Jumat, 04 Juni 2010

Istana Kadariah



Keraton Qadriah Kesultanan Pontianak.

Istana Kadariyah[1]

Berkunjung ke Istana Kadariyah pada sebelah petang. Istana ini merupakan peninggalan kesultanan Pontianak yang didirikan oleh Sultan Syarif Abdurrahman pada 14 Rejab 1185 H bersamaan 23 Oktober 1771M dan terletak 4 km dari pusat kota dan terletak di Kampong Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur. Istana ini masih menyimpan berbagai macam benda peninggalan seperti Singahsana, Kaca Pecah Seribu, Al-Quran tulisan tangan dan salasilah keturunan Sultan Pontianak dari sultan pertama, Sultan Sharif Abddurahman Alkadrie hingga kepada sultan kelapan, Sultan Syarif Hamid Alkadrie yang memerintah pada tahun 1945.

Sultan Sharif Abdurrahman Al-Kadrie, (TM 1771-1808).

Sultan Sharif Abdurrahman Al-Kadrie merupakan anak sulong dari isteri pertama Habib Husein, Nyai Tua. Sultan Sharif Abddurahman dilahirkan di Matan pada 15 Rabiulawal 1154H bersamaan 1739M. Pada tahun 1755, beliau mengikuti ayahnya ke Mempawah. Di Mempawah, beliau berkahwin dengan anak Opu Daeng Menambon bernama Putri Utin Candra Midi dan mendapat gelar Pangeran Syarif Abdurrahman. Beliau seorang yang aktif dalam mempelajari dan menyebarkan agama, berdagang dan berlayar. Pada tahun 1767, Syarif Abdurrahman berlayar menuju Banjarmasin dan setahun kemudian ia menikah lagi dengan Ratu Syahranum, puteri Sultan Banjar. Dengan perkahwinan tersebut ia mendapat gelar Pangeran Syarif Abdurrahman Syah Alam. Pada tahun 1771, beliau kembali ke Mempawah dan mendirikan sebuah kerajaan berdekatan Sungai Kapuas dan Sungai Landak iaitu dikenali kini dengan nama Pontianak. Sebelumnya daerah Muara Sungai Kapuas didiami oleh para perompak disepanjang Sungai Kapuas. Kawasan ini akhirnya menjadi kawasan perhentian para pedagang khususnya dari Bangka, Belitung, Bugis dan lain-lainnya. Pedagang dari China juga menjalankan hubungan dagang dengan Pontianak sekitar tahun 1774. Sehubungan itu, perluasan wilayah oleh Syarif Abdurrahman bermula pada tahun 1771 terhadap Sanggau, Tayan dan Sekadau. Kerajaan Sanggau berhasil dikuasai pada tahun 1778. Manakala dalam usaha memperluas jaringan perdagangan, beliau berusaha untuk melakukan perluasaan ke wilayah ke Mempawah dan Sukadana pada tahun 1786. Syarif Abdulrahman diangkat menjadi sultan dengan gelar Paduka Sri Sultan Syarif Abdurrahman bin Almarhum Al Habib Husein Alkadrie pada tahun 1771M dan kembali kerahmatullah pada tahun 1808.



[1] Pangeran Hajjah Mahani Pusat Sejarah Brunai. M.Natsir BPSNT Pontianak Wil Kalimantan

Tidak ada komentar: