat di kampung Cipinang kecamatan Cigudeg, Bogor. Angklung ini telah berusia tua dan digunakan oleh masyrakat ini untuk menghormati dewi padi, dalam kegiatan menanam padi, mengangkut padi, dan menempatkan padi ke lumbung padi. Dalam mitosnya angklung gurbag mulai ada ketika suatu masa kampung cipinang mengalami musim paceklik.
5. Anklung Bedeng
Bedeng merupakan jenis kesenian yang menekan pada segi musikal dengan angklung sebagai alat musiknya yang utama. Angklung bedeng terdapat di Desa Sanding kecamatan Malangbong, Garut dulu alat musik ini digunakan sebagai hiburan untuk kepentingan dakwah Iislam. Tetapi diduga bedeng telah digunakan masyrkat Sanding sejak lama dari masa sebelum Islam, untuk acara-acara yang berhubungan dengan ritual penanaman padi. Sebagai seni untk dakwah angklung bedeng dipercaya berkembang sejak Islam menyebar di daerah ini sekitar abad ke 16 atau 17. Pda masa itu penduduk Ssnding, Arapaen, dan Nursaen, belajar agama Islam ke kerajaan Demak Mereka berdakwah menyebarkan agama Islam. Salah satu sarana penyebarannya adalah mengunakan alat musik kesenian angklung bedeng. Angklung yang digunakan sebanyak sembilan buah yaitu dua buah angklung roel, satu buah angklung kecer, empat buah angklung indung dan angklung bapa dan dua buh angklung anak. Lagu-lagunya adalah lailahaileloh, kasreng dan lin sebaginya.
6.Angklung padaeng
Angklung ini identik dengan angklung nasional dengan tenaga nada diatonis yang dikembangkan sejak tahun 1938. Angklung khas Indonesia ini berasal dari pengembangan angklung Sunda. Angklung Sunda yang bernada lima ( salendro atau pelog ) oleh Daeng Sutigna alias Si Etjle pada tahun 1908-1984, di ubah nadanya menjadi tangga nada barat atau solmisasi, sehinga dapat memainkan berbagai lagu lainnya. Hasil pengembangan angklung ini kemudian di ajarkannya kepada siswa-siswi sekolah dan dimainkan secara orkestra besar atau dimainkan secara bersama-sama.
7. Angklung Buncis
Angklung buncis merupakan seni pertunjukan yang bersifat hiburan diantaranya terdapat di Boras ( Arjasari, Bandung ). Pada mulanya angklung buncis digunakan pada acara-acara pertanian yang berhubungan dengan padi. Tetapi pada masa sekarang angklung buncis digunakan sebagi seni hiburan. Hal ini berhubungan semakin berubahnya pandangan masyrakat yang mulai kurang mengindahkan berbau kepercayaan lama. Pada tahun 1940-an dapat diangap sebagai berakhirnya fungsi ritual pengunaan angklung buncis dalam penghormatan padi. Karena pada sejak itu buncis berubah menjadi pertunjukan hiburan. Sejalan dengan itu pun tempat-tempat penyimpanan padi atau lumbung padi pun mulai menghilang dari rumah-rumah penduduk. Dengan demikian kesenian buncis yang tadinya digunakan untuk acara ngujal atau membawa padi tidak diperlukan lagi.
Nama kesenian buncis adalah berkaitan dengan sebuah teks lagu yang terkenal di kalangan rakyat, yaitu cis kacang buncis nyengcle. Sehingga kesenian ini dinamakan buncis. Instrument yang digunakan dalam kesenian buncis adalah dua buah angklung indung, dua buah angklung ambrug, angklung panempas dan tiga buah angklung dogdog lojor. Angklung buncis berlaras atau bernada salendro dengan lagu vocal biasa berlaras madenda atau degung. Lagu-lagunya adalah badud buncis, renggong, senggot dan lain sebagainya. Sekarang lagu-lagu angklung buncis telah menggunakan pula lagu-lagu dari gamelan, dengan penyanyi tadinya laki-laki, kini diganti oleh wanita.
8. Angklung pentationis
Angklung pentationis dalah alat musik kesenian tradisional yang berasal dari masyrakat sunda dan di daerah lainnya di Indonesia. Dan dimainkan dengan lima nada tradisional, sehinga disebut pentationis atau lima nada, antara lain yaitu pelog, selendro, dan madenda.
9. Angklung Padeang
Angklung padeang di sebut juga angklung diatonis, karena bertangga nada diatonis kormatis. Bapak angklung padeang adalah Diatonis Daeng Sutigna. Jumlah nada angklung ini tujuh buah seperti halnya alat musik dunia lain misalkan piano, organ, dan biola. Dalm angklung ini ada dua jenis yaitu angklung melodi dan angklung accompagenement. Angklung melodi mewakili satu nada, angklung accompagenement mewakili satu akord.

D. Cara Memegang dan Memainkan Angklung
Seperti pada umumnya alat musik angklung dimainkan dan dipegang dengan cara digetarkan atau digoyangkan. Untuk menghasilkan bunyi yang lebih baik, ada beberapa teknik yang diterapkan sebagai berikut:
1. Tangan kiri bertugas memegang angklung dan tangan kanan bertugas menggetarkan angklung.
2. Tangan kiri dapat memegang angklung dengan cara memegang simpul pertemuan dua tiang angklung vertikal dan horizontal yang berada ditengah, sehingga angklung dipegang tepat ditengah-tengah. Hal ini dapat dilakukan baik dengan gengaman tangan, dengan telapak tangn menghadap ke atas atau pun menghadap ke bawah.
3. Posisi angklung yang dipegang sebaiknya tegak, sejajar dengan tubuh, dengan jarak angklung dari tubuh cukup jauh dengan siku-siku tangan kiri hamper lurus. Fungsinya agar angklung dapat digetarkan dengan baik dan maksimal.
4. Tangan kanan selanjutnya memegang ujung tabung dasar angklung (horisontal) dan siap mengetarkan angklung.
Untuk pemain yang memegang lebih dari satu angklung, dapat dilakukan dengan cara yaitu angklung yang ukurannya lebih besar dipegang tangan kiri pad posisi yang lebih dekat ke tubuh. Baik dengan cara dimasukkan kedalam lengan
( jika angklung melodi besar atau yang masuk ke dalam lengan pemain). Di posisi lengan bawah dimasukkan ke dalam jari tangan kiri sehingga angklung sisanya dapat di pegang juga oleh jari tangan kiri lainnya. Dan masing-masing angklung dapat dimainkan dengan smpurna dan baik.

E. Angklung dan Dinamikanya
Pada saat sekarang ini jika kita mendengar kata angklung, maka yang terbayang dalam benak kita adalah alunan musik yang berasal dari bambu yang memainkan lagu-lagu secara amat sederhana, tradisional, dan mungkin berkesan konvensional. Fenomena ini sama sekali tidak dapat dipersalahkan mengingat bahwa hingga saat ini lagu-lagu angklung tradisional tetap dipertahankan karena akar dari musik angklung adalah musik daerah yang secara tradisional. Musik angklung pun tidak mengenal adanya segmentasi, karena golongan apa pun, dan usia berapa pun tanpa terkecuali dapat memainkannya. Karena angklung dibuat secara sederhana dan dapat dimainkan dengan mudah. Jika mempehatikan akan hal-hal tersebut sangatlah disayangkan jika musik tradisional angklung ini tidak mendapatkan perhatian yang layak, serta tidak mendapatkan tempat sebagaimana mestinya. Apa lagi kita semua mengetahui bahwa angklung sudah dikenal di dunia Internasional.
Adapun identifikasi masalah dalam musik angklung pada saat sekarang ini karena dalam memprediksi apa yang akan terjadi pada masa sekarang ini, tentu saja tidak mungkin terlepas dari situasi dan kondisi yang tengah terjadi pada saat ini. Dari berbagai kelebihan yang ada bahwa musik tradisional angklung ini sedikitnya memiliki kelemahan yang dapat diidentifikasi yaitu sebagai berikut:
1. Belum adanya wadah atau forum komunikasi yang secara rutin untuk dapat mempertemukan grup angklung yang ada pad saat ini. Kecuali ajang festival atau konser. Sehingga belum ada kesamaan persepsi mengenai standarisasi teknik, kualitas, aransemen dan lain sebagainya.
2. Belum adanya standardisasi untuk manajemen organisasi angklung. Di satu pihak ada tim dengan penataan organisasi yang sudah menjurus kearah profsional dengan struktur organisasi, serta dukungan dana yang baik. Sementara dipihak lain ada grup yang sengaja dibentuk secara dadakan. Dan pembentukannya hanya karena diikut sertakan dalam ajang festival saja, atau bukan merupakan kegiatan rutin dan organisasi formal.
Dengan kata lain belum ada satu pemahaman bahwa angklung pun perlu ada Penataan manajemen secara sistematis.
3. Belum ada standarisasi honorarium yang layak bagi seorang pelatih dan grup angklung secara utuh dalam arti sejauh mana para aktor angklung, dapat diukur atau dihargai secara materi yang memadai.
Jika masalah-masalah tersebut tidak ditangani secara dini maka dimasa yang akan datang grup-grup angklung yang ada akan sulit berkembang secara bersama. Atau mungkin hanya berkembang secara individual. Pembenahan kondisi internal memang harus segera mungkin diantisipasi. Mengingat bahwa bukan tidak mungkin akar permasalahannya yang biasa muncul dari sini.
Sebenarnya grup angklung yang ada pada saat ini sudah cukup marak. Tidak hanya di tingkat sekolah tetapi juga sudah merambah ketingkat perguruan tinggi. Namun demikian, karena tersebar di berbagai daerah, sehingga yang perkembangan musik angklung yang terjadi di kota Bandung belum tentu dapat diikuti oleh daerah-daerah lain, diluar kota bandung. Kendalanya adalah sulitnya pengawasan dan informasi. Sehingga kerap terjadi kesalahan persepsi, meskipun sifatnya sangat mendasar.Selanjutnya adalah faktor kesempatan untuk menguji kemampuan. Bukan tidak mungkin pula, kelak dalam kesempatan untuk tampil pada acara-acara terhormat. Hanya akan diapat oleh grup yang sudah memiliki reputasi dan sudah mapan saja. Sedangkan grup yang lainnya akan sulit untuk mendapatkan kesempatan serupa. Kecuali jika berbentuk pementasan angklung masal. Dengan demikian kesempatan untuk mengasah kemampuan bagi grup lainnya akan sangat minim. Dan akhirnya terjadi pula kesenjangan kualitas, didasari atau tidak, hal ini sudah mulai terjadi. Kemudian dukungan dari berbagai pihk akan sangat kita butuhkan untuk mempelancar langkah dalam mencapai tujuan. Akan lebih baik lagi jika bantuan itu datangnya dari media cetak maupun media elektronik yang bersedia menayangkan secara regular dan berotasi tanpa mengurangi segi komersialnya.
Angklung adalah salah satu musik tradisional yang ada di Indonesia. Dalam memajukan musik angklung tidak semudah kita menjual karcis sepak bola atau pertunjukan musik-musik lainnya. Karena pengemarnya terbatas dan tingkat apresiasi masyrakat terhadap musik angklung pun belum terlalu menggembirakan. Terlalu banyak kendala-kendala yang dihadapi jika pengelolanya tidak memiliki kapasitas sebagai seorang idealis yang baik, maka jangan harap dalam perkembamgan musik angklung sulit dicapai pada saat sekarang ini. Oleh sebab itu dalam memajukan perkembangan musik angklung sangat diperlukan adanya kerjasama antara masyrakat dan pemerintah.

B. Kesimpulan
Eksitensi musik angklung dimasa yang akan datang, akan sangat bergantung pada kerjasama dan kesungguhan kita dalam mengelolanya dengan penuh perhatian dan kejujuran. Tanpa adanya hipokrasi serta maksud-maksud untuk membela kepentingan kelompok tertentu atau hal-hal yang mengarah pada primordialisme. Dalam berbagai hal, bahwa jika ada kelompok kepentingan yang bendominasi suatu perkumpulan maka bisa jadi bumerang bagi perkumpulan bagi perkumpulan tersebut. Sebab kesalahan sedikit saja akan dapat memperbesar kesalahan yang telah ada. Dan mungkin akan semangkin menghambat kemajuan musik angklung ini. Jika sudah demikian adanya maka segala idealisme yang muncul selama ini hanya hanya akan sia-sia belaka.

DAFTAR PUSTAKA
Awi. 2007. Angklung Web Institute. ( online ). ( diakses 22 Januari 2011 )
www. 2007. Angklung. wikib pedia. Org./ wiki. ( online ). ( diakses 23 Januarai 2011 )
www. 2008. Indonesian musik. Com/…/ bamboo/.htm. ( online ). ( diakses 23 Januari 2011 ).

Tidak ada komentar: