JERUK SAMBAS
KOMODITAS UNGGULAN KEBUDAYAAN AGRARIS
TANAH KHATULISTIWA KALBAR
Disusun Oleh
Assakinah
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Pontianak
Jln. Kalimantan Pontianak, telp. 734983
Pontianak
2009
JERUK SAMBAS
KOMODITAS UNGGULAN KEBUDAYAAN AGRARIS
TANAH KHATULISTIWA KALBAR
Ada Apa dengan Flora dan Jeruk Sambas di Kalimantan Barat ?
Indonesia dari dulu dikenal sebagai paru-paru dunia karena termasuk sebagai salah satu negara yang memiliki jenis flora terbanyak. Salah satu penyumbang varietas flora terbanyak ialah Kalimantan Barat yang juga dikenal dengan Bumi Khatulistiwa karena berada tepat pada 0o Lintang Utara. Banyaknya varietas tersebut mungkin disebabkan oleh wilayah Kalimantan yang merupakan pulau terluas di Indonesia. Yakni lebih kurang seluas 743.330 km2 (Badan Geografis dalam wapedia.mobi/id/Pulau_Kalimantan).
Dapat kita lihat, dengan banyaknya pecinta flora yang memburu berbagai jenis tanaman yang hanya berinduk di tanah Kalimantan. Contohnya, tanaman anggrek bulan ataupun anggrek hitam yang langka. Selain itu juga ada kelapa sawit yang menjadi komoditas subsektor yang banyak jadi incaran investor dan juga lidah buaya yang merupakan hasil potensi alam yang siap menjadi produk unggulan Kalimantan Barat. Hal tersebut didukung oleh wilayah yang cukup luas. Dengan modal utama berupa komoditas dan tanah yang luas sudah seharusnya Kalimantan Barat meimiliki komoditas unggulan yang siap dilepas ke pasar internasional (Go International). Maka dari itu, kita sebagai generasi muda harus siap untuk mengembangkan kebudayaan agraris.
Dalam sejarahnya, Kalimantan Barat memiliki primadona dunia berupa produk agraris seperti karet dan kopra. Bahkan pada abad ke-20, karet Kalimantan Barat menjadi komoditas ekspor utama. Tapi sayangnya, karena permintaan dunia menurun maka pembudidayaan tanaman tersebut juga ikut menurun. Akibatnya, Kalimantan Barat hampir kehilangan primadona produk agraris tersebut.
Tapi tenang saja, masyarakat Kalimantan Barat tidak berhenti sampai disini karena di Kabupaten Sambas para petani mulai mengembangkan hasil produksi jeruk yang memiliki kadar vitramin C dan A yang cukup tinggi. Kabupaten Sambas yang kini terkenal sebagai Sentra Jeruk Pontianak dalam sejarahnya pernah mencapai masa keemasan pada 1992. Bahkan, produksi jeruk yang melimpah ini telah didistribusikan ke Pulau Jawa (www.damandiri.or.id/detail.php).
Permasalahannya kini, mengapa Jeruk Sambas tidak seperti karet dan koprah yang menjadi primadona pada zaman Hindia-Belanda? Tentu saja jawabannya adalah ketidakpedulian banyak orang untuk mengembangkan jeruk. Jika begitu, mengapa tidak kita saja sebagai generasi penerus bangsa yang mengembangkannya? Apa pula yang terjadi dengan petani dan pemerintah? Di mana pula peran masyarakat untuk mewujudkan kembali Kalimantan Barat yang memiliki primadona flora? Walaupun begitu ternyata di Kabupaten Sambas jeruk ini telah dibudidayakan secara luas dan turun-temurun dari generasi ke generasi tidak hanya oleh orang-orang tua melainkan pula oleh generasi muda. Itu menunjukkan bahwa pembudidayaan jeruk Sambas di Kabupaten Sambas merupakan suatu bentuk budaya agraris yang tertanam hingga kini.
Penulis percaya jeruk Sambas bisa menjadi produk unggulan yang akan dikenal oleh masyarakat luar tidak hanya sebagai produk konsumsi tetapi juga produk industri di dalam dan luar negri. Tanaman ini bisa lebih mendunia jika dapat memberikan jaminan keuntungan bagi para investor karena suatu produk yang dianggap sebagai komoditas unggulan berarti bernilai tinggi di mata konsumen. Dengan begitu, petani-petani jeruk Sambas tidak lagi kesusahan dalam mencari modal. Hal itu juga akan mencegah permonopolian harga yang sering menyebabkan harga jeruk menjadi rendah serta menurunkan dan menghancurkan produksi jeruk.
Citrus nobilis var. microcarpa Siap ke Pasar Internasional
a. Yun Kun Sang Pembawa Bibit
Sejarahnya, pengembangan jeruk Siam yang kemudian di daerah Kalimantan Barat dikenal dengan jeruk Sambas ataupun di luar Kailmantan Barat disebut jeruk Pontianak telah dilakukan sejak tahun 1936 di Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas. Bibitnya berasal dari negara Republik Rakyat Cina yang di bawa oleh Yun Kun, Bun Kim, dan Bon Kim In di Desa Segaran. Adapun pengembangannya dilakukan oleh H. A. Rani dan Lim Kim Sim di Desa Bekut pada tahun 1994 (Sarwono, 1986:14). Hingga awal tahun 1950 jeruk siam telah berhasil dibudidayakan hingga mencapai 1.000 ha. Namun, pada tahun 1960 hasil jeruk Sambas mengalami penurunan karena sebagian besar pohon jeruk ditebangi yang terserang wabah penyakit berupa penyakit getah jeruk dan beberapa hama-hama tanaman yang juga turut serta menghambat tumbuhnya jeruk Sambas.
Pada tahun 1979 perkebunan jeruk dikembangkan kembali sampai tahun 1996 hingga mengalami masa kejayaan dengan mencapai 10.000 ha yang berproduksi 26.000 ton per tahun. Setelah itu masih di tahun yang sama produksinya jeruk ini mulai anjlok akibat monopoli sistem tata niaga jeruk yang menyebabkan harga ditingkat petani jatuh serta total pendapatan pun tidak cukup membiayai pengeluaran. Oleh karena itu, para petani membiarkan pohon jeruk mereka merangas mati yang juga diperparah dengan datangnya hama penyakit (http://id.wikipedia.org/wiki/Jeruk_pontianak).
Berdasarkan rencana pengembangan produk unggulan daerah Kabupaten Sambas, untuk pengembangan komoditas jeruk pemerintah mengizinkan dibukanya 7.844 ha yang masih mungkin diperluas.
b. Bagaimana Cara Penanaman Jeruk Sambas?
Tahukah kalian bahwa jeruk Sambas memiliki hasil produksi yang sangat banyak! Walaupun tidak hanya tumbuh di Kalimantan Barat jeruk Sambas ini lebih subur dan hasil produksinya lebih banyak jika di hasilkan dari tanah khatulistiwa. Hal itu dikarenakan jeruk ini lebih menyukai air tanah yang tidak terlalu dalam seperti di Tebas, Kabupaten Sambas yang tidak jauh dari laut karena jeruk Sambas akan menghasilkan buah yang lebih baik jika berada 700 meter di atas permukaan laut serta dengan pH tanahnya 5-7,5. Selain itu, jeruk ini memerlukan banyak sinar matahari sebab jika daerah penanamannya memiliki udara yang lembab maka pembuahan akan terhambat oleh serangan hama terutama kutu perisai dan kutu-kutu penghisap lainnya (Tim Penulis PS, 2005:12).
Adapun mengenai proses pembibitan jeruk dilakukan dengan pemilihan cangkokan dari pohon jeruk yang sehat atau subur dan berasal dari benih pohon jeruk yang baik atau pohon yang masih produktif. Cangkokan yang diambil dari pohon jeruk tersebut, sudah berakar yang cukup kuat untuk kelangsungan hidupnya, serta disemaikan pada areal persemaian yang telah disiapkan atau dengan memakai kantong polibek yanng telah si dengan tanah yang telah digemburkan. Selain itu, apabila umur persemaian sudah mencapai 2-3 bulan, cangkokan tersebut sudah kelihatan bertunas dan berdaun yang subur, maka pada saat itulah dapat dipindahkan ke lokasi areal perkebunan.
Sebulan sebelum persemaian dipindahkan ke lokasi perkebunan, areal perkebunan sudah harus diolah dengan persiapan seperti pembuatan terumbu’ (tanah yang ditinggikan).
Sementara proses penanamannya, petani Sambas memiliki cara yang unik yaitu dengan sistem terumbu’. Terumbu’ adalah tanah yang ditinggikan yang berupa tumpukan-tumpukan tanah setinggi lebih kurang 35 cm dan ukuran garis tengah sekitar 1 meter agar akar tanaman jeruk tidak mengalami pembusukan yang berdampak pada pembuahannya. Untuk jaraknya, antara terumbu’ satu dengan terumbu’ lainnya sekitar 4.5 meter sampai dengan 5 meter. Hal ini dapat disesuaikan dengan keadaan dan tingkat kesuburan tanah tersebut.
Sistem terumbu’ didampingi oleh sistem irigasi yang berbeda. Pengirigasian yang ada dilokasi pengembangan jeruk di Kabupaten Sambas umumnya masih irigasi sederhana dengan sumber air yang berasal dari air sungai atau air pasang surut. Sebagian kecil lainnya mengandalkan air hujan. Meski demikian, letak permukaan air yang relatif tidak terlalu dalam memungkinkan adanya penggunaan teknologi berupa pembuatan saluran-saluran pembuangan air di sekitar area perkebunan. Saluran-saluran pembuangan air dibuat dengan ukuran lebar 40 cm dan kedalamannya 30 cm. Jarak antara satu saluran dengan saluran lainnya sekitar 10 meter.
Setelah menanam, proses pemupukan dan perawatan merupakan tahap yang tidak boleh diremehkan. Sama seperti halnya dengan perkebunan jeruk lainnya, hanya saja pada penanaman jeruk Sambas ini, sebelumnya tanah terumbu’ tempat penanaman bibit jeruk itu harus sudah digemburkan terlebih dahulu dengan mencampurkan pupuk TSP sebanyak 0.5 sampai dengan 1 ons dalam masing-masing terumbu’ (asnaini 1994:27-32).
Dari penjelasan di atas, dapat kita simpulkan bahwa jeruk Sambas benar-benar masih alami tanpa ada campur tangan teknologi serta bahan kimia lainnya untuk pencegahan penurunan kualitas jeruk seperti yanng lainnya (http://www.deptan.go.id/pesantren/ditbuah/Komoditas/Sentra/profil_jeruk_di_kabupaten_sambas.htm).
c. Mengapa Harus Citrus microcarpa ?
Berbentuk bulat dengan rasa buah yang manis keasaman, memiliki warna kulit hijau kekuningan serta warna dagingnya yang berwarna oranye, buah apakah itu? Sudah dapat ditebak dengan keunikan yang dimilikinya buah ini ialah buah jeruk Sambas (http://www.kapanlagi.com/h/0000208204.html). Karena keunggulannya, jeruk Sambas memiliki popularitas yang cukup baik di dalam maupun luar negri (ASEAN). Seperti yang kita tahu, salah satu keunggulannya adalah masa produk aktivitasnya yang cukup lama sekitar 15-20 tahun dengan Benefit Cost Ratio (BCR). Itu berarti, pohon jeruk Sambas dapat terus menghasilkan dalam kurun waktu 15-20 tahun. BCR jeruk Sambas ini merupakan yang tertinggi di Kalimantan Barat dibanding komoditas pertanian lainnya. Selain itu harga di pasaran relatif stabil dan cenderung terus meningkat (http://id.wikipedia.org/wiki/Jeruk_pontianak). Oleh karena itu, buah jeruk banyak dijumpai di Indonesia bahkan dapat menduduki seluruh wilavah di dunia.
Selama ini yang bisa diambil hasiInya dari tanaman jeruk adalah buahnya, sedangkan kulit buah tersebut dibuang begitu saja. Nilai gizi kulit jeruk cukup baik serta banyak mengandung unsur-unsur kimia berupa seng yang dapat dikembangkan untuk pembuatan plastik. Selain itu, kulit jeruk Sambas juga dapat dibuat menjadi Kalsium Karbonat dan dapat mernberikan manfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan industri pasta cat dan bedak pengisi kertas.
Mengenai pembuatan plastik, para ahli kimia di Cornell University sudah menemukan formula baru pembuat plastik di luar bahan baku minyak bumi. Ternyata, alam telah menyediakan suatu alternatif ramah lingkungan, dalam bentuk jeruk. Untuk menciptakan plastik baru yang disebut polylimonene karbonat itu, para ilmuwan memanfaatkan molekul dari dua sumber, karbon dioksida dan limonene oksida, yang berasal dari kulit buah jeruk dan tanaman lain.
Limonene adalah bahan yang selalu tersedia, demikian juga karbon dioksida. Seorang profesor kimia dari Cornell, Geoffrey Coates, menyatakan telah membuat katalisator yang memungkinkan dua macam molekul ini bersatu sebagai bahan pembuat plastik. Katalisator yang dipakai dalam proses kimia ini berupa senyawa yang mengandung sedikit seng (Zinc) yang dicampurkan dalam cairan limonene oksida dan gas karbon dioksida sehingga membentuk bubuk putih. Bubuk ini bisa dicairkan dan digunakan membuat berbagai macam barang plastic. Tim riset Cornell kini sedang melakukan uji coba untuk melihat seberapa kuat bahan ini menahan panas dan dingin. Rincian mengenai penelitian ini telah dipublikasikan dalam Journal of the American Chemical Society (http://64.203.71.11/teknologi/news/0501/31/213903.htm)
Adapun proses pembuatan Kalsium Karbonat dilakukan dengan mengeringkan kulit buah jeruk hingga menjadi abu dan kemudian dicampur dengan asam sulfat, lalu dipanaskan dan dilarutkan dalam asam oksalat sesuai variabel, kemudian dipanaskan kembali sesuai dengan variabel suhu. Endapan yang terjadi dipanaskan pada suhu 600oC hasilnya dianalisa secara gravimetric. Adapun setiap pembuatan kalsium karbonat dengan berat abu 10 gram maka digunakan asam Sulfat 4 N : 100 ml kondisi optimum dengan konsentrasi asam oksalat 14%. Suhu yang digunakan setinggi 100oC. Sementara waktu pencampuran dilakukan sekitar 35 menit. Komposisi tersebut akan menghasilkan kalsium karbonat sebesar 94,71% (http://digilib.upnjatim.ac.id/gdl.php).
Selain produk yang telah dijelaskan di atas, jeruk Sambas dapat juga dikembangkan menjadi jus jeruk karena hasil produksinya yang banyak serta berbagai penelitian yang menunjukkan senyawa non-gizi dikandung buah jeruk yang ternyata mampu menurunkan risiko beberapa penyakit, bahkan mampu mencegah kanker. Selain vitamin C, buah jeruk juga mengandung sederet zat gizi esensial, seperti beta karoten (pro vitamin A) yang akan menjaga kesehatan mata dan kulit serta membantu pembentukan tulang. Selain itu jeruk juga mengandung thiamin (vitamin B) yang berperan sebagai tenaga bagi sistem saraf dan otak, selain itu thiamin akan mengurangi risiko katarak. Jeruk juga tidak mengandung sodium, lemak, dan kolesterol. Oleh sebab itu, pemkab Sambas mencanangkan adanya produksi jus jeruk yang diberi nama Jus Citrus van Sambas; Minuman Kesehatan Membuat Awet Muda sebagai minuman resmi Pemda dan masyarakat Kabupaten Sambas. Di komplek rumah produksi Citrus van Sambas di Desa Segedong Kecamatan Tebas, juga akan dihadiri oleh Kepala BPTP Kalbar. Bahkan, menurutnya, akan dilakukan penandatangan MoU dengan dinas dan instansi selaku pelanggan. Mereka berharap jus jeruk ini dapat menjadi lambang Kabupaten Sambas maupun Kalbar nantinya sehingga jeruk Sambas mempunyai daya saing tinggi dengan buah-buahan lain (http://www.pontianakpost.com/index.php).
Produk yang tidak kalah populernya ialah minyak wangi. Sebuah penelitian mengenai wewangian menunjukkan bahwa bau harum sejenis jeruk bali yang dipakai wanita akan membuatnya tampak lebih muda di mata para pria yakni sekitar enam tahun lebih muda. Dengan ini mengapa tidak kita ganti saja aroma jeruk Bali dengan Aroma terapi jeruk Sambas yang akan dikenal lebih elegan. Sebuah penelitian yang dilakukan Institut Rasa dan Bau di Chicago dimaksudkan untuk mencari tahu apa yang membuat seorang wanita berbau lebih muda, tapi tidak kekanak-kanakan seperti bau permen karet. Akan tetapi ketika Hirsch menyemprotkan bau jeruk, persepsi para pria segera berubah. Ketika mereka diminta menebak usia para wanita yang menebarkan wangi jeruk itu, kebanyakan mencantumkan usia lebih muda dari kondisi sebenarnya rata-rata enam tahun lebih muda.
Ini membuat Hirsch berkesimpulan, wangi jeruk akan memberi persepsi muda. Barangkali kesegaran jeruk dianalogikan sebagai kemudaan oleh para pria. Oleh karena itu, bila Anda ingin dikesan lebih muda, gunakanlah wewangian yang beraroma jeruk, bisa sitrun, bergamot, tangerine, dan lainnya (http://64.203.71.11/teknologi/news/0506/22/121720.htm).
Oleh sebab itu, sudah sepantasnya kita sebagai generasi muda mulai memberanikan diri untuk terjun ke bidang industri dalam pengembangan jeruk agar kita tidak lagi bergantung terhadap produksi luar negri, seharusnya industri di luar negrilah yang bergantungan kepada kita. Lagi pula bahan-bahan yang dihasilkan di ekspor dari negeri kita juga kan !.
Dengan banyaknya jenis produksi yang bisa dihasilkan dari jeruk maka keberadaan Citrus Center sebagai pusat riset dan pengembangan komoditas jeruk di Kabupaten Sambas dibutuhkan untuk lebih mengembangkan hasil produksi dari jeruk Sambas. Melalui fasilitasi dan bimbingan yang diberikan, banyak petani jeruk di Sambas yang bisa meraup keuntungan lebih. Pada kegiatan safari Ramadan lalu, Gubernur Kalbar, Cornelis sempat meninjau langsung lokasi Citrus Center di Kecamatan Semparuk, Sambas. Meski masih dalam proses pengembangan dan pembangunan beberapa fasilitas pendukung lainnya, keberadaan Citrus Center sendiri sudah beroperasi beberapa tahun lalu (http://corneliscenter.blogspot.com/2008/09/citrus-center-buktikan-industri-jeruk.html)
JAWABAN DARI KRISIS KOMODITAS KAL-BAR SELAMA INI!
Bupati Sambas Burhanuddin Ar Rasyid menyatakan bahwa pemerintah Kabupaten Sambas mengharapkan Citrus center menjadi pusat perjerukan bukan saja di Kalbar, tetapi juga di Indonesia. Sebab, inilah pusat penelitian, pengembangan, dan produksi jeruk yang terpadu juga dapat membantu petani jeruk dalam mengatasi persoalan tentang perjerukan. Sehingga dapat menunjang mereka serta juga bisa diperkenalkan pula tentang penanaman dengan teknologi terkini dalam bentuk pengaturan tentang pemupukan hingga pemasaran. Walaupun, terdapat beberapa kendala seperti, pemasaran yang sedikit terhambat juga hasil produksi yang dihasilkan jeruk Sambas tidak sepanjang tahun.
Salah satu kendala pemasaran jeruk di Kalimantan ialah infrastruktur jalan yang buruk. Kalbar merupakan satu-satunya provinsi yang belum terhubungkan dengan provinsi lain melalui jalan darat. Sehingga jika pemasaran antar-Kalimantan itu sendiri akan lebih mahal dibandingkan ke Pulau Jawa. Ini diakibatkan karena distributor harus menggunakan penerbangan ke Jakarta terlebih dahulu sebelum ke daerah lain di Kalimantan.
Selain itu, seharusnya pemasaran jeruk juga dapat dilakukan ke kawasan pedalaman Kalbar. Namun, sarana transportasi darat menuju pedalaman masih hancur (http://64.203.71.11/kompas-cetak/0605/05/daerah/2630610.htm). Hal Inilah yang merupakan salah satu kendala yang menyebabkan adanya ketidak makmuran para petani perkebunan Jeruk Sambas.
Pada pemasaran ini harus diadakan pengembangan produk turunan yang berupa olahan-olahan yang berguna. Maka peluang dalam pengolahan jeruk ini bisa lebih dikembangkan dalam membentuk produk-produk seperti yang ditemukan oleh orang-orang dari luar negri. Oleh sebab itu, kita harus lebih produktif dalam pengembangan produk. Seperti membuat aroma sabun mandi yang berjudul aroma jeruk sambas yang mungkin saja akan lebih diminati kaum wanita baik tua maupun muda. Tidak hanya itu, kita juga bisa membuat sampo dari kulit jeruk Sambas, yang telah diteliti bahwa kulit jeruk sambas dapat memperkuat rambut agar tidak cepat rontok karna mengandung seng.
Kendala lainnya, yaitu hasil produksi yang tidak didapat sepanjang tahun, ini disebabkan karena cuaca serta tidak adanya peremajaan pada pohon tersebut sehingga produktivitas tanaman menurun yang juga menyebabkan hancurnya perdagangan jeruk. Padahal jika diamati dengan seksama sifat fisika tanah tempat sentra produksi jeruk umunya adalah tanah yang memiliki porositas dan drainase yang baik. Seperti halnya di tanah Khatulistiwa Kalimantan Barat (www.damandiri.or.id/detail.php).
Jadi untuk mengembangkan jeruk Sambas menjadi komoditas unggulan Kalbar maka diperlukan dukungan pemerintah pusat dan daerah. Dukungan terbesar diharapkan dapat membantu petani dalam pengembangan tanaman jeruk Sambas khususnya mengenai pengadaan bibit bermutu (okulasi) dan pupuk serta penetapan peraturan pemerintah dalam hal standar harga buah jeruk dan jaminan pemasaran (http://www.deptan.go.id/pesantren/ditbuah/ Komoditas/Sentra/profil_jeruk_di_kabupaten_sambas.htm).
Lagi pula jika Jeruk Sambas bisa lebih mendunia ini merupakan peluang besar untuk kaum muda yang belum memiliki pekerjaan. Hal ini juga bisa membantu dalam pengurangan angka pengangguran di daerah-daerah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Asnaini. 1996/1997. Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Jeruk di Desa Pangkalan Kongsi Kecamatan Tebas. Pontianak: Balai Pelestarian Sejarah Nilai Tradisional Kalimantan Barat
Sarwono. 1986. Jeruk dan Kerabatnya. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tim Penulis PS. 2005. Peluang dan Usaha Pembudidayaan Jeruk Siam. Jakarta: Penebar Swadaya.
www.damandiri.or.id/detail.php
http://digilib.upnjatim.ac.id/gdl.php
http://www.pontianakpost.com/index.php
http://id.wikipedia.org/wiki/Jeruk_pontianak
http://www.kapanlagi.com/h/0000208204.html
http://64.203.71.11/ver1/kesehatan/0708/13/155534.htm
http://64.203.71.11/teknologi/news/0501/31/213903.htm
http://64.203.71.11/teknologi/news/0506/22/121720.htm
http://64.203.71.11/kompas-cetak/0605/05/daerah/2630610.htm
http://corneliscenter.blogspot.com/2008/09/citrus-center-buktikan-industri-jeruk.html
http://www.deptan.go.id/pesantren/ditbuah/Komoditas/Sentra/profil_jeruk_di_ kabupaten_sambas.htm
Rabu, 27 Januari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar